Kupas Tuntas Komunis oleh Prof Sumanto
January 26, 2017
Add Comment
Komunisme di Timur Tengah
Komunisme (dari Bahasa Latin: "communis" yang
berarti "umum, bersama, universal") adalah sebuah filosofi dan
ideologi sosial-politik-ekonomi yang bertujuan menciptakan sebuah
"masyarakat komunis," yakni sebuah masyarakat yang berbasis pada
sistem, struktur dan tatanan sosial-politik-ekonomi yang egaliter dan tanpa
kelas.
Dalam perkembangannya ada berbagai mazhab komunisme seperti
Marxisme, Leninisme, Anarkhisme, dlsb. Para sarjana dan sejarawan berselisih pendapat
tentang asal-usul komunisme. Karl Marx berpendapat, komunisme sudah ada sejak
dahulu kala dan dipraktekkan oleh kelompok-kelompok suku hunters dan gatherers
(hunting-gathering society atau "foraging society"). Marx menyebut
mereka sebagai "masyarakat komunis primitif" karena pola hidup
mereka, meskipun simpel, bertumpu pada azas egalitarianisme dan kolektivisme
atau komunalisme. Ada pula sarjana (seperti Richard Pipes) yang mengatakan
asal-usul komunisme itu dari Yunani Kuno. Yang lain menyebut komunisme berasal
dari Gerakan Mazdak di Persi pada abad ke-5 M.
Apapun sejarah asal-usulnya, yang jelas, secara konseptual,
komunisme itu tidak ada hubungannya dengan ateisme yang selama ini
disalahpahami oleh banyak pihak. Bahwa ada orang komunis yang ateis memang
iyyess tetapi tidak semua pendukung komunisme itu ateis. Banyak dari mereka
yang berasal dari kelompok agama alias "kaum teis". Sebagai sebuah
filosofi, ideologi, dan gerakan sosial-politik-ekonomi, komunisme bersifat
lintas-agama, lintas-etnis, dan lintas-suku bangsa.
Itulah sebabnya di "Indonesia" dulu, ada sejumlah
tokoh Muslim yang menjadi pendukung komunisme. Yang paling populer adalah Haji
Muhammad Misbach (w. 1926) dari Surakarta yang dijuluki "Haji Merah".
Beliau dulu getol mengkampanyekan komunisme dan organisasi komunis sebagai
medium perlawanan terhadap Belanda sehingga ia dibuang atau diasingkan oleh
pemerintah Belanda. Haji Misbach yang juga anggota Sarekat Islam itu juga getol
berdakwah tentang relevansi Islam dan komunisme. Tokoh Muslim lain yang
komunis-sosialis adalah Tan Malaka alias Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka yang
sangat cerdas sekali.
Di Timur Tengah, komunisme berkembang sejak 1920an setelah
Revolusi Bolshevik tahun 1917 yang dipimpin oleh Vladimir Lenin yang berhasil
menumbangkan kekuasaan para Tsar dan menandai berdirinya Uni Soviet. Pendukung
komunisme di Timur Tengah berasal dari berbagai agama dan etnis: Yahudi,
Kristen, Muslim, Arab, Kurdi, Persi, Azeri, Armenia, dlsb. Komunisme tersebar
di berbagai negara: Mesir, Irak, Iran, Suriah, Palestina, Libanon, Yordania,
Maroko, Ajazair, dlsb.
Beberapa tokoh beken Timur Tengah pendukung komunisme kala
itu termasuk Husain al-Rahhal (tokoh Marxist Irak pertama), Joseph Rosenthal
(Yahudi kelahiran Palestina tapi aktif di Mesir), Mahmud Husni al-Urabi (tokoh
Muslim), Anton Marun (tokoh Kristen Koptik), Radwan al-Hilu yang kemudian
menjadi Sekjen Partai Komunis Palestina. Tokoh lain adalah Fu'ad al-Shamali dan
Yusuf Yazbak (keduanya tokoh partai komunis di Libanon), Emile Habibie, Bulus
Farah, Mukhlish Amr, dan masih banyak lagi.
Bagaimana kisah perjuangan mereka mengkampanyekan komunisme
di Timur Tengah, dan bagaimana peran Amerika Serikat untuk menggembosi pengaruh
komunisme di Timur Tengah guna melapangkan jalan kapitalisme? Bersambung aja
deh karena maap sebagai TKI merangkap propesi tukang becak, saya juga perlu
kerja banting-tulang mencari uang. Nulis di Pesbuk kan gratis. Sudah gratis,
ada yang ngomel-ngomel lagi he he
Komunisme Itu Beda Dengan Ateisme Bro
Ini lanjutan kuliah virtualku kemarin yang berjudul
"Komunisme di Timur Tengah". Mumpung masih ingat, saya tulis saja
sekarang. Bagi yang belum sempat baca postinganku kemarin, silakan dibaca dulu
supaya kalau mau komen disini agak nyambung dan "ilmiah" dikit, tidak
asal njeplak kayak preman Terminal Pulo Gadung he he.
Seperti saya jelaskan sebelumnya, sebagai sebuah konsep,
filosofi, dan sistem, komunisme itu jauh berbeda dengan ateisme. Tidak seperti
ateisme yang "ngurusi" masalah agama-kepercayaan orang (kapan-kapan
saya bahas tentang teisme dan ateisme ini), komunisme lebih pada urusan
sosial-politik dan ekonomi. Jadi menganggap komunisme = ateisme itu tidak
nyambung alias "Joko Sembung naik ojek" he he.
Bahwa pada perkembangnnya kelak, ada orang-orang ateis yang
bergabung di gerbong komunisme memang iyyess. Orang ateis mah ada dimana-mana
atuh mang dan mpok, bukan monopoli komunisme aja. Kaum ateis ini ada yang
menjadi pendukung sosialisme, kapitalisme, nasionalisme, dan isme-isme yang
lain. Kaum ateis, baik yang ateis konservatif maupun ateis libertarian, juga
banyak yang anti ideologi komunis (silakan baca buku-buku yang ditulis oleh
Gary Marks, Seymour Lipset, Paul Buhle, Jeff Woods, dlsb).
Bahwa ada komunis yang ateis bukan berarti komunis itu
ateis, kan? (Hayooo paham gak dengan pernyataan ini? he he). Bahwa ada para
simpatisan komunisme yang terlibat kekerasan dan kejahatan memang iyyess tetapi
jangan, meminjam gaya omongan Pak Harto, "menyalahken atau
mengkambinghitamken daripada komunisme"-nya sebagai sebuah filosofi,
ideologi, gerakan, dan sistem sosial-politik-ekonomi. Soal kekerasan dan
kejahatan mah dilakukan oleh pendukung ideologi apa saja atuh: kapitalisme,
liberalisme, sekularisme, Islamisme, sosialisme, nasionalisme, pan-Arabisme, dlsb.
Pada awal perkembangan ideologi "komunisme modern"
di Eropa (saya sebut "komunisme modern" karena "ajaran"
komunisme yang bertumpu pada doktrin egalitarianisme dan anti-hierarkhisme
sudah dipraktekkan sejak zaman klasik oleh masyarakat "pre-modern") memang
sejumlah tokoh sekularis dan ateis ikut berkontribusi dan kebetulan menjadi
pioneer komunisme. Tetapi mereka sebetulnya bukan anti-teisme atau anti-agama
melainkan anti terhadap perilaku sejumlah tokoh atau elit agama dan pemimpin
politik di Eropa kala itu yang menjadikan agama semata-mata sebagai
"topeng monyet" untuk mengelabui, membodohi, menipu, dan menindas
masyarakat. Agama yang dijadikan sebagai instrumen pembodohan, ketidakadilan,
dan penindasan inilah yang menjadi target kritisisme mereka.
Dalam konteks inilah, Karl Marx bilang "agama adalah
candu" karena agama, bagi Marx, bisa membuat pengikutnya menjadi
"teler" alias "mabok" sehingga tidak bisa membedakan mana
keadilan dan ketidakadilan, mana kebenaran hakiki dan mana kesalahan permanen,
mana dosa dan mana pahala, dan seterusnya. Sudah tahu kalau korupsi adalah
merusak moral tapi malah dihalalkan, sudah tahu kalau kekerasan adalah
kejahatan atau tindakan kriminal tetapi malah diberi "justifikasi
teologis", sudah paham kalau pengrusakan dan terorisme itu haram tapi
malah "dilegalkan", sudah paham kalau intoleransi itu tindakan buruk
tapi malah dibiarkan, sudah paham kalau banjir dan malapetaka alam lain itu
produk dari keteledoran manusia tetapi malah berdoa minta Tuhan menyelesaikan
banjir, dlsb.
Kembali ke laptop (maap Mas Thukul). Karena memang tidak ada
hubungannya antara komunisme dan ateisme itulah maka kenapa banyak para
pengikut agama dulu (Muslim, Kristen, Yahudi, dlsb) ikut menjadi pendukung
komunisme. Di kawasan Arab dan Timur Tengah dulu, para pentolan Partai Komunis
di Palestina, Mesir, Irak, Libanon, Iran, Yordania, Maroko, Aljazair, dlsb
adalah para tokoh agama, baik Muslim, Kristen, maupun Yahudi. Beberapa di
antara mereka seperti Mahmud Husni al-Urabi (pendiri partai komunis di Mesir)
bahkan belajar komunisme langsung ke Moscow.
Bersambung lagi aja yah, entar tambah bingung kalau
kepanjangan postingannya, akang mau pikinik dulu ke itu tuh Tempat Piknik
Gunung Kidul he he
Komunisme di Arab dan Timur Tengah (3)
Mumpung masih ingat, ini melanjutkan cerita tentang sejarah
komunisme di Arab dan Timur Tengah. Lagi, bagi yang kentinggalan kelas, silakan
"diubek-ubek" dulu postingan-postinganku sebelumnya. Saya sudah
beberapa kali menulis tentang komunisme ini.
Dalam konteks Arab dan Timur Tengah, munculnya gerakan
komunisme (Bahasa Arab: "syayuiyyah") itu sudah terjadi sejak
1920-an, pasca Revolusi Bolshevik pimpinan Lenin tahun 1917 yang berhasil
menggulingkan rezim Tsar yang menandai berdirinya Uni Soviet. Kini, Soviet
sudah almarhum dan berkeping-keping menjadi puluhan negara. Russia sebagai
"penerus" Soviet tidak lagi bisa disebut sebagai "rezim
komunis" karena ada banyak perubahan fundamental yang terjadi disini
menyangkut sistem politik-pemerintahan dan sosial-ekonomi (kapan-kapan saya
ulas secara terpisah).
Kembali ke laptop. Sejak awal, sejumlah tokoh, pemikir, dan
aktivis Arab, Turki, Kurdi, Azeri, Yahudi, Persi, Armenia, dlsb, di kawasan
Timur Tengah sudah kesengsem dengan komunisme. Mereka bukan hanya dari kalangan
Muslim saja tetapi juga Kristen dan Yahudi. Di sejumlah kawasan seperti
Palestina, Mesir, Irak, Libanon, dlsb, mereka berkoalisi mendirikan Partai
Komunis di daerah masing-masing.
Ada banyak sarjana yang sudah mengulas tentang asal-usul,
sejarah dan perkembangan komunisme di Arab dan Timur Tengah ini. Kalau
berminat, silakan baca karya-karya Tareq Ismael, Harold Cubert, Musa Budairi,
Rifa'at El-Sa'id, Ilana Kaufman, Joel Beinin, Sami Hanna, SM Agwani, dan masih
banyak lagi. Di antara mereka, Tareq Ismael yang paling spesial karena
betul-betul spesialis di kajian komunisme dan sosialisme di Arab dan Timur
Tengah yang telah menulis sejumlah buku penting seperti "The Communist Movement
in the Arab World", "The Communist Movement in Syria and
Lebanon", "The Arab Left", "The Communist Movement in
Egypt," "The Sudanese Communist Party", dlsb.
Embrio komunisme di kawasan Arab dan Timur Tengah bermula
dari gerakan politik yang dilakukan oleh para mahasiswa dan buruh Turki di
Jerman yang ikut bergabung dalam aksi protes yang dipelopori oleh Partai
Komunis Jerman pada tahun 1919. Sebagian mereka kemudian mendirikan Partai
Petani dan Buruh Turki. Gerakan komunisme di Jerman juga berhasil memikat
Husain al-Rahhal yang dijuluki sebagai tokoh Marxist pertama Irak.
Di Mesir, "trio" Yahudi-Muslim-Kristen Koptik
(Joseph Rosenthal, Mahmud Husni al-Urabi, dan Anton Marun) mendirikan Partai
Sosialis Mesir pada tahun 1921. Mahmud Husni al-Urabi adalah alumnus Moscow,
Soviet, yang kemudian menyulap Partai Sosialis menjadi Partai Komunis di Mesir.
Sementara itu di Palestina, Radwan al-Hilu yang juga "didikan Moscow"
adalah tokoh di balik gerakan "Arabisasi" Partai Komunis Palestina.
Ia menjadi tokoh sentral PKP (Partai Komunis Palestina) karena mendapat restu
dari pimpinan Comintern, organisasi internasional partai-partai komunis untuk
megarabkan PKP yang sebelumnya dikuasai Yahudi.
Revolusi Arab dari tahun 1936 sampai 1939 menyebabkan Partai
Komunis Palestina pecah menjadi sejumlah kelompok / organisasi independen
seperti National Liberation League yang didirikan oleh Bulus Farah. Di Libanon
dan Suriah, pendirian Partai Komunis dipelopori oleh Fu'ad Shamali dan Yusuf
Yazbak. Di Iran, pendirian Partai Komunis dipelopori oleh para tokoh Muslim dan
gerilyawan Jangali. Mereka sempat mendirikan Republik Iran Sosialis Soviet di
Gilan. Sementara itu di Irak, pentolan Partai Komunis-nya adalah Salman Yusuf
Salman.
Bergabungnya para tokoh, pemikir, dan aktivis Islam,
Kristen, dan Yahudi dalam komunisme di Arab dan Timur Tengah menunjukkan bahwa
komunisme memang tidak ada hubungannya dengan ateisme seperti sudah berulang
kali saya tegaskan karena keduanya memang sebuah konsep, filosofi, dan ideologi
yang berbeda. Jadi, kalau masih ada yang menyamakan antara komunisme dan
ateisme, mereka betul-betul mengalami "gagal permanen" dalam memahami
komunisme dan ateisme (bersambung).
0 Response to "Kupas Tuntas Komunis oleh Prof Sumanto"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR