Kisah Seorang Pengait Benang dan Ibn Hanbal
March 5, 2016
Add Comment
Kisah Seorang Pengait Benang dan Ibn Hanbal |
Suatu hari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dikunjungi
seorang wanita yang ingin bertanya.
“lmam, saya adalah seorang perempuan yang sudah lama
kematian suami. Saya ini sangat miskin, sehingga untuk membesarkan anak-anak
saya, saya mengait benang di malam hari, sementara siang hari saya gunakan
untuk mengurus anak-anak saya dan bekerja sebagai sebagai buruh kasar
dikesempatan masa yang ada.
Karena saya tak mampu membeli lampu, maka pekerjaan mengait
benang itu saya lakukan apabila bulan
terang.”
Imam Ahmad rahimahullah mendengar dengan serius percakapan
perempuan tadi. Perasaannya tersentuh mendengar ceritanya yang menyayatkan
hati.
Beliau yang memiliki kekayaan lagi dermawan sebenarnya telah
tergerak hati untuk memberi bantuan sedekah kepada wanita itu, namun ia
tangguhkan dahulu hasratnya karena ingin mendengar semua ucapan si ibu tadi.
Si ibu tadi meneruskan cerita katanya...“Pada suatu hari,
ada satu rombongan kerajaan telah
berkemah di depan rumah saya. Mereka menyalakan lampu yang jumlah yang amat
banyak sehingga sinarnya terang benderang. Tanpa pengetahuan mereka, saya
segera mengait benang dengan memanfaatkan cahaya lampu-lampu itu.
Tetapi setelah selesai saya sulam, saya bimbang, apakah
hasilnya halal atau haram kalau saya jual? Bolehkah saya makan dari hasil
penjualan itu?
Sebab, saya melakukan pekerjaan itu dengan diterangi lampu
yang minyaknya dibeli dengan uang negara, dan tentu uang tersebut adalah uang
rakyat.”
Imam Ahmad rahimahullah terpesona dengan kemuliaan jiwa
wanita itu. Ia begitu jujur, di tengah masyarakat yang rusak akhlaknya dan
hanya memikirkan kesenangan sendiri, tanpa peduli halal haram lagi. Padahal
jelas, wanita ini begitu miskin lagi fakir.
Maka dengan penuh rasa ingin tahu, Imam Ahmad rahimahullah
bertanya, “Ibu, sebenarnya engkau ini siapa?”
Dengan suara serak karena penderitaannya yang
berkepanjangan, wanita ini mengaku, “Saya ini adik perempuan Basyar Al-Hafi.”
Imam Ahmad rahimahullah makin terkejut karena Basyar Al-Hafi
rahimahullah adalah Gubernur yang terkenal sangat adil dan dihormati rakyatnya
semasa hidupnya.
Rupanya, jabatannya yang tinggi tidak disalahgunakannya
untuk kepentingan keluarga dan kerabatnya. Sehingga adik kandungnya sendiri pun
hidup dalam keadaan miskin.
Dengan menghela nafas berat, Imam Ahmad rahimahullah
berkata,“Pada masa kini, ketika orang-orang sibuk mengumpul kekayaan dengan
berbagai cara, bahkan dengan menyalahgunakan uang negara serta menyusahkan
rakyat yang sudah miskin, ternyata masih ada wanita terhormat seperti engkau,
lbu. sungguh, sehelai rambutmu yang terurai dari celahan jilbabmu jauh lebih
mulia jika dibanding dengan berlapis-lapis serban yang kupakai dan
berlembar-lembar jubah yang dikenakan para ulama.
Subhanallah, sungguh mulianya engkau, hasil sulaman itu
engkau haramkan? Padahal bagi kami itu tidak apa-apa, sebab yang engkau lakukan
itu tidak merugikan kewangan negara…” Kemudian Imam Ahmad rahimahullah
melanjutkan, “Ibu, izinkan aku memberi penghormatan untukmu. Silakan engkau
meminta apa saja dariku, bahkan sebagian besar hartaku, nescaya akan kuberikan
kepada wanita semulia engkau
Diriwayatkan dari Abu Bakr Ash-Shiddiq, dari Rasulullah,
beliau bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِحَرَامٍ
“Tidak akan masuk ke dalam surga sebuah jasad yang diberi
makan dengan yang haram.”(Shahih Lighairihi, HR. Abu Ya’la, Al-Bazzar,
Ath-Thabarani dalam kitab Al-Ausath dan Al-Baihaqi, dan sebagian sanadnya
hasan. Shahih At-Targhib 2/150 no. 1730)"
0 Response to "Kisah Seorang Pengait Benang dan Ibn Hanbal"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR