-->

Kalimat Tauhid dalam Tareqat Naqsabandiyah

Kalimat Tauhid
Saya, alhamdulillah, sejak 2012 diberikan nikmat besar oleh Alloh, dibiasakan untuk berdzikir لا إله إلا الله setiap bada shalat minimal 165 kali. Walau pun ketika proses pembiasaan itu, saya di cap 'melenceng' dari tradisi, karena dzikir saya mengikuti tarekat Qâdiriyah wa Naqsyabandiah.
Saya tidak bergeming dan tidak bergesar semilimiter pun untuk MEMULIAKAN kalimat tauhid dengan melafalkannya dengan cara yang diajarkan guru saya, dari guru saya hingga Rasulullah saw. Walau demikian, tetap saja, cara seperti itu, dianggap melecehkan Allah swt, karena di dzikirkan dengan keras dan penuh hentakan.
Suatu saat, pernah saya sodorkan banyak referensi kebolehan mengeraskan dzikiri, bahkan saya sering berdiskusi hingga larut malam, tapi tetap saja mereka tak menerimanya, dan ujungnya menganggap saya  telah keluar dari tradisi yang lurus.
Mereka yang saya sebutkan ini, adalah mereka yang beragama dengan Rasa dan semangat keislaman yang tinggi, tapi minus Ilmu, miskin literasi. Sehingga beranggapan apapun yang dia tidak ketahui adalah sebuah kesalahan. Padahal, tidaklah semua yang kita tidak ketahui adalah salah dan tidak semua yang diketahui adalah benar.
Begitupun dengan pembakaran bendera Yang bertuliskan lafadz tauhid, banyak kitab fiqh, klasik ataupun kontemporer, pendapat para mujtahid lintas madzhab disertai dalil Naql dan Aql nya terhampar luas, semuanya membahas KEBOLEHAN membakar benda yang di dalamnya ada Nama nama agung Alloh, rasul ataupun ayat al-Quran, dengan NIAT agar benda benda itu terawat dan terhindar dari najis, keinjak-injak dan hal lainnya yang dapat melecehkan Nama agung Alloh swt atau ayat-ayat alQuran yang mulia.
Lagi-lagi, banyak yang enggan membaca dan menerima pendapat-pendapat tersebut. Alasannya, mereka lebih mengedepankan rasa ketimbang literatur keilmuan. Ketika Akal sehat sirna, dan semangat keislaman tinggi, maka kebisingan suara mereka tak terhindarkan lagi. Tuduh sesat, tuding sesat, terucap deras.
Dan, kini bukan hanya bendera bertuliskan tauhid saja yang ada, tapi topi tauhid, baju tauhid, kerudung tauhid, dan semua pernak perniknya disertakan kalimat tauhid itu. Pertanyaannya, bisa kah mereka merawat kemulian kalimat tauhid yang menempel pada benda-benda tadi? Ketika keringat mengucur dan membasahi baju, masih mampukah dia memuliaka kalimat tauhid dari baunya keringat? Ketka ke wc ingatkah mereka untuk mencopot benda benda yang bertuliskan tauhid itu?
Bagi saya, kalimat tauhid itu harus terus terucap dan tertanam dalam sanubari terdalam. tak perlu diperlihatkan dan dipertontonkan. Ketakwaan itu ada dalam hati, maka siramilah dan hiasai hati dengan kalimat tauhid.
_______________________
Betullah sabda baginda Nabi, orang yang dikehendaki kebaikan oleh Alloh swt adalah orang yang diberikan pemahaman agama, kaya literasi.
Mafhum mukhalafahnya.....? Wallhu alam...

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Kalimat Tauhid dalam Tareqat Naqsabandiyah"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel