-->

Belajar Nahwu; Bahasan Basmallah


Pada artikel ini adalah pembahasan Basmalallah dengan gaya ilmu Nahwu

يَنبَغِيْ لِكُلِّ شَارِعٍ فِيْ فنٍّ مِنْ فُنُوْنِ اثْنَيْ عَشَرَ فَنًّا أنْ يَّبْحَثَ البَسْمَلة َ بمَا يُناسِبُ ذلك الفنَّ المَشْرُوْعَ وِفاءً لِحَقـَّيْنِ حَقِّ البَسْمَلةِ وَحَقِّ ذلك الفنِّ المَشْرُوْعِ

Membahas Basmallah sesuai dengan permasalahan yang dikaji dengan dua alasan pertama mengikuti tatacara dalam al-Quran yang setiap surah diawali dengan basmallah kedua: mengamalkan hadis
كُلُّ أمْرٍ ذِيْ بَالٍ لايُبْتَدَءُ فِيْهِ ببسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فهُوَ أقطعُ أوْ أبْتَرُ أوْ أجْدَم
Setiap hal yang tidak diawali dengan basmallah maka sia-sia atau tidak sempurna

Selanjutnya pembahasan Basmallah dengan disiplin ilmu Nahwu adalah mengetahui struktur kalimat dan maknanya. Berikut penjelasannya:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ أى أبْتـَدِءُ تـَعَلـُّمَ هَذا الكِتـَابِ المُسَمَّى بالجُرُوْمِيَّةِ حَالَ كَوْنِيْ مُسْتَعِيْنا وَمُتَبَارِكا ببسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Bismillahirahman al-rahim yakni aku memulai mempelajari kitab yang dinamai dengan Jurumiyyah ini dengan meminta pertolongan Allah, dan mengalap berkah.

            Dapat kita amati dari lapad “بسم tersusun dari dua sturuktur. Pertama adalah Ba harf Jâr dan lapad سم sebagai majrûr. Dikarenakan Ba dalam lapad bismi adalah haraf jar asliyyah, maka harus mempunyai muta’lak. Adapun muta’alak dari jar-majrur ini adalah kalimat fiil ((أبتدأ

Adapaun I’rab lapad ism adalah jar/khofad karena di-jar-kan oleh ba haraf jar. untuk pembahasan mengenai Jâr-Majrûr dan muta’alak-nya akan dibahas dalam Bab Kala Selanjutnya dalam rangka membahas Basmallah ala ilmu nahwu, akan memonitor hubungan lapad “بسم” dan lapad اللهadalah Mudaf dan mudhaf ileh, yang pertama sebagai mudaf, dan yang kedua sebagai mudaf ileh dan hubungan keduanya disebut dengan “idofat” adapun I’râb lapadاللهmenjadi jar karena menjadi mudaf ileh. Pembahasan idofat selebihnya akan dibahas dalam Bab Mahfudzat al-asma

            Hubungan lapad “الله” dan lapad الرحمنadalah mausuf dan sifat, yang pertama sebagai mausuf dan yang kedua sebagai sifat. Adapun I’rab lapad al-rahman adalah jar karena menjadi sifat dari lapad Allah (telah dibahas sebelumnya bahawa lapad Allah adalah jar)

            Lapad الرحيم I’rab-nya sebagai sifat dari lapad الله. Kali ini statusnya menjadi sifat yang kedua. Untuk I’rab-nya juga jar. Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa sebab Jar ada 3, pertama karena haraf seperti jar nya lapad ismi oleh ba. Kedua, jar karena idofat seperti jar nya lapad Allah, dan ketiga karena sifat seperti jarnya lapad al-Rahman dan al-Rahim.

 Catatan 1
Makna dari الرّحمن adalah:
:أَيِ المُنْعِمِ بِجَلاَئِلِ النِـّعَمِ أَيْ أُصُوْلِهَا فِي الدُّنْيَا عَلى جَمِيْعِ المَخْلُوْقَاتِ
Yakni yang memberikan nikmat-nikmat nampak yaitu pokok-pokonya nikmat di dunia kepada seluruh Makhluk. Nikmat yang diberikan kepada seluruh makhluk adalah nikmat dijadikan dan nikmat diberikan umur  
Makna dari الرّحيم adalah:
أَيِ الْمُنْعِمِ بِدَقَائِقِ النِـّعَمِ أَيْ فُرُوْعِهَا فِى الآخِرَةِ عَلى الُمؤمِنِيْنَ فَقَطْ
Yakni yang memberikan nikmat-nikmat lembut yaitu cabang-cabanya  nikmat di akhirat hanya untuk orang mukmin. Nikmat yang diberikan diakhirat yang hanya kepada mukmin adalah masuk surga, dan melihat Allah Swt.  

Catatan 2

Telah diketahui dalam pembahasan di atas, bahwa lapad Allah disipati dengan dua sifat, yakni dengan lapad al-rahman dan al-rahim. Dalam aturan ilmu Nahwu jika satu mausuf disipati dengan dua sifat atau lebih namun sifat tersebut tidak penting untuk diceritakan, maka I’rab dari sifat tersebut bisa mengikuti I’rab dari mausuf disebut Itba’ atau tidak mengikuti disebut Iqta’. Sebagaimana Ibn Malik berkata:
وإنْ نُعُوْتٌ كثُرَتْ وَقَدْ تَلَتْ
مُفْتَقِرًا لِذِكْرِهِنَّ أُتْبِعَتْ
وَاقْطَعْ أوْ أتْبِعْ إنْ يَكُنْ مُعَيّنَا
بِدُوْنِهَا أوْ بَعْضَهَا اقْطَعْ مُعْلِنَا

I’rab sifat manakala tidak mengikuti dari I’rab mausuf (Iqta”) maka I’rab-nya bisa rofa karena menjadi khobar dari mubtada yang disimpan, atau menjadi maf’ul dari nasib (fiil-fail) yang disimpan. Sebagaimana dalam Ibn Malik:

وَارْفَعْ أوِانْصِبْ إنْ قَطَعْتَ مُضْمِرَا        مُبْتَدَأ أوْ نَاصِبًا لَنْ يَظْهَرَا

Dalam kasus lapad al-Rahman dan al-Rahim, keduanya dapat di-rofa-kan karena menjadi khobar dari mubtada yang dibuang. Jika ditakdirkan seperti berikut:
هُوَ الرّحمٰنُ الرَّحِيْمُ

Membuang mubtada yang telah diketahui adalah hal lumrah dalam peraturan gramatika Arab. Sebagaimana Ibn Malik:

وَحَذْفُ مَا يُعْلَم ُجَائِزٌ كَمَا      تَقُوْلُ زُيْدٌ بَعْدَ مَنْ عِنْدَ كُماَ

Begitupula lapad al-Rahman dan al-Rahim, keduanya dapat di-nasab-kan karena menjadi maful dari fiil-fail yang dibuang. Jika ditakdirkan seperti berikut:

 أَمْدَحُ الرّحمٰنَ الرَّحِيْمَ

Membuang fi’il-fail yang telah diketahui adalah hal lumrah dalam peraturan gramatika Arab. Sebagaimana Ibn Malik:
                           

                وَيُحْذَفُ النـَّاصِبُهَا إنْ عُلِمَا      وَقَدْ يَكُوْنُ حَذْفُهُ مُلْتَزَمَا


Catatan 3

Dalam pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa jika terdapat dua sifat, dan sifat tersebut tidak dibutuhkan oleh mausuf, maka sifat boleh dikutkan I’rab mausuf (Itba’) atau tidak (Iqta). Dan bolehkan untuk rofa dan nasab dalam keadaan tidak ikut mausuf (Iqta)

Maka dalam kasus lapad al-rahman dan al-rahim dari lapad Allah, dapat ditempuh Itba dan Iqta. Maka dihasilkan dari dua sifat itu masing-masing 3. Pertama I’rab yakni rofa karena Iqta, kedua nasab karena Iqta  juga, dan ketiga adalah jar karena ikut pada Jar-nya lapad Allah.  Kemugkinan dari dua sifat dengan tiga harkat adalah 9, namun yang dua tidak boleh. dari Perhatikan tabel berikut ini:


Boleh, karena semuanya sifat
بسم الله الرّحمنِ الرّحيمِ
Boleh, karena sifat dan maf’ul
بسم الله الرّحمنِ الرّحيمَ
Boleh, karena sifat dan mubtada
بسم الله الرّحمنِ الرّحيمُ
Tidak Boleh karena awalnya muful dan tak boleh yang kedua jadi sifat padahal sudah terpisah oleh maf’ul
بسم الله الرّحمنَ الرّحيمِ
Boleh karena muful dan maful
بسم الله الرّحمنَ الرّحيمَ
Boleh karena muful dan khobar
بسم الله الرّحمنَ الرّحيمُ
Tidak Boleh karena awalnya khobar dan tak boleh yang kedua jadi sifat padahal sudah terpisah oleh maf’ul
بسم الله الرّحمنُ الرّحيمِ
Boleh karena muful dan khobar

بسم الله الرّحمنُ الرّحيمَ
Boleh karena maful dan khobar

بسم الله الرّحمنُ الرّحيمُ


Kesimpulannya adalah terdapat 7 yang boleh dan dua yang tidak boleh, sebagaiman daalam syai’r:

فَالجَرّ فِى الرّحيم ِقطعاً مُنِعا
إن يُنْصَبِ الرّحْمنُ أوْ يُرْتَفعَ
ثَلاَثةَ الأوْجُهِ خُذ بَيَانِى

وَإنْ يُجَرّ فَأجِزْ فِى الثـَّانِى
وَجْهاَنِ مِنها فادْرِ هَذَا وَاسْتَمِعْ
فهذه تضمّنت تسعاً مُنِعْ


       
         


    

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Belajar Nahwu; Bahasan Basmallah"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel