-->

Tidak ada kaligrafi dalam Bendera Rasulullah

KALIGRAFI DI BENDERA RASULULLAH
(DidinSirojuddinAR•Lemka)
Yang dikibarkan dan dikobarkan Rasulullah adalah semangat dan kumandang TAUHID:
لاإله إلاّاللّه محمّدرسول اللّه
bukan bendera berkaligrafi KALIMAT TAUHID:
لاإله إلاالله محمد رسول الله
              
Dalam peperangan, Rasulullah SAW diketahui selalu membawa bendera.   Lebih jelas dalam Perang Mu'tah, beliau menyerahkan bendera kepada Zaid bin Haritsah yg ditunjuk memimpin 3000 prajurit pilihan untuk menghadapi 300 ribu pasukah Romawi dan Arab di bawah komando Heraklius.
Bendera itu berpindah-pindah tangan dari Zaid ke Ja'far bin Abi Thalib, lalu berpindah lagi ke Abdullah bin Rawahah setelah satu-persatu gugur menjadi syahid. 
Bendera Nabi diambil oleh Tsabit bin Arqam yg  kemudian diserahkan kepada Khalid bin Walid sebagai komandan tempur terakhir.
Namun, bendera ini dan bendera-bendera yg digunakan Rasulullah lainnya masih polos. Tidak mencantumkan satu pun kalimat, simbol atau yel-yel. Rasulullah hanya mengutus para pemberani seperti Umar bin Khattab untuk pergi duluan guna "menggertak" penduduk yg mau diserbu sambil meneriakkan:
قولوالاإله إلاالله تمنعواأنفسكم وأهليكم نارا
"Katakaaaaan: LA ILAHA ILLALLAH, pasti dirimu dan keluargamu tercegah dari api neraka!!"
Maka, klaim bahwa bendera Rasulullah bertuliskan KALIMAT TAUHID
لاإله إلاّاللّه محمّدرسول اللّه
seperti  banyak diperbincangkan waktu-waktu  belakangan,  tidaklah benar dan tanpa dasar yg akurat. Tidak pula dikuatkan fakta dokumenter yg ditinggalkan.
Dalam perang-perang bersama Khalid pun (sampai zaman Umar), bendera tentara Islam masih polos.
Dalam film dokumenter, Khalid bahkan memanggil satu persatu batalionnya untuk maju dengan bendera masing-masing:
"Al-'alamul abyadh!!!" (bendera putih)
"Al-'alamul aswad!!!" (bendera hitam)
"Al-'alamul ahdhar!!!" (bendera hijau)
"Al-'alamul azraq!!!" (bendera biru) dst.

Lantas dari mana kita tahu, bendera Rasulullah tidak berisi KALIGRAFI apa pun?
Tulisan Arab di jaman Rasulullah masih sederhana dan hanya digunakan untuk menyalin teks wahyu di media kulit, pelepah kurma, batu, dan kayu yang tercecer di  tempat-tempat wahyu diturunkan.
Gaya khat Kufi Qadim atau Kufi Mushaf kuno ini hanya bersifat FUNGSIONAL, yakni semata untuk tulisan Al-Qur'an; belum berperan ESTETIS seumpama untuk lukisan, simbol, atau dekorasi.
Khat Kufi, pada periode awal Islam, masih "mencari bentuk kesempurnaannya" di antara percampuran gaya Muqawwar wa Mudawwar (yg lentur plastis) dan Mabsuth wa Mustaqim  (yg kaku kejur menjulur).
Bagaimana mungkin para muslim awal sudah  memikirkan untuk menjadikan "tulisan yg belum sempurna" sebagai alat penghias seperti aksesoris BENDERA atau rumah tinggal mereka? Mustahil. Dunia tulis-menulis belum  mentradisi, kecuali di beberapa kalangan yg bisa dihitung dengan jari.
Bahkan Rasulullah  pernah memerintahkan "menghapus informasi apa pun  selain Al-Qur'an" yg datang dari dirinya, dikhawatirkan tercampurnya Al-Qur'an dengan unsur kata-kata lain saat kitab suci dikodifikasi:
لا تكتبواعنى ومن كتب عنى غيرالقرآن فليمحه. حدثواعنى ولا حرج ومن كذب على متعمدافليتبوأمقعده من النار. (رواه هسلم)
       "Jangan TULIS tentang diriku. Siapa MENULIS dariku selain Al-Qur'an, hendaknya dia menghapusnya kembali. BICARAkanlah tentang aku dan itu tidak mengapa. Tapi siapa BERDUSTA atas  namaku, maka silakan menduduki  tempatnya di neraka." (HR Muslim).
Ini menutup kemungkinan adanya tulisan atau lukisan kaligrafi di medium selain lembaran-lembaran Al-Qur'an yang tercecer, yang itu pun baru berhasil dikumpulkan di masa Abu Bakar, sepeninggal Rasulullah.
Jika pun ada teks lain, hanyalah surat-surat Nabi kepada Raja-raja (Heraklius, Kisra, Muqauqis, Harits Al-Ghassani, Harits Al-Himyari, dan Najasi). Surat-surat ini dicap stempel محمد رسول الله yg beliau desain sendiri dengan memosisikan kata الله paling atas kemudian رسول, dan محمد paling bawah.
Menasabkan bendera-bendera berKALIGRAFI khat Tsulus sempurna (seperti bendera Arab Saudi, bendera Hizbut Tahrir/HTI, dll.) sebagai "bendera Rasulullah" lebih tidak tepat lagi. Sebab, khat Tsulus belum lahir di masa Rasulullah. Tsulus lahir atas inisiatif Khalifah Muawiyah sebagai usaha "menggali batang terendam" bersama khat-khat lainnya seperti Thumar, Jalil, Nishf, Muhaqqaq, Raihani, Tauqi sebagai alternatif pengganti "Kufi yang kurang praktis"  baik untuk penyalinan Al-Qur'an maupun untuk transaksi-transaksi bisnis administrasi.
Kaligrafi di bendera-bendera tersebut bahkan sudah masuk lingkup khat Tsulus Jali yang puncaknya jauh setelah periode Bani Umayah dan Bani Abbas, yaitu Turki Usmani.
Yang mendekati pola Kufi zaman Nabi, justeru, kalimat tauhid pada bendera ISIS. Namun, sekali lagi, tulisan tersebut di zaman Nabi hanya digunakan untuk menyalin mushaf Al-Qur'an.
Klaim "bendera Rasulullah" karena ada tanda tangan  محمدرسول الله di baris bawahnya  tidak berdasar.  Tulisan tersebut menjiplak stempel Rasulullah untuk surat-suratnya yg dikirimkan kepada Raja-raja dan mirip tulisan pada koin-koin Islam dari dinasti Bani Thulun dan Bani Seljuk.
Dengan demikian, bendera ISIS dan bendera-bendera berkalimat tauhid lainnya bukanlah "bendera Rasulullah".
      
KALIMAT TAUHID di bendera, apalagi jika ditulis dg KALIGRAFI yg indah, sangat bagus sekali. Tapi jangan diklaim sebagai "bendera Rasulullah" karena beliau tidak pernah menggunakan bendera seperti itu.  Tulisan ini hanya sekedar memberi  informasi. Begitulah sejarah yang sebenarnya. Supaya kita tidak larut dan berlarut-larut dalam cerita yang dibikin-bikin alias bohong.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tidak ada kaligrafi dalam Bendera Rasulullah"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel