-->

Belajar Nahwu; Mabadi Ilmu Nahwu



Mabadi (Pengantar Ilmu Nahwu)

1.     حَدُّهُ                 : عِلْمٌ بِأُصُوْلٍ يُعْرَفُ بِهَا أَحْوَالُ أَوَاخِرِ الْكَلِمِ إِعْرَابًا وَبِنًاءً[1]
Definisi : Ilmu Pokok untuk mengetahui aturan-aturan akhir kalimat secara i’râb maupun mabni

           

2.      مَوْضُوْعُهُ        : الْكَلِمَةُ الْعَرَبِيَّةُ مِنْ حَيْثُ الْبَحْثِ عَنْ أَحْوَالِهَا
Objek Kajian : Untuk aturan-aturan gramatika Bahasa Arab

3.       ثَمْرَتُهُ             : اَلتَّحَرُّزُ عَنِ الْخَطَاءِ فِي اللِّسَانِ وَاْلاِسْتِعَانَةُ عَلَى فَهْمِ كَلاَمِ اللهِ                   وَكَلاَمِ رَسُوْلِ اللهِ
Untuk menjaga kesalahan dalam berbicara bahasa Arab, dan alat bantu untuk memahami Kalam Allah (Al-Quran) dan Kalam Rasulillah (Hadis).


النَّحْوُ زَيْنٌ لِلفَتَىْ           يُكْرِمُهُ حَيْثُ أَتَىْ
مَنْ لَمْ يَكُنْ يَعْرِفُهُ       فَحَقُّهُ اَنْ يَسْكُتَ[2]

Ilmu Nahwu akan jadi hiasan untuk seorang laki-laki, menjadi kemuliaannya dimanapun. Barangsiapa yang tidak memahami Nahwu maka sebaiknya ia untuk diam
4.     فَضْلُهُ              :  فَوْقَنُهُ عَلَى سَائِرِ العُلُوْمِ
      Keunggulan Nahwu: Melebihi ilmu-ilmu yang lain
         وَالنَّحْوُ أَوْلى أَوَّلاً أَنْ يُعْلَمَ * إِذِ الْكَلَامُ ذُوْنَهُ لَنْ يُفْهَمَ                                                    
Ilmu Nahwu adalah hal pertama yang harus dipelajari. Tanpanya sebuah perkataan (dalam bahasa Arab)  tidak dapat dimengerti


5.     نِسْبَتُهُ              : التَّبَايُنُ; لكن الصَّرْفُ أًمُّ الْعُلُوْمِ وَالنَّحْوُ أَبُوْهَا
Hubungan: Dengan ilmu lain berbeda, namun apabila dibandingkan dengan ilmu Saraf, ilmu Saraf laksana Bapak, dan Ilmu Nahwu laksana ibunya.      
6.     واضعه : أبو الأسود الدُؤَلِى
Peletak Pertama: Adalah Abu Aswâd al-Duali

            Abu Aswad mendapatkan tugas langsung dari Khalifah saat itu yakni Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu pasca terjadinya kesalahan pembacaan harkat pada ayat 3 dari surah al-Taubah. Seharusnya dibaca dommah yakni Wa rasuluhu tapi dibaca kasrah yakni wa rasulihi. Perhatikan bunyi ayatnya:
إِنَّ اللهَ بَرِيْئٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَرَسُوْلُهِ

Jika dibaca dhammah (wa rasuluhu) makna dari ayat di atas adalah: “Sesungguhnya Allah dan Rasulnya tidak memperdulikan orang-orang Musyrik” Namun jika dibaca kasrah (wa rasulihi), makna dari ayat itu adalah “Sesungguhnya Allah tidak memperdulikan orang-orang Musyrik dan kepada Rasul-Nya.

Saat itu dalam al-Quran belum terdapat harkat, sementara Islam telah tersebar sedemikian luas ke pelosok penjuru negeri dan antar negara. Al-Quran tidak hanya menjadi bacaan orang Arab namun juga menjadi bacaan orang Ajam (non Arab). Maka timbul inisiatif Khalifah untuk mengharkati al-Qurân dan ditunjuklah Abu Aswad al-Dauli sebagai pengemban tugas.

Setelah Abu Aswad al-Dualy, Ilmu Nahwu dikembangkan oleh Abu Amr bin Ala’, Imam Khalil al-Farahidi dan muridnya yaitu Imam Syibawaihi. Karya Nahwu yang paling popular di Indonesia adalah al-Jurumiyyah karya Abu Abdillah bin Muhammad bin Daud al-Shanhaji yang popular dengan sebutan Ibn al-Jurumy. Karya ini sangat mudah dipahami dan ringkas
7.      إسمه              : علم النـّحو، علم قواعد الإعراب
Nama: ‘Ilmu Nahwu, ilmu Kaidah-kaidah Bahasa Arab

            Jika sebuah pertanyaan diajukan: لِمَاذَ سُمِيَ النَحْوَ نَحْوًا

Mengapa Ilmu Nahwu dinamai dengan Nahwu? Jawaban dari pertanyaan itu adalah dengan mengenal sejarah Nomenklatur (penamaan) ilmu Nahwu. Adalah Abu Aswad al-Duali yang terinspirasi dari perkataan Sayyidina Ali RA. :
إِنْحَ هَذَا النحْوَ: Lanjutkanlah contoh ini

8.     إستمداده        : من القرآن والحديث
Istimdâd (pengambilan) dari al-Quran dan Hadis

Mengetahui pengambilan menjadi penting dibahas karena bagian dari Epistimologi sebuah ilmu. Mengingat Nahwu sudah menjadi Ilmu (Science) bukan hanya sekedar pengetahuan (Knowledge).
Maka pembahasan Ontologi, Aksiologi dan Epistimologi sama baiknya.

9.     حكمه :فرْضُ الكِفَايَةِ عَلَى كُلِّ نَاهِيَةٍ، وَفَرْضُ العَيْنِ عَلَىَ قَارِئ                                              التـّفْسِيْرِوَالحَدِيْث      
Hukum mempelajari Ilmu Nahwu adalah Fardu Kifayah, namun status hukumnya menjadi Fardu ain bagi orang yang ingin menelaah al-Quran dan Tafsir
           
10.مسائله : قَضَايَاهُ البَاحِثَةُ عَنْ قَوَاعِدِهِ


إنّ مَبَادِيَ كُلّ فَنٍّ عَشَرَة                     الحَدُّ وَالمَوْضُوْعُ ثمّ الثـّمْرَة   
وَفَضْلُهُ والنِّسْبَةُ وَالوَاضِعُ              وَالإسْمُ الإسْتِمْدَادُ حُكْمُ الشّاَرِعُ   
مَسائِلٌ والبَعْضُ بِالبَعْضِ اكْتَفَى         وَمَنْ دَرَى الجَمِيْعَ حَازَ الشّرَفَ    





[1] انظر الى شرح العمريطى
[2] انطر الى شرح حاشية العلامة ابن حمدون (صفحة. ١٤)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Belajar Nahwu; Mabadi Ilmu Nahwu "

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel