Tema-tema Besar Filsafat di Yunani
Pengertian paling banyak di ungkapkan oleh para peneliti adalah bahwa filsafat berasal dari bahasa Yunani Philos yang memiliki arti cinta atau mencintai dan Sophia yang memiliki arti kebenaran atau kebijaksanaan. Dewasa ini, filsafat bukan hal yang tabu dalam pendengaran masyarakat terutama mahasiswa. Lahirnya filsafat sejalan dengan lahirnya ilmu pengetahuan. Hal ini dapat kita lihat dari bagaimana filsafat ini muncul.
Filsafat muncul
pertama kali di negeri Yunani (Zulkarnaini, 2018). Filsafat terlahir karena masyarakat Yunani saat itu
memiliki kebebasan dalam berpikir dan tidak
terkekang oleh doktrin masyarakat (AKRIM, 2022). Masyarakat kala itu mencari kebenaran melalui
akal pikiran. Mereka mencari kebenaran
dari yang paling dasar dalam kehidupan yaitu bagaimana alam ini terbentuk. Mereka merasa tidak puas dengan pemikiran
atau doktrin sebuah dongeng yang tidak
dapat dijelaskan melalui akal. Maka melalui kebebasan berpikir inilah
para ahli pikir masyarakat Yunani mencoba
untuk mendalami hal tersebut. Filsafat Yunani ini menjadi pangkal dari pemikiran dunia barat.
Filsafat sering
disebut sebagai ibu dari ilmu pengetahuan karena dasar dari ilmu pengetahuan adalah filsafat dan filsafat
merupakan kebijaksanaan dalam berpikir sebagai
jalan untuk mencari kebenaran (Yasin, Zarlis, & Nasution, 2018).
Pengertian paling banyak di ungkapkan
oleh para penulis adalah bahwa filsafat berasal dari bahasa Yunani Philos yang memiliki arti cinta atau
mencintai dan Sophia yang memiliki arti kebenaran atau kebijaksanaan (Sakiaddat, 2021).
Berdasarkan
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa filsafat artinya mencintai kebenaran atau kebijaksanaan. Berfilsafat
artinya adalah bagaimana seseorang melakukan
pemikiran mendalam mengenai suatu hal atau sebuah pertanyaan yang
membutuhkan akal untuk menjawabnya
(Susanto, 2021). Berfilsafat merupakan cara mencari makna atau jawaban paling dasar dan mendalam
tentang hakekat segala sesuatu melalui akal (Anshori, 2018).
Melalui akal inilah
masyarakat atau para pemikir Yunani kuno menjawab melalui akal yang logis. Akal itu menghasilkan
pengetahuan logis yang disebut filsafat. Filsafat merupakan rasionalisme, dimana hal itu
merupakan puncak dari proses berpikir
masyarakat ketika itu. Sedangkan
menurut Bertran Russel, Filsafat adalah sebuah theologi yang berisi berbagai pemikiran tentang masalah-masalah
pengetahuan definitif tentangnya, sampai
sebegitu jauh, tidak dapat dipastikan (Nurgiansah, 2021). Dengan
filsafat, manusia tidak akan terikat
dengan wahyu atau terikat oleh tradisi atau kepercayaan masyarakat yang yang telah ada sejak zaman nenek moyang
mereka, sehingga otoritas tradisi saat itu tidak dapat menahan kebebasan berpikir masyarakat
ketika itu (Maryanto, Dwi Wahyu Candra,
& Syahlan, 2020).
Jhon Dewey
mengungkapkan bahwa manusia secara terus-terusan melakukan perjuangan untuk mengungkapkan mengenai
sesuatu hal, hal ini dilakukan dalam rangka
melakukan penyesuaian terhadap traidisi yang membentuk budi pekerti
manusia terhadap kecenderungan ilmiah
dan cita-cita politik yang baru dan tidak sejalan dengan wewenang yanng diakui (Kahwash, 2020). Sedangkan menurut
M. J Langeveld, filsafat adalah kesatuan
dari beberapa lingkup masalah. Lingkup masalah ini terdiri dari lingkup masalah lingkungan, pengetahuan dan
nilai-nilai ( teori nilai etika, estetika, dan nilai berdasarkan religi (Nurgiansah, 2021).
Pada abad ke-6 SM,
filsafat masih berupa mitologi atau dongeng-dongeng yang di percayai oleh bangsa Yunani. Masyarakat
Yunani memiliki sistem kepercayaan bahwa
semuanya harus diterima sebagai segala sesuatu yang bersumber dari
dongeng-dongeng atau dengan kata lain
tidak mengandalkan akal pikiran (Vedanti & Unyi, 2017). Kemudian hingga pada suatu ketika Thales
menanyakan pertanyaan yang berbobot dan
berbeda tidak hanya pertanyaan yang biasa atau hanya bertanya mengenai
dari mana kopi berasal. Thales bertanya
sebenarnya apa bahan pembuat dari alam ini. Pertayaan Thales ini bahkan membuat sains dan mitologi terdiam
tak dapat menjawab pertanyaan aneh
Thales (Nurgiansah, 2021). Thales kemudian menyatakan bahwa bahan alam
semesta adalah air. Karena air dapat
berubah bentuk.
Filsafat pada masa
Yunani kuno terjadi pada abad ke-6 SM sampai dengan sekitar abad ke-6 masehi. Masyarakat kala itu
bersikap kritis terhadap sebuah pengetahuan atau dalam mencari jawaban dari sebuah pertanyaan
dan masyarakat Yunani kala itu menolak
sikap menerima begitu saja jawaban atau pengetahuan yang tidak berdasar
dari akal dan tidak dapat dijelaskan
melalui akal pikiran manusia (Hamdi, Muslimah, Musthofa, & Sardimi, 2021). Yunani kuno berada pada masa
jayanya ketika berada di bawah
Di Yunani tidak
seperti di daerah lain, saat itu Yunani tidak terikat kasta, tidak terikat oleh paham agama atau terpaku
terhadap pemikiran yang disebarkan oleh pendeta, sehingga secara intelektual mereka lebih
bebas dalam kehidupannya. Pada awal
kemunculannya, telah penulis sebutkan di atas bahwa fokus utama dari
filsafat masa itu adalah berupa
penngetahuan mengenai alam semesta, baik mengenai bagaimana alam ini terbentuk, dari mana alam dibentuk. Setelah
masa filsafat alam berakhir, filsafat
mengalami transisi tidak lagi pada alam tetapi pada manusia. Masyarakat
Yunani mulai menganggap manusia sebagai
ukuran kebenaran setelah mengkaji dan mendalami
manusia. Para filsuf melahirkan zaman keemasan dan membawa berbagai
perubahan hingga melahirkan keemasanya.
Perkembangan
filsafat manusia lahir karena filsafat mengenai alam tidak memberikan kepuasan berarti bagi para
pemikir. Mereka merasa , filsafat mengenai alam
tidak mampu menjawab dan memberikan penjelasan yang memuaskan tentang
manusia. Pada masa itu, para pemikir
yang terkenal adalah Socrates, Plato dan Aristoteles.
Menurut Socrates
pengetahuan yang sangat berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri. Plato mengatakan bahwa realitas kebenaran bukan ada
di dalam idea melainkan di alam
empiris. Pasca Aristoteles
kira-kira lima abad kemudian muncul lagi pemikiran jenius seperti plotinus
(284-269 SM). Ada beberapa faktor lahirnya filsafat di Yunani yaitu sebagai berikut :
1. Bangsa Yunani
kaya akan mitos,
2. Karya sastra
Yunani, dan
3. Pengaruh
ilmu-ilmu pengetahuan.
Ada 3 pembagian
pemikiran filsafat yang terdapat di masa
Yunani kuno. Filsafat Yunani secara umum mengkaji 3 objek yaitu:
1. Cosmosentries
Kajian
cosmosentries adalah kajian yang mencatat tentang alam, yaitu asal muasal alam dan perkembangannya yang meliputi ruang
wkatu, gerak, jarak, gaya, materi,
interaksi, bilangan, kualitas, kwantitas, kaulitas.
2. Theosentris
Kajian ini adalah
kajian yang membahas tentang Tuhan yang meliputi keberadaanya, kekuasaan, peran Tuhan dan karakter-Nya.
3. Antrophosentries
Kajian ini adalah
kajian yang membicarakan tentang manusia yang membicarakan tentang asal usul, kedudukan dari objek,
termasuk masalah agama dan moral.
Berdasarkan tiga
kajian di atas, adapun pembagian kajian filosof Yunani yang membicarakan tentang alam adalah (Nasr,
2006):
1. Thales
Ia mengatakan bahwa
asal alam adalah air, menurut ahli penetapan air sebagai alam karena air dapat berapung di udara. Pemikiran
Thales itu diikuti oleh pemikiran pemikiran yang berkembang pada saat itu. jika
dicermati, terdapat titik singgung
dengan ajaran sebagai yang dimaksud (Anda Juanda, 2016).
2. Anaximandros
Menurutnya asal
alam adalah apairon. Yaitu suatu zat yang tak terbatas dan memiliki sifat keilahian yang abadi. Adapun terjadinya
alam karena proses antagonis (perlawanan
antara dua unsur yang berlawanan, yaitu panas dan dingin kemudian terjadi kristalisasi sehingga menjadi unsur
masing-masing dan selanjutnya unsur panas
membalut unsur dingin yang mengakibatkan terjadinya perputaran,
pergesekan, sehingga unsur yang dingin
terbagi dua yaitu, yang mengering menjadi daratan dan yang tetap dingin menjadi lautan (Ramli,
2000). Sebagai unsur yang panas menjadi
cincin matahari, bulan dan bintang.
3. Anaximenes
Menurut beliau,
benda yang tak terbatas dari segi kualitas dan kuatitas adalah udara. Pemikiran ini setara dengan dua pemikir
sebelumnya.
4. Democritos
Menurutnya asal
alam, bukan air, udara melainkan dari atom yaitu benda yang palig kecil yang tidak bisa dipisah, atom-atom itu
saling bergerak yang mengakibatkan
tabrakan atom selajutnya membentuk kelompok-kelompok yang akhirnya
menyatu dalam bentuk kosmos.
5. Phytagoras
Bahwa
segala-galanya adalah bilangan.
6. Heracritus
Pemikiran tersebut
tetap abadi sampai sekarang adalah mengenai perubahan, menurutnya segala sesuatu itu berubah, tiada
yang tetap seperti air mengalir bagaikan
sungai. Ia mengatakan engkau tidak bisa turun dua kali kedalam sungai
yang sama.
7. Empedokles: Unsur
alam terdiri dari 4 yaitu api, air, udara dan tanah. Tapi dikaitkan dengan
panas, udara dikaitkan dengan dingin,
tanah dikaitkan dengan kering, dan air dikaitkan dengan basah.
Adapun pembagian
kajian filosof Yunani yang membicarakan tentang Tuhan adalah (Husaini, 2020):
1. Xenophanes:
Tuhan itu hanya 1 yang besar di antara dewa dan manusia, ia tidak sama dengan makhluk dan tidak berpikir seperti
manusia. Tuhan tidak dijadikan dan ia
mengisi seluruh alam.
2. Plato:
menurutnya kebenerana itu bersumber dari ide yaitu suatu pandangan bahwa terdapat suatu dunia dibalik alam
kenyataanya. Itulah hakikat dari segala yang ada. Artinya sesuatu yang kita amati sehari-hari
adalah bayangan atau gambaran dari alam
ide sebagai segala sumber yang ada, kebaikan keburukan. Oleh, karena
itu, ide-ide itu tidak bergantung kepada
pemikiran. Tetpi pemikirannya yang bergantung kepada ide. Dengan demikian ide tersebut bersifat
objektif bukan obejktif. Puncak ide di jadikan
sebagai kebaikan tertinggi yang disebut Idea of god yang di
formulasikan.
3. Aristoteles:
menurutnya keberadaan Tuhan itu kita ketahui berdasarkan gerakan alam, karena setiap gerakan yang ada di alam ini
digerakkan oleh sesuatu yang tidak
bergerak, yaitu Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan adalah, sebagai peggerak
utama dan sebagai tujuan gerak. Jadi
sesuatu yang bergerak mustilah digerakkan oleh yang tidak bergerak dan sesuatu yang tidak bergerak itu
hanya mungkin berTuhan karena ia
terlepas dari materi.
Berdasarkan tiga
kajian di atas, adapun pembagian kajian filosof Yunani yang membicarakan tentang manusia adalah (Sirait,
2021):
1. Protogoras
Menurutnya manusia
adalah ukuran segalanya, baik dan buruk, benar dan salah, semuanya di tentukan oleh manusia. Oleh
karena itu, terdapat berbagai ragam
kebenaran sesuai dengan apa yang diajukan setiap manusia. Akibatnya
kebenaran itu relatif. Karena
masing-masing memiliki standar kebenaran yang berbeda, sehingga pada akhirnya tidak ada lagi kebenaran,
termasuk kebenaran agama dan moral.
2. Gorgias
Gorgias melanjutkan
ajaran Protogoras, menurutnya bukan saja kebenaran yang relatif, tetapi manusia ini pun relatif
karena manusia ini tidak mampu memperoleh
kebenaran. Ada tiga rumusan raltif kebenaran menurutnya, 1. Tidak ada
sesuatupun, jika ada maka ia akan
mengada selamanya. 2. Jikapun sesuatu itu ada, ia tak mungkin diketahui karena ia tak terhingga. 3. Jikapun
kita tau sesuatu, kita tak bisa
menggambarkannya kepada orang lain. Kalaupun digambarkan sesuatu yang
tidak utuh.
3. Socrates
Selain membicarakan
tentang Tuhan, beliau juga membicarakan manusia. Menurutnya manusia terdiri dari dua unsur yaitu, unsur
materi/badan dan non materi/jiwa.
Keduanya saling berkaitan sehingga, kehilangan sesuatu akan kehilangan
makna secara keseluruhan.
KESIMPULAN
Filsafat diawali
pada abad ke-6 Sebelum Masehi. Filsafat muncul menggantikan mitos-mitos dan dongeng-dongeng yang beredar
dan menjadi sistem kepercayaan
masyarakat Yunani saat itu. orang-orang Yunani patuh dan menjalankan
hidup dengan menjadikan mitos dan
dongeng sebagai pegangan hidup dan menjadi jawaban atas pertanyaan dan masalah kehidupan. Filsafat
muncul karena para pemikir tidak puas
dengan jawaban dari pertanyaan yang tidak dapat dibuktikan dengan akal
manusia. Para ahli pikir tersebut
kemudian mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut melalui akal pikir mereka sehingga
mendapatkan jawaban yang dapat diterima
oleh akal.
BIBLIOGRAFI
AKRIM, AKRIM.
(2022). PENDIDIKAN HUMANIS DALAM PENGELOLAAN
PENDIDIKAN DI INDONESIA. Aksaqila Jabfung.
Anda Juanda, A. J.
(2016). Aliran-Aliran Filsafat Landasan Kurikulum dan Pembelajaran (Dari Yunani Kuno Hingga
Postmodern). CV. Confident. Anggito, Albi, & Setiawan, Johan. (2018).
Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak
(Jejak Publisher).
Anshori, Abdul
Ghofur. (2018). Filsafat hukum. Ugm Press.
Darusman, Yoyon M.,
& Wiyono, Bambang. (2019). Teori dan Sejarah Perkembangan Hukum.
Hamdi, Sabiatul,
Muslimah, Muslimah, Musthofa, Khabib, & Sardimi, Sardimi. (2021). Mengelaborasi Sejarah Filsafat Barat dan
Sumbangsih Pemikiran Para Tokohnya.
Jurnal Pemikiran Islam, 1(2), 151–166.
Husaini, Adian.
(2020). Filsafat Ilmu: Perspektif Barat & Islam. Gema Insani. Kahwash,
Mourssi Abbas Mourssi Hassan. (2020). Penanaman Akhlak Menurut Ibnu Miskawayh (932-1030) Dan Al-Ghazali
(1058-111). Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.
Maryanto, Maryanto,
Dwi Wahyu Candra, Dewi, & Syahlan, Mattiro. (2020). Tinjauan Etnomusikologi Musik Kuriding Suku Dayak
Bakumpai Kabupaten Barito Kuala,
Sejarah Filsafat Di
Tanah Yunani 237
Lidra Agustina
Tanjung, Salminawati / JOSR: Journal of Social Research, 1(4), 232-238
Kalimantan Selatan.
Marzuki, Ismail,
Johra, S. Pd, Arwansyah, S. T., Asrudin, S. T., ST Zaenal, Ir, ST Harimuswarah, Muhammad Riadi, Muhammad
Syahrir, S. S., Ramli, Muhammad, &
ST Hadi, Akbar. (2021). Filsafat Ilmu di Era Milenial. Fakultas Teknik UNIFA.
Nasr, Seyyed
Hossein. (2006). Tiga Mazhab Utama Filsafat Islam. IRCiSoD. Nurgiansah, Heru.
(2021). Filsafat Pendidikan.
Rahardjo, Mudjia.
(2017). Studi kasus dalam penelitian kualitatif: konsep dan prosedurnya.
Ramli, Andi
Muawiyah. (2000). Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis). LKIS PELANGI AKSARA.
Sakiaddat, Irana
Dewi. (2021). Filsafat.
Simarmata, Nenny
Ika Putri, Hasibuan, Abdurrozzaq, Rofiki, Imam, Purba, Sukarman, Tasnim, Tasnim, Sitorus, Efbertias, Silitonga,
Hery Pandapotan, Sutrisno, Eko, Purba,
Bonaraja, & Makbul, Ritnawati. (2021). Metode Penelitian Untuk
Perguruan Tinggi. Yayasan Kita Menulis.
Sirait, Robin.
(2021). KONSEP METAFISIKA PERSPEKTIF IBNU SINA DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. HIKMAH: Jurnal
Pendidikan Islam, 10(2), 105–119.
Susanto, Ahmad.
(2021). Filsafat ilmu: Suatu kajian dalam dimensi ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Bumi Aksara.
Tadjuddin, Muhammad
Saleh, Sani, Mohd Azizuddin Mohd, & Yeyeng, Andi Tenri. (2016). Dunia Islam dalam Lintasan Sejarah
dan Realitasnya di Era Kontemporer.
Jurnal Ushuluddin: Media Dialog Pemikiran Islam, 20(2), 345–358.
Vedanti, Kunti Ayu,
& Unyi, Unyi. (2017). KONSEP TEOLOGI FEMINISME NYAI ENDAS BULAU LISAN TINGANG. Widya Katambung,
8(1).
Yasin, Verdi,
Zarlis, Muhammad, & Nasution, Mahyuddin K. M. (2018). Filsafat Logika Dan Ontologi Ilmu Komputer. Journal of
Information System, Applied, Management,
Accounting and Research, 2(2), 68–75.
Zulkarnaini,
Zulkarnaini. (2018). FILSAFAT ISLAM (Kajian Filosof Klasik). Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak (JIPA), 3(4).
0 Response to "Tema-tema Besar Filsafat di Yunani "
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR