Komunis bukan Atheis; Arab Juga ada Komunis
February 21, 2017
Add Comment
Faquha.com-
Komunisme (dari Bahasa Latin: "communis" yang berarti "umum,
bersama, universal") adalah sebuah filosofi dan ideologi
sosial-politik-ekonomi yang bertujuan menciptakan sebuah "masyarakat
komunis," yakni sebuah masyarakat yang berbasis pada sistem, struktur dan
tatanan sosial-politik-ekonomi yang egaliter dan tanpa kelas.
Dalam
perkembangannya ada berbagai mazhab komunisme seperti Marxisme, Leninisme,
Anarkhisme, dlsb. Para sarjana dan sejarawan berselisih pendapat tentang
asal-usul komunisme. Karl Marx berpendapat, komunisme sudah ada sejak dahulu
kala dan dipraktekkan oleh kelompok-kelompok suku hunters dan gatherers
(hunting-gathering society atau "foraging society").
Marx
menyebut mereka sebagai "masyarakat komunis primitif" karena pola
hidup mereka, meskipun simpel, bertumpu pada azas egalitarianisme dan
kolektivisme atau komunalisme. Ada pula sarjana (seperti Richard Pipes) yang
mengatakan asal-usul komunisme itu dari Yunani Kuno. Yang lain menyebut
komunisme berasal dari Gerakan Mazdak di Persi pada abad ke-5 M.
Apapun
sejarah asal-usulnya, yang jelas, secara konseptual, komunisme itu tidak ada
hubungannya dengan ateisme yang selama ini disalahpahami oleh banyak pihak.
Bahwa ada orang komunis yang ateis memang iyyess tetapi tidak semua pendukung
komunisme itu ateis. Banyak dari mereka yang berasal dari kelompok agama alias
"kaum teis". Sebagai sebuah filosofi, ideologi, dan gerakan
sosial-politik-ekonomi, komunisme bersifat lintas-agama, lintas-etnis, dan
lintas-suku bangsa.
Itulah
sebabnya di "Indonesia" dulu, ada sejumlah tokoh Muslim yang menjadi
pendukung komunisme. Yang paling populer adalah Haji Muhammad Misbach (w. 1926)
dari Surakarta yang dijuluki "Haji Merah". Beliau dulu getol
mengkampanyekan komunisme dan organisasi komunis sebagai medium perlawanan
terhadap Belanda sehingga ia dibuang atau diasingkan oleh pemerintah Belanda.
Haji Misbach yang juga anggota Sarekat Islam itu juga getol berdakwah tentang
relevansi Islam dan komunisme. Tokoh Muslim lain yang komunis-sosialis adalah
Tan Malaka alias Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka yang sangat cerdas sekali.
Di
Timur Tengah, komunisme berkembang sejak 1920an setelah Revolusi Bolshevik
tahun 1917 yang dipimpin oleh Vladimir Lenin yang berhasil menumbangkan
kekuasaan para Tsar dan menandai berdirinya Uni Soviet. Pendukung komunisme di
Timur Tengah berasal dari berbagai agama dan etnis: Yahudi, Kristen, Muslim,
Arab, Kurdi, Persi, Azeri, Armenia, dlsb. Komunisme tersebar di berbagai
negara: Mesir, Irak, Iran, Suriah, Palestina, Libanon, Yordania, Maroko,
Ajazair, dlsb.
Beberapa
tokoh beken Timur Tengah pendukung komunisme kala itu termasuk Husain al-Rahhal
(tokoh Marxist Irak pertama), Joseph Rosenthal (Yahudi kelahiran Palestina tapi
aktif di Mesir), Mahmud Husni al-Urabi (tokoh Muslim), Anton Marun (tokoh
Kristen Koptik), Radwan al-Hilu yang kemudian menjadi Sekjen Partai Komunis
Palestina. Tokoh lain adalah Fu'ad al-Shamali dan Yusuf Yazbak (keduanya tokoh
partai komunis di Libanon), Emile Habibie, Bulus Farah, Mukhlish Amr, dan masih
banyak lagi.
Bagaimana
kisah perjuangan mereka mengkampanyekan komunisme di Timur Tengah, dan
bagaimana peran Amerika Serikat untuk menggembosi pengaruh komunisme di Timur
Tengah guna melapangkan jalan kapitalisme? Bersambung aja deh karena maap
sebagai TKI merangkap propesi tukang becak, saya juga perlu kerja
banting-tulang mencari uang. Nulis di Pesbuk kan gratis. Sudah gratis, ada yang
ngomel-ngomel lagi he he
Komunisme
Itu Beda Dengan Ateisme Bro
Ini
lanjutan kuliah virtualku kemarin yang berjudul "Komunisme di Timur Tengah".
Mumpung masih ingat, saya tulis saja sekarang. Bagi yang belum sempat baca
postinganku kemarin, silakan dibaca dulu supaya kalau mau komen disini agak
nyambung dan "ilmiah" dikit, tidak asal njeplak kayak preman Terminal
Pulo Gadung he he.
Seperti
saya jelaskan sebelumnya, sebagai sebuah konsep, filosofi, dan sistem,
komunisme itu jauh berbeda dengan ateisme. Tidak seperti ateisme yang
"ngurusi" masalah agama-kepercayaan orang (kapan-kapan saya bahas
tentang teisme dan ateisme ini), komunisme lebih pada urusan sosial-politik dan
ekonomi. Jadi menganggap komunisme = ateisme itu tidak nyambung alias
"Joko Sembung naik ojek" he he.
Bahwa
pada perkembangnnya kelak, ada orang-orang ateis yang bergabung di gerbong
komunisme memang iyyess. Orang ateis mah ada dimana-mana atuh mang dan mpok,
bukan monopoli komunisme aja. Kaum ateis ini ada yang menjadi pendukung
sosialisme, kapitalisme, nasionalisme, dan isme-isme yang lain. Kaum ateis,
baik yang ateis konservatif maupun ateis libertarian, juga banyak yang anti
ideologi komunis (silakan baca buku-buku yang ditulis oleh Gary Marks, Seymour
Lipset, Paul Buhle, Jeff Woods, dlsb).
Bahwa
ada komunis yang ateis bukan berarti komunis itu ateis, kan? (Hayooo paham gak
dengan pernyataan ini? he he). Bahwa ada para simpatisan komunisme yang
terlibat kekerasan dan kejahatan memang iyyess tetapi jangan, meminjam gaya
omongan Pak Harto, "menyalahken atau mengkambinghitamken daripada
komunisme"-nya sebagai sebuah filosofi, ideologi, gerakan, dan sistem
sosial-politik-ekonomi. Soal kekerasan dan kejahatan mah dilakukan oleh
pendukung ideologi apa saja atuh: kapitalisme, liberalisme, sekularisme,
Islamisme, sosialisme, nasionalisme, pan-Arabisme, dlsb.
Pada
awal perkembangan ideologi "komunisme modern" di Eropa (saya sebut
"komunisme modern" karena "ajaran" komunisme yang bertumpu
pada doktrin egalitarianisme dan anti-hierarkhisme sudah dipraktekkan sejak
zaman klasik oleh masyarakat "pre-modern") memang sejumlah tokoh
sekularis dan ateis ikut berkontribusi dan kebetulan menjadi pioneer komunisme.
Tetapi mereka sebetulnya bukan anti-teisme atau anti-agama melainkan anti
terhadap perilaku sejumlah tokoh atau elit agama dan pemimpin politik di Eropa
kala itu yang menjadikan agama semata-mata sebagai "topeng monyet"
untuk mengelabui, membodohi, menipu, dan menindas masyarakat. Agama yang
dijadikan sebagai instrumen pembodohan, ketidakadilan, dan penindasan inilah
yang menjadi target kritisisme mereka.
Dalam
konteks inilah, Karl Marx bilang "agama adalah candu" karena agama,
bagi Marx, bisa membuat pengikutnya menjadi "teler" alias
"mabok" sehingga tidak bisa membedakan mana keadilan dan
ketidakadilan, mana kebenaran hakiki dan mana kesalahan permanen, mana dosa dan
mana pahala, dan seterusnya. Sudah tahu kalau korupsi adalah merusak moral tapi
malah dihalalkan, sudah tahu kalau kekerasan adalah kejahatan atau tindakan
kriminal tetapi malah diberi "justifikasi teologis", sudah paham
kalau pengrusakan dan terorisme itu haram tapi malah "dilegalkan",
sudah paham kalau intoleransi itu tindakan buruk tapi malah dibiarkan, sudah
paham kalau banjir dan malapetaka alam lain itu produk dari keteledoran manusia
tetapi malah berdoa minta Tuhan menyelesaikan banjir, dlsb.
Kembali
ke laptop (maap Mas Thukul). Karena memang tidak ada hubungannya antara
komunisme dan ateisme itulah maka kenapa banyak para pengikut agama dulu
(Muslim, Kristen, Yahudi, dlsb) ikut menjadi pendukung komunisme. Di kawasan
Arab dan Timur Tengah dulu, para pentolan Partai Komunis di Palestina, Mesir,
Irak, Libanon, Iran, Yordania, Maroko, Aljazair, dlsb adalah para tokoh agama,
baik Muslim, Kristen, maupun Yahudi. Beberapa di antara mereka seperti Mahmud
Husni al-Urabi (pendiri partai komunis di Mesir) bahkan belajar komunisme
langsung ke Moscow.
Bersambung
lagi aja yah, entar tambah bingung kalau kepanjangan postingannya, akang mau
pikinik dulu ke itu tuh Tempat Piknik Gunung Kidul he he
Komunisme
di Arab dan Timur Tengah (3)
Mumpung
masih ingat, ini melanjutkan cerita tentang sejarah komunisme di Arab dan Timur
Tengah. Lagi, bagi yang kentinggalan kelas, silakan "diubek-ubek"
dulu postingan-postinganku sebelumnya. Saya sudah beberapa kali menulis tentang
komunisme ini.
Dalam
konteks Arab dan Timur Tengah, munculnya gerakan komunisme (Bahasa Arab:
"syayuiyyah") itu sudah terjadi sejak 1920-an, pasca Revolusi
Bolshevik pimpinan Lenin tahun 1917 yang berhasil menggulingkan rezim Tsar yang
menandai berdirinya Uni Soviet. Kini, Soviet sudah almarhum dan
berkeping-keping menjadi puluhan negara. Russia sebagai "penerus"
Soviet tidak lagi bisa disebut sebagai "rezim komunis" karena ada
banyak perubahan fundamental yang terjadi disini menyangkut sistem
politik-pemerintahan dan sosial-ekonomi (kapan-kapan saya ulas secara terpisah).
Kembali
ke laptop. Sejak awal, sejumlah tokoh, pemikir, dan aktivis Arab, Turki, Kurdi,
Azeri, Yahudi, Persi, Armenia, dlsb, di kawasan Timur Tengah sudah kesengsem
dengan komunisme. Mereka bukan hanya dari kalangan Muslim saja tetapi juga
Kristen dan Yahudi. Di sejumlah kawasan seperti Palestina, Mesir, Irak,
Libanon, dlsb, mereka berkoalisi mendirikan Partai Komunis di daerah
masing-masing.
Ada
banyak sarjana yang sudah mengulas tentang asal-usul, sejarah dan perkembangan
komunisme di Arab dan Timur Tengah ini. Kalau berminat, silakan baca
karya-karya Tareq Ismael, Harold Cubert, Musa Budairi, Rifa'at El-Sa'id, Ilana
Kaufman, Joel Beinin, Sami Hanna, SM Agwani, dan masih banyak lagi. Di antara
mereka, Tareq Ismael yang paling spesial karena betul-betul spesialis di kajian
komunisme dan sosialisme di Arab dan Timur Tengah yang telah menulis sejumlah
buku penting seperti "The Communist Movement in the Arab World",
"The Communist Movement in Syria and Lebanon", "The Arab
Left", "The Communist Movement in Egypt," "The Sudanese Communist
Party", dlsb.
Embrio
komunisme di kawasan Arab dan Timur Tengah bermula dari gerakan politik yang
dilakukan oleh para mahasiswa dan buruh Turki di Jerman yang ikut bergabung
dalam aksi protes yang dipelopori oleh Partai Komunis Jerman pada tahun 1919.
Sebagian mereka kemudian mendirikan Partai Petani dan Buruh Turki. Gerakan
komunisme di Jerman juga berhasil memikat Husain al-Rahhal yang dijuluki
sebagai tokoh Marxist pertama Irak.
Di
Mesir, "trio" Yahudi-Muslim-Kristen Koptik (Joseph Rosenthal, Mahmud
Husni al-Urabi, dan Anton Marun) mendirikan Partai Sosialis Mesir pada tahun
1921. Mahmud Husni al-Urabi adalah alumnus Moscow, Soviet, yang kemudian
menyulap Partai Sosialis menjadi Partai Komunis di Mesir. Sementara itu di
Palestina, Radwan al-Hilu yang juga "didikan Moscow" adalah tokoh di
balik gerakan "Arabisasi" Partai Komunis Palestina. Ia menjadi tokoh
sentral PKP (Partai Komunis Palestina) karena mendapat restu dari pimpinan
Comintern, organisasi internasional partai-partai komunis untuk megarabkan PKP
yang sebelumnya dikuasai Yahudi.
Revolusi
Arab dari tahun 1936 sampai 1939 menyebabkan Partai Komunis Palestina pecah
menjadi sejumlah kelompok / organisasi independen seperti National Liberation
League yang didirikan oleh Bulus Farah. Di Libanon dan Suriah, pendirian Partai
Komunis dipelopori oleh Fu'ad Shamali dan Yusuf Yazbak. Di Iran, pendirian
Partai Komunis dipelopori oleh para tokoh Muslim dan gerilyawan Jangali. Mereka
sempat mendirikan Republik Iran Sosialis Soviet di Gilan. Sementara itu di
Irak, pentolan Partai Komunis-nya adalah Salman Yusuf Salman.
Bergabungnya para tokoh, pemikir, dan aktivis Islam, Kristen, dan Yahudi dalam komunisme di Arab dan Timur Tengah menunjukkan bahwa komunisme memang tidak ada hubungannya dengan ateisme seperti sudah berulang kali saya tegaskan karena keduanya memang sebuah konsep, filosofi, dan ideologi yang berbeda. Jadi, kalau masih ada yang menyamakan antara komunisme dan ateisme, mereka betul-betul mengalami "gagal permanen" dalam memahami komunisme dan ateisme (bersambung)
0 Response to "Komunis bukan Atheis; Arab Juga ada Komunis"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR