-->

Penat Habis Pilpres: Cerita Kambing

Kritik lembut via cerpen. Walaupun tidak bisa diilustrasikan 100% apple to apple, minimal cerita ini salah satu autokritik yang kreatif. Nah yang begini yang kritik tapi produktif.

Cer Bing
Cerita Kambing

"Pak, warga banyak kehilangan kambing. Pasti ada maling."

"Jangan asal tuduh. Gak mungkin ada maling. Kita 'kan punya Satpam kampung. Tiap sudut kampung. Masuk dari mana mereka? Imposebel."

"Nyatanya kambing warga banyak hilang, Pak Lurah."

"Kalian mencurigai para Satpam?"

"Bukan, Pak. Kami mencurigai ada maling."

"Masuk dari manaaa?"

"Namanya maling, Pak. Pasti selalu punya cara."

"Udah, gini aja. Kasih bukti. Bawa kemari kambing kalian yang ilang."

"Yaelah, Pak Lurah. Udah ilang ... gimana jadi bukti!"

"Berarti nggak ilang, dong. Gimana saya percaya kambing kalian ilang kalo nggak ada bukti."

"Kambing kami berkurang Pak Lurah. Itu buktinya."

"Gimana saya bisa tau laporan kalian ini betul atau salah. Jangan-jangan kambing kamu contohnya, Payman, 5 ngaku ke saya 7. Bilang ke saya 2 ilang."

"Ya Allah, Pak Lurah. Kok, jadi mbulet gini. Pak Lurah itu pimpinan di sini. Kami, warga di sini lapor karena kami semua kehilangan. Apa untungnya kami bohong? Kami takut kalo dibiarin, malingnya merajalela."

"Nyatanya, kambing saya nggak ilang."

"Ya ampun, Pak! Jadi, Pak Lurah baru percaya ada maling setelah Pak Lurah ikut kehilangan?"

"Sekarang ini musim hoax. Walaupun banyak dari kalian yang sudah banyak kehilangan, belum tentu ada maling. Lah, kalian nggak ada bukti. Kambing saya juga aman aja, kok."

Esoknya ....

"Pak Lurah, ini ada bukti. Warga pasang CCTV. Tuh, bener ada maling. Kelihatan."

"Ha ha ha. Yakin itu maling? Saya curiga ini salah satu dari kalian yang pura-pura jadi maling. Muka sengaja ditutupi. Terus bilang video ini sebagai bukti. Atau, bisa jadi kalian edit."

"Astaghfirullah, Pak Lurah. Kemarin Pak Lurah minta bukti, kan? Ini buki ril, Pak."

"Jangan gegabah. Menuduh sembarangan. Bisa jadi kambing kalian dimakan binatang buas."

"Dari dulu, kampung kita nggak ada binatang buas, Pak Luraaah."

"Nggak usah debat saya. Gini aja. Video CCTV ini saya bawa untuk diselidiki. Kalau kalian terbukti bohong, kalian yang saya laporkan ke polisi. Satu lagi, siapa yang pasang CCTV?"

"Kami, Pak Lurah. Warga sum-suman belinya."

"Kalian melanggar aturan. Jika untuk kepentingan kampung, harus seizin saya. Kalian sudah melangkahi wewenang saya sebagai lurah. Kalian bisa dituntut."

"Jangan, Pak Lurah. Kami minta ma'af jika salah."

Selanjutnya ....

"Gimana, Pak Lurah?"

"Apanya?"

"Hasil rekaman CCTV kemarin."

"Asli."

"Terus?"

"Ya, gimana. Itu orang ketutup wajahnya."

"Apa gak perlu kita tanyai Satpam, Pak Lurah?"

"Maksud kalian apa? Satpam itu suruhan saya. Saya yang gaji mereka. Kalian curiga mereka? Itu artinya kalian curiga sama saya. Kalian akan saya tuntut."

Warga menyerah. Kapolsek, adik kandung Pak Lurah. Satpam, suruhan Pak Lurah. Pak Lurah mengklaim dia yang menggaji, padahal dari iuran warga. Akh, tapi benar ... Pak Lurah yang kasih ke mereka.

Eh, tunggu dulu ... kok, Pak Lurah terkesan membela maling, ya?

Akh, sudahlah. Warga tak ingin ribut. Entah apa yang disembunyikan Pak Lurah. Warga hanya berharap, entah kapan ... tapi mereka yakin kebusukan akan terbongkar dengan sendirinya.

Untuk saat ini, warga membiarkan kejadian ini menjadi misteri.

END

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Penat Habis Pilpres: Cerita Kambing"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel