Tafsir Ahlussunnah tentang Kezaliman dan Keadilan Dalam Mafatih al Ghaib,
May 20, 2016
Add Comment
faquha.com - Tafsir Ahlussunnah tentang Kezaliman dan Keadilan Dalam
Mafatih al Ghaib,
Imam Fakhruddin ar-Razi, pengarang Tafsir Mafatih al-Ghaib
(XVIII/410) menyatakan:
وَما كانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرى
بِظُلْمٍ وَأَهْلُها مُصْلِحُونَ (هود: ١١٧
اعْلَمْ أَنَّهُ تَعَالَى بَيَّنَ
أَنَّهُ مَا أَهْلَكَ أَهْلَ الْقُرَى إِلَّا بِظُلْمٍ وَفِيهِ وُجُوهٌ:
الْوَجْهُ الْأَوَّلُ: أَنَّ المراد من
الظلم هاهنا الشِّرْكُ قَالَ تَعَالَى: إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
[لُقْمَانَ: ١٣] وَالْمَعْنَى أَنَّهُ تَعَالَى لَا يُهْلِكُ أَهْلَ الْقُرَى
بِمُجَرَّدِ كَوْنِهِمْ مُشْرِكِينَ إِذَا كَانُوا مُصْلِحِينَ فِي الْمُعَامَلَاتِ
فِيمَا بَيْنَهُمْ وَالْحَاصِلُ أَنَّ عَذَابَ الِاسْتِئْصَالِ لَا يَنْزِلُ
لِأَجْلِ كَوْنِ الْقَوْمِ مُعْتَقِدِينَ لِلشِّرْكِ وَالْكُفْرِ، بَلْ إِنَّمَا
يَنْزِلُ ذَلِكَ الْعَذَابُ إذا أساؤا فِي الْمُعَامَلَاتِ وَسَعَوْا فِي
الْإِيذَاءِ وَالظُّلْمِ. وَلِهَذَا قَالَ الْفُقَهَاءُ إِنَّ حُقُوقَ اللَّه
تَعَالَى مَبْنَاهَا عَلَى الْمُسَامَحَةِ وَالْمُسَاهَلَةِ. وَحُقُوقَ الْعِبَادِ
مَبْنَاهَا عَلَى الضِّيقِ وَالشُّحِّ. وَيُقَالُ فِي الْأَثَرِ الْمُلْكُ يَبْقَى
مَعَ الْكُفْرِ وَلَا يَبْقَى مَعَ الظُّلْمِ، فَمَعْنَى الْآيَةِ: وَما كانَ
رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرى بِظُلْمٍ أَيْ لَا يُهْلِكُهُمْ بِمُجَرَّدِ
شِرْكِهِمْ إِذَا كَانُوا مُصْلِحِينَ يُعَامِلُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا عَلَى
الصَّلَاحِ وَالسَّدَادِ. وَهَذَا تَأْوِيلُ أَهْلِ السُّنَّةِ لِهَذِهِ الْآيَةِ،
قَالُوا: وَالدَّلِيلُ عَلَيْهِ أَنَّ قَوْمَ نُوحٍ وَهُودٍ وَصَالِحٍ وَلُوطٍ
وَشُعَيْبٍ إِنَّمَا نَزَلَ عَلَيْهِمْ عَذَابُ الِاسْتِئْصَالِ لَمَّا حَكَى
اللَّه تَعَالَى عَنْهُمْ مِنْ إِيذَاءِ النَّاسِ وَظُلْمِ الْخَلْقِ.
"Tidaklah Tuhanmu akan menghancurkan suatu negeri sebab
kezaliman, sementara penduduknya adalah orang-orang yang berbuat
kebaikan." (QS. Hud: 117)
اعْلَمْ
أَنَّهُ تَعَالَى بَيَّنَ أَنَّهُ مَا أَهْلَكَ أَهْلَ الْقُرَى إِلَّا بِظُلْمٍ
وَفِيهِ وُجُوهٌ:
Ketahuilah, sungguh Allah Ta'ala telah menerangkan bahwa Ia
tidak akan menghancurkan suatu negeri kecuali sebab kezaliman.
Dalam penafsiran kata "kezaliman" ini terdapat
beberapa pendapat.
Pendapat pertama, bahwa maksud kezaliman di sini adalah
kesyirikan. Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ [لُقْمَانَ: ١٣]
"Sungguh kesyirikan adalah kezaliman yang besar."
(QS. Luqman: 13)
Artinya, Allah Ta'ala tidak akan menghancurkan penduduk
suatu negeri hanya karena mereka adalah orang-orang musyrik, selama mereka
adalah orang-orang yang berperilaku baik dalam mu'amalah (hubungan sosial) di
antara mereka.
Kesimpulannya, azab penghancuran total suatu negeri tidak
akan turun karena penduduknya meyakini kelistrikan dan kekufuran. Bahkan azab
penghancuran total itu hanya akan turun ketika mereka berperilaku buruk dalam
mu'amalah, serta menebarkan kejahatan dan kezaliman.
Karena itu, para Ahli Fikih berkata:
"Sungguh hak-hak
Allah Ta'ala didasarkan pada toleransi dan kemudahan, sedangkan hak-hak manusia
didasarkan pada aturan ketat dan
kedisiplinan.
Dalam atsar dikatakan:
الْمُلْكُ
يَبْقَى مَعَ الْكُفْرِ وَلَا يَبْقَى مَعَ الظُّلْمِ.
"Kerajaan akan langgeng bersama kekufuran dan tidak
akan langgeng bersama kezaliman."
Sehingga makna ayat 117 Surat Hud ini adalah:
"Tidaklah Tuhanmu akan menghancurkan suatu negeri hanya
karena kemusyrikan mereka, selama sebagiannya terhadap sebagian lainnya
berperilaku baik dalam mu'amalah berdasarkan kebajikan dan kebenaran.
Inilah penafsiran Ahlussunnah wal Jama'ah pada ayat ini.
Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah mengatakan:
"Dalilnya adalah bahwa kaum Nabi Nuh, Nabi Huda, Nabi
Shaleh, Nabi Luth, dan Nabi Syu'aib-'alaihimussalam-tertimpa azab kehancuran
total hanya karena kejahatan dan kezaliman yang dihikayatkan Allah Ta'ala.
Sumber:
Fakhruddin ar Razi, Mafatih al-Ghaib, XVIII/410.
0 Response to "Tafsir Ahlussunnah tentang Kezaliman dan Keadilan Dalam Mafatih al Ghaib,"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR