Menjaga Indonesia sebagai "Rumah Bersama"
February 21, 2017
Add Comment
faquha.com - Di
awal tahun baru ini, ijinkan saya menulis sebuah refleksi singkat mengenai
"rumah" yang bernama "Indonesia". Saya tegaskan sekali
lagi, Indonesia itu adalah "rumah bersama". Sejak awal, penghuni
rumah ini sudah warna-warni, baik dari sisi etnis maupun agama. Sejak awal
pula, bukan hanya kaum Muslim saja yang berkeringat memperjuangkan dan
mempertaruhkan harta-jiwa-raga demi rumah Indonesia ini. Berbagai macam agama,
ras, dan etnis turut memberi kontribusi pagi pendirian rumah ini.
Penegasan
ini penting saya lakukan untuk mengingatkan kita semua karena belakangan ini,
lantaran didorong oleh kepentingan dan motivasi politik-ekonomi-ideologi
tertentu, sejumlah tokoh, ormas/lembaga, dan kelompok agama, khususnya Islam,
berusaha mengklaim dan membajak "rumah" ini dengan mengatakan bahwa
kaum Muslim-lah yang memperjuangkan dan membangun Indonesia ini dan karena itu
wajib atau harus "dinomorsatukan". Tanpa deklarasi kewajiban
menomorsatukan umat Islam-pun sebetulnya kaum Muslim sudah dinomorsatukan selama
ini.
Bacalah
(kembali) secara pelan-pelan sejarah rumah Indonesia tercinta ini. Para tokoh
bangsa yang terlibat persiapan kemerdekaan negara ini bukan hanya tokoh-tokoh
Muslim seperti Bung Karno, Hatta, Natsir, Sjajrir, Yamin, Agus Salim, Kiai
Wahid Hasyim, Kiai Abdul Wahab Chasbulah, dlsb. Tetapi juga para tokoh
non-Muslim seperti Johannes Leimena, A.A. Maramis, Johannes Latuharhary, I
Gusti Ketut Puja, dlsb. Pula, bukan hanya tokoh berdarah Arab seperti
Abdurrahman Baswedan atau Hamid Algadri saja yang memperjuangkan kemerdekaan
tetapi juga para tokoh Tionghoa seperti Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw, atau
Laksamana John Lie Tjeng Tjoan.
Ingat
juga bahwa para pahlawan bangsa yang mengobarkan semangat perang, perjuangan,
dan perlawanan terhadap Belanda bukan hanya para tokoh Muslim saja tetapi juga
non-Muslim. Bukan hanya tokoh-tokoh Muslim saja yang ditangkap, disel, atau
dibuang oleh Belanda tetapi juga non-Muslim. Simaklah sejarah heroik Ignatius
Joseph Kasimo, I Gusti Ketut Jelantik, Martha Christina Tiahahu, I Gusti Ngurah
Rai, Agustinus Adisucipto, Arie Frederik Lasut, Bernard Lapian, Herman
Johannes, dan masih banyak lagi.
Para
tokoh Muslim dan non-Muslim dari berbagai suku dan daerah bahu-membahu
memperjuangkan negara kita tercinta, baik dengan cara perlawanan bersenjata
maupun politik diplomasi. Tanpa mereka semua, Indonesia tak pernah ada. Oleh
karena itu sungguh tidak pantas dan menyakitkan jika ada sebagian dari para
tokoh agama dewasa ini yang mengklaim Indonesia adalah "produk umat
Islam" saja.
Karena
rumah Indonesia ini dibangun oleh dan hasil jerih payah dari berbagai tokoh
agama dan etnis, maka sudah seharusnyalah jika mereka semua mendapatkan hak-hak
politik-ekonomi-budaya dan kewajiban yang sama sebagai sesama keluarga dan
penghuni rumah Indonesia ini. Mari kita jaga dan rawat Indonesia sebagai
"rumah bersama". Jangan sampai rumah indah ini "dibajak"
oleh orang-orang dan kelompok arogan, intoleran, dan tidak bertanggung jawab.
Kasihan anak-cucu kita kelak di kemudian hari...
Jabal
Dhahran, Arabia, Prof Sumanto
0 Response to "Menjaga Indonesia sebagai "Rumah Bersama""
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR