Pembantu Lebih Galak dari Majikan
January 26, 2017
Add Comment
Pembantu Lebih Galak dari Majikan
Ungkapan "pembantu lebih galak dari majikan" atau
"anjing herder lebih garang dari majikan" kadang ada benarnya juga.
Lihat saja, misalnya, fenomena merebaknya kelompok "Wahabi KW" dan
"Wahabi mualaf" atau Wahabi anyaran di Indonesia dewasa ini. Mereka
betul-betul lebih galak dan lebih garang dari "Wahabi ori" dan
"Wahabi lawas" di Saudi atau Qatar.
Kolega dan murid-muridku yang "Wahabi" (saya pakai
"tanda kutip" karena kebanyakan dari mereka lebih sreg disebut
Salafi. Dulu kelompok ini menamakan diri "Muwahhidun" karena doktrin
tauhid yang kuat) itu banyak tetapi beraneka ragam tingkat pengamalan
"ajaran" dan ekspresi ke-Salafi-annya: ada yang moderat, konservatif,
pragmatis. Meskipun berbeda-beda, mereka tidak saklek dan
"kaku-njeku" seperti tiang listrik atau patung Nyonya Meneer dalam
mengimplementasikan norma-norma kesalafian dan keislaman.
Bahkan yang konservatif pun, mereka tidak main paksa apalagi
ngamuk-ngamuk sambil mengkopar-kapirkan orang / kelompok lain. Konservatisme
buat mereka hanya berlaku "ke dalam" (untuk diri sendiri) bukan
"ke luar" (untuk orang lain). Dengan kata lain, ke dalam mereka
"intoleran", ke luar mereka toleran. Misalnya, meskipun mereka
mengharamkan musik, film, atau rokok tetapi menghormati orang lain yang mendengarkan
musik, menonton film, dan merokok kebal-kebul. Begitu pula, meskipun mereka
berjenggot lebat tetapi menghargai orang lain yang tidak suka memelihara
jenggot.
Yang menarik adalah pandangan mereka tentang busana gamis
atau jubah. Mereka sama sekali tidak memandang mengenakan pakaian gamis atau
jubah itu dalam rangka untuk "nyunah rasul" atau mengikuti Nabi
Muhammad. Mereka memakai gamis/jubah semata-mata karena menganggap itu pakaian
tradisional mereka saja yang sayangnya kini mulai tergerus oleh busana modern
(jeans, kaos, baju, dlsb).
Bagi mereka, Nabi Muhammad memakai jubah karena beliau
adalah bagian dari masyarakat Arab yang hidup dalam kultur Arab itu tidak ada
sangkut pautnya dengan masalah "lebih relijius" atau tidak,
"lebih bermoral" atau tidak. Yang menentukan kualitas relijiusitas
dan moralitas seseorang itu buat mereka bukan masalah jenis pakaian (gamis atau
bukan) melainkan adab, tata-cara dan etika berpakaian di ruang publik. Mereka
juga sama sekali tidak mempermasalahkan orang lain untuk berbusana sesuai
dengan kebudayaan dan pilihan masing-masing individu. Karena itu di kampusku,
mereka sangat warna-warni dalam berbusana bukan melulu pakai gamis saja tapi
juga pakai jeans, kaos, baju, katok kolor, training, dlsb.
Sebagai antropolog, saya juga respek dengan pilihan
masing-masing individu. Misalnya, saat saya menggunakan film dokumenter sebagai
medium mengajar, saya selalu mempersilakan kepada murid-muridku yang memandang
menonton film itu haram untuk keluar ruangan saat pemutaran film tetapi mereka
harus kembali ke kelas saat film usai untuk mendiskusikan konten film. Biasanya
ada 2-3 murid yang minta ijin untuk keluar ruangan. Saya juga sama sekali tidak
mempermasalahkan mereka mau berjenggot atau tidak, berjubah atau tidak. Buatku
itu nggak penting.
Teman dan murid-muridku yang Arab Salafi ini bahkan mengecam
keras kelompok-kelompok Islam yang mengatasnamakan Salafi tetapi menggunakan
cara-cara intoleransi dan kekerasan dalam menyampaikan pesan-pesan universal
keislaman.
Jabal Dhahran, Arabia
Prof. Sumanto
0 Response to "Pembantu Lebih Galak dari Majikan"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR