Argumen Valid Untuk Perayaan Maulid (Bagian 1)
May 25, 2015
1 Comment
Ilustrasi |
Ciputat, Faquha.site - Bagi setiap muslim yang memunyai ghirah kecintaan terhadap sang Nabi terkasih, bulan Rabi’ul Awwal
(Maulud) ini merupakan moment yang sangat menggembirakan. Betapa
tidak, di bulan ini (hampir 15 abad silam) makhluk paling mulia, manusia paling
lembut hatinya, nabi dan rasul terakhir dilahirkan ke muka bumi sebagai rahmat
bagi semesta.
Kegembiraan ini pun diekspresikan dengan berbagai hal
yang positif, seperti lantunan ayat suci al-Qur’an, shalawat, sedekah,
mau’idloh hasanah, uraian tentang sirah dan sifat Rasulullah SAW. yang akan
menambah rasa cinta umat terhadap beliau, sang tauladan terbaik.
Tradisi ini telah dipraktekan oleh para pendahulu kita
yang saleh sejak abad ke-4 H[1] dengan menghidupkan malamnya dengan melakukan berbagai
macam ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Merayakan
Maulid Nabi adalah bentuk penghormatan kepadanya, dan menghormatinya adalah
sebuah kewajiban.
Namun belakangan
ini terdapat suara-suara sumbang yang menentang perayaan Maulid ini, kita tidak
bisa menutup mata akan maraknya berbagai tuduhan-tuduhan keji para pengingkar
perayaan maulid Rasulillah SAW. ini, yang sejatinya mereka telah mengingkari
ulama terdahulu (salaf al-shâlih)
dengan berbagai alasan yang sesungguhnya tidak tepat dan penuh kebencian.
Oleh karenanya,
hati ini tergerak untuk menyusun (tepatnya merangkum) sebuah catatan kecil
tentang argumentasi perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Sebenarnya telah banyak
sekali para ulama terbaik umat ini (dari dulu sampai sekarang) yang menulis
tentang hukum, hikmah serta anjuran perayaan maulid Nabi yang mereka ambil dari
teks-teks primer agama (Al-Qur’an dan Hadis).Namun karena satu dan lain hal
banyak umat yang tidak mengetahuinya.
Dengan adanya tulisan sederhana ini, penulis berharap
semoga yang senantiasa memperingati maulid Nabi semakin mantap bahwa
perbuatannya itu akan mendapat pahala di sisi Allah SWT., dan bagi saudara saya
yang menganggap peringatan maulid Nabi ini sebagai BID’AH TERCELA tulisan ini
setidaknya dapat menjadi sebuah renungan. Amin.
Dalil
Pertama
Kelahiran nabi
Muhammad SAW. merupakan curahan rahmat dalam sejarah kehidupan manusia.
Mencintainya adalah salah satu dari pokok agama, sebagaimana sabda Nabi
tercinta:
“Demi Dzat yang jiwaku berada dalam
genggamannya, tidaklah sempurna iman kalian sehingga aku lebih dicintainya
daripada orang tua dan anak-anaknya”. (HR. Bukhari)
Bagi kami,
peringatan/perayaan maulid nabi Muhammad SAW. merupakan salah satu
bukti/ekspresi akan rasa syukur dan kegembiraan kami akan kelahiran baginda
nabi Muhammad SAW.[2]
Rasulullah adalah anugerah Allah untuk umat Islam, sebagaimana firman-Nya:
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya
sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.”
(QS. Ali Imran: 164)
Kegembiraan kita
(sebagai umat islam) akan kelahiran baginda nabi Muhammad SAW. ke dunia ini
merupakan sesuatu yang diperintahkan Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah SWT.
dalam surat Yunus ayat 58:
“Katakanlah: "Dengan (sebab) karunia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
Allah memerintahkan kita untuk bergembira atas karunia
dan rahmat-Nya, karena hal itu lebih baik dari apa (dunia) yang kita kumpulkan,
dan kita tahu bahwa Rasulullah adalah rahmat yang tiada terkira bagi semesta
alam.
“Dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam”.(QS. Al-Anbiya: 107)
Hal ini senada
dengan perrnyataan Ibnu Abbas tentang surat Yunus ayat 58 di atas. Ibnu Abbas
mengatakan bahwa fadl (karunia)
adalah ilmu, sedangkan rahmat adalah
nabi Muhammad SAW.[3]
Di samping itu, perayaan maulid Nabi juga bisa disimpulkan dari makna umum
firman Allah:
“…dan
ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. Sesunguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak
bersyukur.”
(QS. Ibrahim: 5)
Tidak diragukan
lagi bahwa hari kelahiran nabi Muhammad SAW. merupakan salah satu hari Allah
yang sangat penting. Dari sini memperingatinya berarti mematuhi perintah-Nya,
dan yang demikian ini bukanlah bid’ah.
Disarikan dari Makalah Yayan Bunyamin S.Th.I (Tokoh Intelektual Muda Tasikmalaya)
[1]
Al-Suyûṭi menyebutkan bahwa
yang mula-mula mengadakan peringatan/perayaan maulid nabi (secara formal
seperti sekarang ini) adalah penguasa Irbil, Raja Mudhaffar Abû Sa’îd Kaukabri
bin Zainuddîn ‘Alî bin Buktukîn atau Baktatin, seorang raja yang mulia, agung
nan dermawan. Beliau memunyai peninggalan baik, dan beliaulah yang membangun al-Jâm’i
al-Mudhaffarî di lembah Qâsiyûn. Jalâl al-Dîn al-Suyûṭi, Husn al-Maqshad fî ‘Amal al-Maulid (Beirut: Dâr al-Kutub
al-Ilmiyah, 1985) h. 43.
[2]
Memperingati kelahiran
baginda Nabi tidak terbatas hanya pada bulan Rabi’ul Awwal saja, apalagi hanya
pada tanggal 12 (sebagaimana yang sering dituduhkan oleh mereka yang tidak
setuju dengan perayaan ini), memperingati (mensyukuri) kelahiran baginda Nabi
boleh (dan harus) dilakukan setiap saat. Namun pada bulan kelahiran beliau
memang ada motivasi dan alasan yang lebih kuat, sebab perasaan kita lebih
hangat karena bertepatannya waktu.
[3]
Jalâl al-Dîn al-Suyûṭi, al-Durr al-Manstûr fî al-Tafsîr bi
al-Ma’tsûr, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 2000), juz 3, h. 308. Lihat
juga Abu Fadhl Shihâbuddîn al-Alûsi, Rûh
al- Ma’âni fî Tafsîr al-Qur’an wa Sab’u al-Matsâni (Beirut: Dâr al-Fikr,
t.t), juz 10, h. 141.
Sekarang memang makin lantang kelompok tertentu menentang perayaan maulid ini dgn sebutan bid'ah dlsb...kita tau memang Rasulullah tdk pernah menyuruh merayakan kelahirannya...kita juga tau bhw perayaan maulid tsb bukan sebuah ritual ibadah yg ada diajarkan dlm Islam...tp kita tentu tau bhw isi dari perayaan maulid tsb adalah puji2an kpd baginda Rasulullah...selagi kita menyadari bhw ritual itu bukanlah sbh sunnah apalagi wajib...namun kandungannya akan dpt menambah semangat keimanan dan kecintaan kita kpd Rasulullah dan tdk ada unsur yg bertentangan dgn ajaran tauhid maka tetap baik utk kita ambil segi manfaat dan positifnya...ini hanya pendapat pribadi...wallahu a'lam...hanya Allah yg maha benar dan hanya RasulNya yg paling taat kpd Allah SWT diantara manusia Islam yg pernah ada didunia ini
ReplyDelete