-->

Tafsir Ibn Katsir, Biografi Pengarang dan Karakteristika Tafsirnya #3 (Tamat)

Kecenderungan pada pentingnya teks dalam tafsîr Ibn Katsîr

Penguasaan Ibn Katsîr akan ‘Ulûm al-Hadîs, dan Jarh wa al-ta’dîl menjelma dalam penafsirannya sebagai mufassir yang disiplin dalam menuliskan sanad hadis, dan men-tarjih-nya, Jika terdapat dua atau beberapa pendapat yang berbeda. Ia bahkan tak segan-segan untuk menghukumi daîf-nya sebuah riwayat.

Ibn Katsîr sependapat dengan Penafsiran Imam al-Syafi’i
Kematangan Ibn Katsîr dalam ilmu Fiqh (khususnya Fiqh Syafi’iyyah[1]) membuatnya tidak melewatkan pembahasan fiqh dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum. Penafsiran Ibn Katsîr dalam beberapa kesempatan sependapat dan menguatkan tradisi dalam madzhab Syafî’iyyah[2]

Misalnya “Al-Syâfi’i berpendapat bahwa wajib hukumnya bagi orang yang salat untuk membacakan Shalawat kepada Rasulullah Saw dalam Tasyâhud akhir, jika tidak maka tidak sah salatnya hal ini berlainan dengan pendapat sebagian kalangan pengikut Madzhab Mâlikiyah telah memandang buruk pendapat imam Syâf’î dalam mensyaratkan membaca shalawat dalam salat. Mereka mengira bahwa riwayat al-Syâfi’i adalah ahadî, padahal riwayat itu sudah menjadi Ijmâ’

Ibn Katsîr berkata: “Mereka yang menolak riwayat al-Syâfi’i telah berbuat ta’assuf; semparangan, karena telah menolak Ijmâ’. Kewajiban membaca Salawat dalam salat adalah makna lahir dari ayat menurut tafsiran dari kesepakatan para sahabat diantaranya Ibn Mas’ûd, Abû Mas’ûd al-Badrî,  dan Jabir bin Abdillâh. Selain itu dari kalangan Tâbi’în seperti al-Sy’abî, Abû Ja’far al-Bâqir, dan Muqâtil bin Hayyân, oleh karenanya pendapat al-Syâfi’i ini sudah menjadi Ijmâ’, dan diperkuat oleh Imâm Ahmad bahkan  pengikut al-Hanâbalah juga mewajibkan untuk membaca Shalawat dalam Salat. Oleh karenannya, pendapat al-Syâfi’î akan wajibnya membaca Shalawat dalam Salat merupakan kesepakatan Ulama Salaf dan Khalaf.

Ibn Katsîr berbeda dengan al-Syafi’i terkait ayat tatacara berwudlu
namun terkadang pendapatnya berbeda dengan tradisi madzhab Sya’ifiyyah, misalnya Ibn Katsîr lebih memilih mengartikan وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ dalam Sûrah al-Mâidah/5: 6 dengan mengusap seluruh kepala (memaknai bâ’harf jâr dengan makna ilsâk)[3], padahal dalam tradisi Madzhab Sya’fi’iyyah diartikan dengan mengusap sebagian kepala (memaknai bâ’ dengan makna li al-Tab’îd)[4]

Berkata Ibn Katsîr “Mereka ulama Nahwu berbeda pendapat mengenai makna bâ yang ada dalam lapad biru ûsikum apakah mempunyai makna ilsâk (usaplah seluruh kepala) atau mempunyai makna tab’îd (usaplah sebagian kepala). Penyelesaiannya terdapat dua pendapat. Pertama: ayat ini bersipat mujmal dan perlu dicari penjelasannya dalam Sunnah, telah ditetapkan dalam Sahihain (Bukhari-Muslim) melalui jalur Tarîq Mâlik, dari Amr bin Yahyâ al-Mâzanî dari Bapaknya, bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Abdullah bin Zaid bin ‘Âsim “mampukah kiranya engkau memperlihatkan kepadaku bagaimana cara Rasulullah berwudu? 

Berkata Abdullah bin Zaid, selanjutnya rasul mengusap dengan kedua tangannya pada kepala depan-belakang; menyeluruh, secara berulang ulang. Selanjutnya membasuh kedua kakinya” melalui hadis ini menjadi dalil bagi yang berpendapat akan wajibnya untuk menyempurnakan mengusap seluruh kepala, seperti halnya yang terdapat dalam Madzhab Imâm Mâlik dan Ahmad bin Hanbal, begitu pula bagi kalangan yang menyakini penjelasan atas kemujmalan al-Qur’ân. ..demikian ashâbuna berpendapat akan wajibnya untuk mengusap seluruh kepala. 

Fakta ini dapat dipahami bahwa pentingnya teks dalam penfsiran Ibn Katsîr dan kesahihan sebuah riwayat menjadi ukuran kesahihan tafsir, dan kemahiran Ibn Katsîr dalam meramu fiqh tidak membuatnya selalu setuju dengan aliran madzhabnya yakni Syâfi’iyah

Faktor-faktor internal dan eksternal
Ibn Katsîr sependapat dengan keyakinan Ibn Taimiyyah bahwa sebab lemah (mundurnya) Islam adalah karena pada masanya adalah karena banyaknya terjadi perbedaan di antara kaum muslimin akibat dari banyaknya ikhtilâf, Khurafat, dan tersebarnya bid’ah-bid’ah (tidak kembali kepada sunnah dan kitab Allah swt.[5]
Ibn Katsîr mengikuti pendapat dan membela Ibn Taimiyyah, hingga akhirnya Ibn Katsîr mendapat fitnah dan kecaman sebagaimana yang dialami oleh Ibn Taimiyyah[6]






                [1] Ibn Katsîr tumbuh di lingkungan mayoritas bermadzhabkan Syâfi’i yang pada saat itu tersebar di Mesir dan Syâm (Suriah), dan guru-gurunya dalam bidang Fiqh bermadzhabkan Syâfi’î, dimasa kecilnya, Ibn Katsîr telah mengahapal kitab al-Tanbîh li al-Syairazî fi al-Fiqh al-Sy’afi’i, kemudian hari Ibn Katsîr mengarang kitab al-Wâdih al-Nafs Fî Manâqib Ibn Idrîs. Kemudian beliau menjadikannya sebagai muqaddimah untuk karyanya yang lain yakni Tabaqât al-Fuqahâ al-Syâfi’yîn” lihat Ahmad Musfir, al-Imâm Ibn Katsîr al-Mufassir (Makkah: Jâmi’ah Umm al-Qurâ, 1406 H.) h. 54
            [2] Lihat. Ahmad Musfir, al-Imâm Ibn Katsîr al-Mufassir (Makkah: Jâmi’ah Umm al-Qurâ, 1406 H.) seperti penafsiran Ibn Katsîr  pada Sûrah al-Ahzâb ayat 56.

                [3] Ibn Katsîr sebagai ahli fiqh yang besar tidak berarti selamanya di belakang bayang-bayang al-Syâ’fi’i dalam  semua masalah fiqh, dengan pertimbangan dan istinbât langsung kepada al-Qur’ân dan sunnah, beliau berbeda dengan al-Syâfi’i misalnya dalam permasalahan mash al-ra's dalam berwudu. Lihat Ahmad Musfir, al-Imâm Ibn Katsîr al-Mufassir (Makkah: Jâmi’ah Umm al-Qurâ, 1406 H.), h. Berikut penafsiran Ibn Katsîr:
                [4] Mengenai makna dari mîn, Ibn M âlik berkata:
بَعِّضْ وَبَيِّنْ وَابْتَدِء فِى الْأَمْكِنَةْ        بِمنْ وَقَدْ تَئْتِى لِبَعْضِ الْأَزْمِنَةِ
Lihat dalam Lihat Jamâluddîn Muhammad bin Abduillah bin Mâlik, Syarh Ibn ‘Aqîl ‘alâ alfiyyah (Jeddah: al-Haramain, t.th), h. 98
                [5] Ahmad, al-Imâm ibn Katsîr al-mufassir h. 95
[6] Dalam al-Bidâyah wa al-Nihâyah Ibn Katsîr memuat khusus biografi Ibn Taimiyyah sebanyak 5 halaman, merupakan biografi terpanjang diantara biografi-biografi guru Ibn Katsîr yang ia tulis dalam al-Bidâyah wa al-Nihâyah lihat Ahmad, al-Imâm ibn Katsîr al-mufassir, h. 94

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tafsir Ibn Katsir, Biografi Pengarang dan Karakteristika Tafsirnya #3 (Tamat)"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel