Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani, Pakar Sanad dari Sumatera
April 16, 2017
Add Comment
FAQUHA.site- Keilmuan islam semakin berkembang seiring dengan bertambahnya perbendaharaan karya-karya para ulama. Uniknya, khazanah tersebut bukan hanya berasal dari ulama-ulama keturunan Arab saja, melainkan juga dari berbagai ulama di penjuru dunia. Begitu pula ulama Nusantara, salah satunya yakni Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani yang merupakan ahli sanad hadis, ilmu falak, bahasa arab dan direktur madrasah Darul Ulum ad-Diniyah, Mekah.
Beliau bernama lengkap Abu al-Faydl ‘Alam al-Din Muhammad
Yasin ibn Muhammad ‘Isa al-Fadani. Ulama keturunan Padang ini lahir di Makkah,
Arab Saudi, 17 Juni 1915/Sya’ban 1335 H.
Ayahnya merupakan ulama terkenal asal Padang, Sumatera Barat, yaitu
Muhammad ‘Isa al-Fadani dan ibunya bernama Maimunah binti Abdullah Fadani.
Syekh Yasin al-Fadani selain menimba ilmu dari ayahnya
sendiri, beliau juga belajar kepada pamannya, Syekh Mahmud Engku Hitam
al-Fadani. Selanjutnya beliau mengenyam pendidikannya di Madrasah
Ash-Shaulatiyyah al-Hindiyah, Mesir pada tahun 1346 H.
Namun, sekitar tahun 1353 H/1934, terjadi konflik yang
menyangkut nasionalisme. Salah seorang guru Madrasah Shaulatiyah merobek surat
kabar Melayu, dan itu dianggap melecehkan martabat Melayu sehingga Syekh Yasin
Al-Fadani dan beberapa pelajar Nusantara lainnya memberikan perlawanan dengan
cara pindah ke Madrasah Darul Ulum, sebuah madrasah yang didirikan oleh Sayyid
Muhsin bin Ali Al-Musawa dan beberapa pemuka masayarakat Nusantara yang berada
di Mekah kala itu. Sekitar 120 pelajar dari Indonesia yang pindah ke Madrasah
Darul Ulum akhirnya jumlahnya bertambah. Syekh Yasin Al-Fadani adalah angkatan
pertama di Darul Ulum dan di sanalah beliau menamatkan pendidikannya.
Selain mengenyam pendidikan formal, ulama bermadzhab Syafi’i
ini juga berguru pada ulama-ulama besar Timur Tengah. Disebutkan beliau
mempelajari Ilmu Hadis kepada ulama hadist haromain yaitu Syeikh Umar Hamdan
dan Syeikh Muhammad Ali bin Husain al-Maliki, mempelajari fikih madzhab syafi’i
kepada Syeikh Umar Ba Junaid, Mufti Syafi’iyyah Makkah, Syeikh Sa’id bin
Muhammad al-Yamani, dan Syeikh Hassan al-Yamani. Sedangkan dalam disiplin ilmu Ushul Fiqh,
beliau belajar kepada Syeikh Muhsin bin ‘Ali al-Masawi al-Palimani al-Makki
(Ulama keturunan Palembang yang tinggal di Makkah), dan juga belajar kepada
Syekh Abdullah Muhammad Ghozi al-Makki,
Syekh Ibrahim bin Daud al-Ghothoni al-Makki, dan Syekh ‘Alawi bin ‘Abbas
al-Maliki al-Makki, serta kepada ulama-ulama berpengaruh lainnya.
Setelah Syekh Yasin didaulat sebagai pengurus Madrasah Darul
Ulum, beliau aktif mengajar di sana dan juga di Masjidil Haram. Bidang yang
diajarkan utamanya adalah ilmu hadis. Setiap bulan Ramadhan beliau selalu
membaca dan mengijazahkan salah satu di antara Kutub al-Sittah kepada
murid-muridnya, hal itu berlangsung selama kurang lebih 15 tahun.
Semangat mengajarnya tidak surut, dan pada tahun 1362 H/1943
M Syekh yang berpegang teguh pada ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ini
mendirikan sebuah lembaga pendidikan, yaitu Madrasah Ibtidaiyah lil Banat yang
merupakan lembaga khusus perempuan yang pertama kali didirikan di Arab Saudi.
Pakar Sanad Sedunia
Berdomisili di Mekah memudahkan Syekh Yasin Al-Fadani
bertemu dengan banyak ulama, baik yang berasal dari Mekah sendiri maupun dari
berbagai penjuru dunia. Dari ulama-ulama tersebutlah beliau menggali ilmu dan
mengumpulkan sanad periwayatan hadis. Sepanjang masa pendidikannya, beliau
telah belajar kepada lebih dari 700 orang guru yang beliau catat dalam berbagai
literaturnya. Sungguh prestasi yang luar biasa dan sangat sulit ditandingi.
Karena banyaknya jumlah sanad yang dimiliki serta
keahliannya dalam periwayatan hadis, Syekh Yasin Al-Fadani dijuluki Musnid
ad-Dunya atau pakar sanad sedunia. Gelar ini oun hanya diberikan kepada
pembesar-pembesar ulama dalam bidang ilmu sanad yang memiliki keluasan
periwayatan, berguru pada banyak syekh, dan menyampaikan hadis kepada banyak
orang.
Beliau juga mendapatkan banyak pujian dari para ulama atas
kedalaman ilmunya. Seorang ahli hadis bernama Sayyid Abdul Aziz Al-Qumari
pernah memuji dan menjuluki beliau sebagai kebanggan Ulama Haramain. Al-Habib
Assayyid Segaf bin Muhammad, salah satu pendidik Syekh Yasin bahkan
menjulukinya sebagai “Sayuthiyyu Zamaanihi” atau Imam Sayuti di zamannya.
Banyak ulama juga memujinya melaui syair-syair arab, tanda takzim dan kekaguman
mereka terhadap beliau.
Karya-Karya Syekh Yasin AL-Fadani
Hingga kini, nama Syekh Yasin al-Fadani masih eksis
menghiasi dunia keilmuan islam meskipun beliau telah wafat puluhan tahun lalu.
Karya-karyanya tidak mati ditelan zaman, dan membuat namanya semakin dikenal
lintas generasi.
Kitab-kitab karangannya telah mencapai lebih dari 100 judul
baik yang belum maupun sudah dicetak. Pembahasannya meliputi fiqh, hadis,
balaghah, tarikh, falak, sanad, dan cabang ilmu lainnya. Beberapa kitab
karangan beliau adalah:
Ad Durr al-Mandhud fi syarh Sunan Abi Daud
Fathal-‘Allam Syarh Bulughul Maram
Al-Fawaid al-Janiyah ‘Ala Qawaidhul Fiqhiyah
Nail al-Ma’mul Hasyiah ‘Ala Lubb al-Ushul Fiqh
Jam’u al-Jawami’
Al-Fawaid al-Jamilah Syarh Kabir ‘ala Tsamarah al-Wasilah
Syarh Jauhar Tsamin fi arba’in Haditsan min Ahadits Sayyidil
Mursalin lil ‘Ajluny
Bulghah Al Mustaq fi ilm Isytiqaq
Tasnif as-Sama’i fi Mukhtashar ilm al-Wadha’
Hasyiah ‘ala Risalah Hajar Zadah fi Ilmi Wadha’
Hasyiah ‘ala al-Asybah wan Nadha-ir Furu’ Fiqh asy-Syafi’i
lis Suyuthy
Bughyah Musytaq Syarah al-Luma’ Abi Ishaq
Ta’liqat ‘ala Luma ‘Abi Ishaq asy-Syirazy fi Ilmi Ushul
Ar-Riyadh Nadhrah Syarh Nadhm Al-Alaliy al-Muntatsirah fil
Maqulat al-‘Asyrah
Tastnif as-Sami’ mukhtashar dil Ilm al-Wadh’i
Kaukab al-Anwar fi asma-in Nujum as-Samawiyah
Al-‘Iqdul Farid min Jawahir al-Asanid
Al-Irsyadat fi Asanid Kutub an-Nahwiyyah wa ash-sharfiyyah
Al-Ujalah fii al-Hadist al-Musalsal
Risalah fi al-Mantiq
Idha-ah an-Nur al-Lami‘ Syarh al-Kawkab as-Sathi‘
Bughyah al-Musytaq Syarh al-Luma‘ Abi Ishaq
Manhal al-Ifadah
Dan masih banyak lagi karya-karyanya, terutama dalam bidang
hadis. Semua tertulis dalam bahasa Arab dan kerap dijadikan kitab rujukan di
berbagai lembaga Islam dan pondok pesantren, baik di Makkah maupun Asia
Tenggara.
Susunan bahasa yang tinggi dan sistematis, serta isinya yang
padat dan mudah difahami juga membuat karya-karya beliau dijadikan sumber
referensi para ulama dan pelajar. Kitab Syekh Yasin yang berjudul al-Fawaid
al-Janiyyah juga menjadi materi silabus mata kuliah ushul fikih di Fakultas
Syariah Al-Azhar Cairo, Mesir.
Memperkenalkan Nama-Nama Ulama Nusantara ke Dunia
Meskipun lahir dan tumbuh di Mekah, Syekh Yasin al-Fadani
juga sering mengunjungi Indonesia. Darah nasionalisme yang mengalir dalam
jiwanya memperlihatkan kecintaannya kepada Nusantara. Salah satu jasa besarnya
ialah memperkenalkan tokoh-tokoh ulama Nusantara ke dunia. Melalui pengaruh
beliau, perawi-perawi Arab dan bukan Melayu mengenal istilah “Kyai” yang
merupakan istilah Jawa bermakna syekh, ustadz, atau orang alim. Juga nama-nama
daerah, serta tokoh-tokoh ulama Nusantara seperti Syekh Nawawi bin ‘Umar
al-Bantani, Syekh ‘Abdus Samad bin ‘Abdurrahman al-Falimbani, KH. Hasyim
Asy’ari dari Jombang, dan banyak lainnya.
Ada seorang tokoh Nusantara yang diberi gelar oleh Syekh
Yasin al-Fadani dengan gelar ahli hadis seperti muhaddis Surabaya yaitu Sayyid
Syekh bin Ahmad Bafaqih. Kira-kira terdapat 130 ulama Nusantara yang
periwayatannya luas dan banyak memperoleh sanad. Di antara tokoh yang paling
banyak sanad periwayatannya ialah Muhaddist Syeikh ‘Aqib bin Hasanuddin
al-Falimbani, Syekh ‘Abdus Samad bin Abdur Rahman al-Falimbani, Syekh ‘Abdul
Ghani bin Subuh al-Bimawi, Syekh Mahfuz bin ‘Abdullah al-Tarmasi, Syekh ‘Abdul Hamid
Kudus, Syekh Mukhtar bin ‘Atarid al-Bogori dan Sayyid Salim Jindan.
Meskipun telah menjadi orang besar, Syekh berdarah Sumatera
ini sangatlah bersahaja dan sederhana. Ia tidak segan untuk datang ke pasar dan
memikul barang-barangnya sendiri, beliau juga sering menggunakan kaus oblong
dan sarung.
Syekh Yasin al-Fadani wafat pada Jumat Shubuh, 28 Dzulhijjah
1410 H di usianya yang ke 75. Beliau disholatkan sesuai shalat Jumat dan
dimakamkan di pekuburan al-Ma’la, Makkah.
0 Response to "Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani, Pakar Sanad dari Sumatera"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR