Belajar Nahwu; Mabadi Ilmu Nahwu
February 7, 2015
Add Comment
Mabadi (Pengantar Ilmu Nahwu)
Definisi : Ilmu Pokok
untuk mengetahui aturan-aturan akhir kalimat secara i’râb maupun mabni
2. مَوْضُوْعُهُ : الْكَلِمَةُ الْعَرَبِيَّةُ مِنْ حَيْثُ
الْبَحْثِ عَنْ أَحْوَالِهَا
Objek Kajian : Untuk
aturan-aturan gramatika Bahasa Arab
3. ثَمْرَتُهُ : اَلتَّحَرُّزُ عَنِ الْخَطَاءِ فِي
اللِّسَانِ وَاْلاِسْتِعَانَةُ عَلَى فَهْمِ كَلاَمِ اللهِ وَكَلاَمِ
رَسُوْلِ اللهِ
Untuk menjaga kesalahan dalam berbicara bahasa
Arab, dan alat bantu untuk memahami Kalam Allah (Al-Quran) dan Kalam Rasulillah
(Hadis).
النَّحْوُ زَيْنٌ لِلفَتَىْ يُكْرِمُهُ حَيْثُ أَتَىْ
Ilmu Nahwu akan jadi
hiasan untuk seorang laki-laki, menjadi kemuliaannya dimanapun. Barangsiapa
yang tidak memahami Nahwu maka sebaiknya ia untuk diam
4.
فَضْلُهُ : فَوْقَنُهُ عَلَى سَائِرِ العُلُوْمِ
Keunggulan
Nahwu: Melebihi ilmu-ilmu yang lain
وَالنَّحْوُ
أَوْلى أَوَّلاً أَنْ يُعْلَمَ * إِذِ الْكَلَامُ ذُوْنَهُ لَنْ يُفْهَمَ
Ilmu Nahwu adalah hal pertama yang harus dipelajari.
Tanpanya sebuah perkataan (dalam bahasa Arab)
tidak dapat dimengerti
5.
نِسْبَتُهُ : التَّبَايُنُ; لكن الصَّرْفُ أًمُّ الْعُلُوْمِ
وَالنَّحْوُ أَبُوْهَا
Hubungan: Dengan ilmu lain
berbeda, namun apabila dibandingkan dengan ilmu Saraf, ilmu Saraf laksana Bapak,
dan Ilmu Nahwu laksana ibunya.
6.
واضعه : أبو الأسود الدُؤَلِى
Peletak Pertama: Adalah Abu Aswâd al-Duali
Abu
Aswad mendapatkan tugas langsung dari Khalifah saat itu yakni Ali bin Abi
Thalib Radiyallahu ‘anhu pasca terjadinya kesalahan pembacaan harkat
pada ayat 3 dari surah al-Taubah. Seharusnya dibaca dommah yakni Wa
rasuluhu tapi dibaca kasrah yakni wa rasulihi. Perhatikan bunyi
ayatnya:
إِنَّ اللهَ بَرِيْئٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
وَرَسُوْلُهِ
Jika
dibaca dhammah (wa rasuluhu) makna dari ayat di atas adalah:
“Sesungguhnya Allah dan Rasulnya tidak memperdulikan orang-orang Musyrik” Namun
jika dibaca kasrah (wa rasulihi), makna dari ayat itu adalah
“Sesungguhnya Allah tidak memperdulikan orang-orang Musyrik dan kepada
Rasul-Nya.
Saat itu
dalam al-Quran belum terdapat harkat, sementara Islam telah tersebar sedemikian
luas ke pelosok penjuru negeri dan antar negara. Al-Quran tidak hanya menjadi
bacaan orang Arab namun juga menjadi bacaan orang Ajam (non Arab). Maka timbul
inisiatif Khalifah untuk mengharkati al-Qurân dan ditunjuklah Abu Aswad
al-Dauli sebagai pengemban tugas.
Setelah
Abu Aswad al-Dualy, Ilmu Nahwu dikembangkan oleh Abu Amr bin Ala’, Imam Khalil
al-Farahidi dan muridnya yaitu Imam Syibawaihi. Karya
Nahwu yang paling popular di Indonesia adalah al-Jurumiyyah karya Abu
Abdillah bin Muhammad bin Daud al-Shanhaji yang popular dengan sebutan Ibn
al-Jurumy. Karya ini sangat mudah dipahami dan ringkas
7. إسمه : علم النـّحو، علم قواعد الإعراب
Nama: ‘Ilmu Nahwu, ilmu
Kaidah-kaidah Bahasa Arab
Jika
sebuah pertanyaan diajukan: لِمَاذَ سُمِيَ النَحْوَ نَحْوًا
Mengapa Ilmu Nahwu dinamai dengan Nahwu? Jawaban dari pertanyaan itu adalah dengan mengenal
sejarah Nomenklatur (penamaan) ilmu Nahwu. Adalah Abu Aswad al-Duali yang
terinspirasi dari perkataan Sayyidina Ali RA. :
إِنْحَ هَذَا
النحْوَ: Lanjutkanlah contoh ini
8.
إستمداده : من القرآن والحديث
Istimdâd (pengambilan) dari al-Quran dan Hadis
Mengetahui pengambilan menjadi penting dibahas karena
bagian dari Epistimologi sebuah ilmu. Mengingat Nahwu sudah menjadi Ilmu (Science)
bukan hanya sekedar pengetahuan (Knowledge).
Maka pembahasan Ontologi, Aksiologi dan
Epistimologi sama baiknya.
9.
حكمه :فرْضُ الكِفَايَةِ عَلَى كُلِّ
نَاهِيَةٍ، وَفَرْضُ العَيْنِ عَلَىَ قَارِئ التـّفْسِيْرِوَالحَدِيْث
Hukum mempelajari Ilmu Nahwu adalah Fardu Kifayah, namun
status hukumnya menjadi Fardu ain bagi orang yang ingin menelaah al-Quran dan
Tafsir
10.مسائله : قَضَايَاهُ البَاحِثَةُ عَنْ قَوَاعِدِهِ
إنّ مَبَادِيَ كُلّ فَنٍّ عَشَرَة الحَدُّ
وَالمَوْضُوْعُ ثمّ الثـّمْرَة
وَفَضْلُهُ والنِّسْبَةُ وَالوَاضِعُ وَالإسْمُ
الإسْتِمْدَادُ حُكْمُ الشّاَرِعُ
مَسائِلٌ والبَعْضُ بِالبَعْضِ اكْتَفَى وَمَنْ دَرَى الجَمِيْعَ حَازَ الشّرَفَ
0 Response to "Belajar Nahwu; Mabadi Ilmu Nahwu "
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR