keluguan Rakyat, Kelicikan Elit
February 21, 2017
Add Comment
faquha.com Saya
ingin berbagi pengalaman tentang “demo massa” karena saya cukup lama menekuni
“profesi” sebagai demonstran dan aktivis. Memahami “demo komunal” akan lebih
baik jika menggunakan “teori piramid” karena “demo massa” itu selalu “by
design”, tidak ada yang bersifat “alami”. Bisa juga menggunakan “teori
panggung” karena demo massa sejatinya adalah sebuah panggung pertunjukan dimana
di dalamnya ada banyak aktor atau pemain dengan berbagai peran plus sutradara
dan penulis skenario.
Ada
tiga komponen atau bagian dasar dalam sebuah piramid: atas, tengah, dan bawah.
Lapisan atas piramid ini adalah simbol “kelompok elit” yang jumlahnya sedikit
tapi mempunyai peran yang sangat besar dan sentral karena mereka mempunyai
“power” dan “otoritas”. Merekalah yang memegang “tombol” sebuah pertunjukan
atau drama bernama demo. Dalam sistem politik-pemerintahan feodal, kelompok
elit ini diperankan oleh raja dan kroninya. Tetapi dalam sistem
politik-pemerintahan non-feodal, kaum elit ini diperankan oleh gabungan dari
sejumlah kelompok kepentingan (kepentingan politik, ekonomi, ideologi, dlsb):
bisa (oknum) elit militer/polisi atau pensiunan elit militer/polisi, elit
parpol, konglomerat / pengusaha, birokrat, cendekiawan, dlsb. Peran mereka
kurang tampak di publik tapi jelas dan nyata sekali.
Mereka hanya hadir (baik
fisik maupun virtual, itupun kalau mau) di pertemuan-pertemuan terbatas untuk
koordinasi sekedarnya. Kalau tidak sempat, ya cukup lewat telpon. Tetapi mereka
paham apa yang harus dilakukan. Mereka berbagi peran: siapa melakukan apa.
Mereka juga mengatur strategi dan taktik demo, menyiapkan Plan A, Plan B, Plan
C, dan seterusnya.
Bagian
tengah piramid adalah “kelompok menengah” yang melakukan peran sebagai
“penghubung” atau “broker” antara elit dan massa. Peran kelompok ini juga
sangat penting karena merekalah yang mempunyai akses langsung dengan massa atau
publik (masyarakat/rakyat). Kelompok elit hanya punya uang dan kekuasaan tetapi
mereka tidak punya massa. Karena mempunyai massa, mereka inilah yang berperan
sebagai operator demo, komandan lapangan, pengumpul massa, dlsb. Dalam dunia
kemiliteran, mereka ini mungkin seperti “kolonel” yang memegang pasukan.
Kelompok menengah ini bisa diperankan oleh para pemimpin ormas, dai/mubalig,
“intelektual tukang”, guru, ketua lembaga, aktivis kampus, komandan laskar, bos
preman, dlsb. Mereka juga yang “menjabarkan di lapangan” segala arahan,
petunjuk, dan strategi yang dirumuskan oleh kaum elit tadi. Mereka pula yang
menerima “logistik” demo dari kelompok elit tadi untuk “disalurkan” ke massa
(baik disalurkan sebagian kecil atau sebagian besar, semua tergantung dari
“kebaikan hati” masing-masing). Mereka pula yang bertugas untuk berkoar-koar
dan memimpin yel-yel di setiap aksi demo. Saya dulu berperan sebagai “kelompok
menengah” ini.
Bagian
bawah piramid melambangkan rakyat, masyarakat, atau massa. “Kelompok bawah”
inilah yang jumlahnya paling banyak dan paling gendut dalam struktur piramid.
Mereka ini bisa mahasiswa, santri, murid, buruh, petani, nelayan, pengikut
omas, jamaah pengajian, anggota laskar, atau masyarakat kebanyakan. Meskipun
jumlahnya paling banyak tetapi mereka adalah kelompok lemah, tidak berdaya, dan
“serba minim” yang disebabkan oleh banyak faktor: bisa karena masalah
ekonomi-finansial, pendidikan, akses kekuasaan, intelektualitas, wawasan, dlsb.
Karena lemah dan “serba minim”, maka mereka ini gampang sekali dipengaruhi atau
bahkan “dibohongi” dan dimanipulasi oleh kelompok menengah tadi dengan isu
ini-itu. Tubuh mereka mungkin ada yang bongsor-bongsor tapi “otaknya dikit”
jadi gampang ditaklukkan. Dengan kata lain, oleh kelompok menengah dan elit,
mereka ini hanya dijadikan sebagai “kayu bakar” saja atau sebagai alas untuk
“diinjak” saja.
Ketika,
misalnya, demo kolosal itu sukses, kelompok bawah yang mayoritas ini tidak akan
mendapatkan apa-apa karena “kue” kekuasaan baru akan dinikmati oleh kelompok
elit dan kroninya, sisanya mungkin “dilempar” ke kelompok menengah. Sementara
kelompok bawah, mereka tetap seperti sedia kala: lapar, dahaga, dan
miskin-njekin sepanjang masa. Sadarkah Anda dengan “drama” ini?
Jabal
Dhahran, Arabia
0 Response to "keluguan Rakyat, Kelicikan Elit"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR