MHTI : Hari Santri berasal dari ide-ide kufur Kapitalisme yang jauh dari nilai-nilai Islam
October 23, 2016
2 Comments
MHTI : Hari Santri berasal dari ide-ide kufur Kapitalisme yang jauh dari nilai-nilai Islam
Singkatan dari MHTI |
Tasikmalaya- Sebagai alumni Pesantren Haurkuning,
saya menolak disebut sebagai alumni, karena hingga sekarang masih menjadi santri, masih
suka ngaji, dan karena momennya hari ini adalah “Hari Santri” bukan hari alumni,
hehe
Peringatan hari Santri, layak di
sambut dengan gembira oleh seluruh santri di Nusantara, kecuali bagi mereka
yang belum pernah nyantri, atau orang yang cintanya ditolak oleh santriwati,
hehe
Sayang sekali, ditengah-tengah
perayaan hari santri, saya terganggu dengan tulisan saudara saya yang "beragama" HTI hehe, berikut selengkapnya dalam artikel “MHTI : Hari Santri berasaldari ide-ide kufur Kapitalisme yang jauh dari nilai-nilai Islam”
Sebagaimana maklum di Indonesia
ada ormas yang didalamnya terdapat organisasi kemasyarakatan & pemuda
(OKP), yang anti barat dan segela hal yang berbau barat, mereka juga anti
demokrasi dan berburuksangka pada segala hal yang menjadi produk demokrasi, Saya sebut saja merek
dagangnya, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang di dalamnya terdapat Muslimah
Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI)
Karena bawaannya yang anti
demokrasi, Peringatan hari santri nasional setiap tanggal 22 Oktober pun dianggapnya tidak
lepas dari agenda barat, secara terang-terangan Arum Harjanti (MHTI)
menyebutkan bahwa Hari Santri Nasional adalah bagian dari
“Kampanye
nilai-nilai global yang berasal dari ide kufur kapitalisme dan dimpor dari Barat. Melalui
revolusi mental, nilai-nilai
global itulah yang akan dijadikan asas dan bahkan menafikan nilai-nilai islam”
Lihat selengkapnya di https://hizbut-tahrir.or.id/2015/10/02/hari-santri-dan-pencanangan-gerakan-nasional-revolusi-mental/ di posting pada tanggal 02 Oktober 2015
Produk dari Demokrasi dan
upaya agar santri mengikuti arahan pemerintah
Tuduhan ide kufur ini, menurut
Arum Harjanti mengingat (1) Hari Santri adalah produk dari demokrasi yang
dicanangkan oleh presiden Jokowi pada upacara HUT Korpri ke-43 pada tanggal 1
Desember 2014 sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)
(2) Melalui hari santri ini, maka
para santri akan mengikuti arahan pemerintah, yakni menjadi menjadi kader-kader
penerus peradaban Islam versi nilai universal yang dikembangkan Barat, yakni
mengedepankan ilmu pengetahuan, perdamaian, keadilan dan toleransi.
di akses dan di capture pada tanggal 23 Oktober 2016 |
Tanpa lebih banyak
meng-interpretasi ucapan Arum Harjanti, berikut petikan langsungnya:
Pemilihan
Hari Santri Nasional bersamaan dengan
pencanangan GNRM itu menjadi momen penting untuk menegaskan bahwa para santri
akan menjadi pelaku revolusi mental seperti yang digambarkan oleh Presiden.
Bentukan
karakter para santri tidak lagi cukup disandarkan pada perilaku luhur para
salafush sholih, namun diharapkan mengikuti harapan perkembangan kekinian
sesuai arahan pemerintah.
Mereka akan
menjadi “duta” revolusi mental yang
membuat Indonesia kuat, agar radikalisme dan anarkisme tidak tumbuh
subur. Harapan membangun dan
mengembangkan peradaban Islam juga semata-mata sesuai nilai-nilai universal
yang dikembangkan Barat, yakni mengedepankan ilmu pengetahuan, perdamaian,
keadilan dan toleransi.
Para santri
yang belajar di pesantren adalah calon ulama muda pada masa depan. Mereka akan menjadi rujukan di tengah
masyarakat yang akan mengajarkan dan menyebarkan nilai-nilai Islam. Barat amat
menyadari posisi strategis mereka. Wajar
jika mereka dibidik sebagai kader yang akan menyampaikan nilai-nilai Islam
moderat di tengah umat. Pencanangan GNRM di tengah para santri akan menjadi
pintu pembuka membentuk muslim moderat yang dicita-citakan Barat.
Dengan
pandangan moderat yang dimilikinya, maka para santri akan menjadi bagian
partner Barat dalam membina kaum muslim dengan nilai-nilai ala Barat yang jauh
dari nilai Islam.
Alhasil
Dengan
demikian umat akan makin jauh dari pemahaman Islam yang hakiki, yang mengharuskan setiap muslim senantiasa
berpegang teguh pada syari’at Islam termasuk memperjuangkan hukum Islam secara
formal dalam bentuk negara Islam.
Menurut saya itu hanya kekhawatiran yang berlebihan. Enggak bakal gitu juga kalau kita pandai memanfaatkan dan menyiasatinya. Seperti Bung Karno memanfaatkan BPUPKI dan PPKI yang jelas2 bentukan Jepang, untuk kepentingan Jepang menjadi benar2 sebagai alat memerdekakan Indonesia. Manfaatkan momentum Hari Santri seperti Bung Karno memanfaatkan BPUPKI dan PPKI. Cerdaslah jadi muslim/ah jangan jumud!
ReplyDeleteBetul itu pa
Delete