Tafsir al-Nisa: 138-139 bukan mengenai Pilkada
March 1, 2017
Add Comment
FAQUHA.com- "Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa
mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil
orang-orang kafir menjadi AWLIYA dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah
mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan
kepunyaan Allah.
Mari kita jujur pada keilmuan kita, dan jangan ikut-ikutan main
politik. Setelah sebelumnya gagal mempolitisir terjemahan QS al-Maidah:51, kali
ini sebagian pihak terus menerus mengangkat terjemahan QS al-Nisa:138-139
dengan melabeli muslim yang pilih kandidat non-Muslim sebagai munafik.
Masalahnya, kata "awliya" baik dalam QS al-Maidah:51 maupun QS
al-Nisa:139 sama-sama tidak bicara soal pemimpin.
Parahnya lagi banyak yang tidak bisa membedakan teks asli al-Qur'an
dalam bahasa Arab, dengan terjemahannya. Yang ngotot mengatakan orang lain
munafik karena memilih pemimpin non-Muslim itu ternyata hanya pakai terjemahan
satu versi, padahal terjemahan lainnya tidak mengatakan Awliya sebagai
pemimpin. Kok ngotot gara-gara terjemahan? Ironis bukan?
Mari lihat sendiri Qur'an terjemahan di rumah masing-masing. Cek QS
al-Nisa ayat 139. Apa terjemahannya? Cek juga terjemahan dalam berbagai bahasa
lain, nanti kita akan terkejut membacanya.
Pelacakan saya terhadap kitab-kitab tafsir klasik saya belum menemukan
yang mengartikan awliya dalam QS al-Nisa ayat 139 sebagai pemimpin. Umumnya
mereka mengartikannya sebagai teman setia, pelindung, penolong atau sekutu.
Akan ada yang protes: Kalau sebagai teman setia saja tidak boleh apalagi
sebagai pemimpin? Sampai di sini anda sudah ngeles dengan memakai logika yang
tidak sahih. Katanya anda ingin berpegang pada al-Qur'an dan membela ulama,
kenapa setelah ditunjukkan penjelasan para ulama, anda justru memakai logika?
Ini namanya memaksakan logika anda untuk menarik-narik ayat al-Qur'an agar
sesuai dengan kepentingan politik anda. Dengan kata lain, anda tidak membela
al-Qur'an tetapi membela logika anda sendiri.
Tafsir al-Thabari mengartikan awliya pada ayat ini sebagai penolong
dan kekasih, bukan pemimpin. Kata "kafir" dalam QS al-Nisa ayat 139
ini menurut Ibn Abbas ditujukan kepada Yahudi. Tafsir Khozin juga berpendapat
serupa. Sayyid Thantawi menguatkan pendapat Ibn Abbas ini. Kalau kita mengikuti
alur ketiga kitab tafsir ini, yang secara khusus dilarang adalah menjadikan
Yahudi di Madinah saat itu sebagai penolong dan pelindung serta teman setia,
bukan semua orang kafir.
Tafsir al-Qurtubi mengatakan awliya dalam ayat ini konteksnya membantu
dalam amalan yang berkenaan dengan agama. Tafsir al-Munir juga mengatakan hal
yang sama. Itu artinya, kalau kita ikuti alur kedua kitab tafsir ini,
berhubungan baik dengan non-Muslim di luar masalah agama, seperti bermuamalah,
bertetangga, bekerja, transaksi, dll, dibenarkan oleh Islam. Kedua Tafsir ini
--yang satu klasik, dan yang satunya modern-- mengutip riwayat Nabi yang saat
hendak berjihad didatangi seorang musyrik yang hendak membantu Nabi dalam
jihadnya itu. Tawaran bantuan orang Musyrik ini ditolak oleh Nabi (HR Abu
Dawud). Jadi, inilah konteks yg dimaksud QS al-Nisa ayat 139, bukan soal
kepemimpinan.
Saya terus terang tidak keberatan siapapun yang menang. KH Mar'ruf
Amin sudah menegaskan bahwa beliau pun rela dan akan menerima siapapun yang
menang dalam proses Pilkada yang demokratis, transparan dan jujur. Saya tidak
keberatan Anies-Sandi yang menang. Saya pun akan menerima kalau Ahok-Djarot
yang menang. Yang penting semuanya rukun, damai, dan menegakkan politik etis
tanpa mempolitisir ayat suci, bertarung dengan elegan, menawarkan program yang
bermanfaat buat rakyat, dan menang secara terhormat.
Pada saat yang sama umat harus terus diedukasi dan diberi pencerahan
akan makna dan kandungan ayat al-Qur'an sesuai tafsir para ulama, bukan pakai
logika dan kepentingan para politisi. Setiap upaya mereduksi ayat suci ke dalam
kubangan politik kotor harus kita lawan. Setiap upaya pembodohan terhadap umat
dengan semata hendak membangkitkan emosi massa harus kita tangkal. Setiap
penafsiran dan penerjemahan yang tidak sesuai dengan qawa'id tafsir harus kita
jelaskan dengan merujuk kepada kitab-kitab tafsir yang mu'tabar. Mari kita
jujur pada keilmuan kita!
10 rujukan kitab Tafsir saya cantumkan di bawah ini (monggo kalau ada
yang berkenan melengkapi referensi ini):
1. Tafsir al-Thabari:
دِينِي
أَوْلِيَاءَ: يَعْنِي أَنْصَارًا وَأَخِلَّاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ,
يَعْنِي: مِنْ غَيْرِ الْمُؤْمِنِينَ {أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ}
[النساء: ١٣٩]
2. Tafsir al-Qurthubi:
وَتَضَمَّنَتِ
الْمَنْعَ مِنْ مُوَالَاةِ الْكَافِرِ، وَأَنْ يُتَّخَذُوا أَعْوَانًا عَلَى
الْأَعْمَالِ الْمُتَعَلِّقَةِ بِالدِّينِ. وَفِي الصَّحِيحِ عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَجُلًا مِنَ الْمُشْرِكِينَ لَحِقَ بِالنَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَاتِلُ مَعَهُ، فَقَالَ لَهُ: (ارْجِعْ
فَإِنَّا لَا نَسْتَعِينُ بِمُشْرِكٍ).
3. Tafsir Ibn Abbas:
ثمَّ
بيَّن صفتهمْ فَقَالَ {الَّذين يَتَّخِذُونَ الْكَافرين} يَعْنِي الْيَهُود
{أَوْلِيَآءَ} فِي العون والنصرة {مِن دُونِ الْمُؤمنِينَ} المخلصين
{أَيَبْتَغُونَ} أيطلبون {عِندَهُمُ} عِنْد الْيَهُود {الْعِزَّة} الْقُدْرَة
والمنعة {فَإِنَّ الْعِزَّة} المنعة وَالْقُدْرَة {لِلَّهِ جَمِيعاً}
4. Tafsir al-Tsa'labi:
ثم
وصف المنافقين فقال { ٱلَّذِينَ يَتَّخِذُونَ ٱلْكَافِرِينَ أَوْلِيَآءَ } أنصاراً
وبطانة { مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ ٱلْعِزَّةَ } يعني
الرفد والمعونة والظهور على محمّد وأصحابه.
5. Tafsir Hasyiah al-Shawi:
قوله:
{ أَوْلِيَآءَ } أي أصحاباً يوالونهم ويستعزون بهم، لزعمه أن الكفار لهم اليد
العليا، وأن الإسلام سيهدم لقلة أهله.
6. Tafsir al-Munir:
وتضمنت
الآية المنع من موالاة الكفار، وأن يتخذوا أعوانا على الأعمال المتعلقة بالدين.
وفي
الصحيح عن عائشة رضي الله عنها أن رجلا من المشركين لحق بالنبي صلّى الله عليه
وسلّم يقاتل معه، فقال له: «ارجع فإنا لا نستعين بمشرك»
7. Tafsir al-Wasith Sayyid Thantawi:
والمراد
بالكافرين هنا: اليهود - على أرجح الأقوال - فقد حكى عن المنافقين أنهم كانوا
يقولون: إن أمر محمد صلى الله عليه وسلم لن يتم فتولوا اليهود، ولأن غالب سكان
المدينة - من غير المسلمين - كان من اليهود
وقوله
{ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ } حال من فاعل يتخذون. أى: يتخذون الكفار أنصارا لهم
حالة كونهم متجاوزين ولاية المؤمنين ونصرتهم.
8. Tafsir al-Qasimi:
ٱلَّذِينَ
يَتَّخِذُونَ ٱلْكَافِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ } أي: يتخذونهم
أنصاراً مجاوزين موالاة المؤمنين
9. Tafsir al-Khozin:
ثم
وصف الله تعالى المنافقين فقال تعالى: الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكافِرِينَ
أَوْلِياءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ يعني يتخذون اليهود أولياء وأنصارا وبطانة
من دون المؤمنين وذلك أن المنافقين كانوا يقولون إن محمدا لا يتم أمره فيوالون
اليهود فقال الله تعالى ردا على المنافقين: أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ
يعني يطلبون من اليهود العزة والمعونة والظهور على محمد صلّى الله عليه وسلّم
وأصحابه فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعاً
10. Tafsir al-Sya'rawi:
وأول
مظهر من مظاهر النفاق أن يتخذ المنافقُ الكافرَ ولياً له؛ يقرب منه ويوده، ويستمد
منه النصرة والمعونة، والمؤانسة؛ والمجالسة، ويترك المؤمنين.
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia - New Zealand dan Dosen
Senior Monash Law School
0 Response to "Tafsir al-Nisa: 138-139 bukan mengenai Pilkada"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR