INDONESIA DIAMBANG KEOS
February 3, 2015
Add Comment
Jakarta, faquha.com - Jika melihat geliat yang
ditunjukkan para anggota dewan atau pemegang elit di negeri ini agaknya kita
miris melihat keironisan terjadi. Mereka tentu hafal dan paham Pancasila,
namun anehnya tidak mencerminkan
Pancasila memang sering dipahami dari sisi Normatif bukan di
wilayah Aplikatif. Ketidakmampuan menerjemahkan Pancasila dengan benar membuat
sebagian kelompok meragukan dengan Pancasila yang sudah final, dan NKRI yang
menjadi harga mati. Bahkan sebagian kelompok bersikap antipati terhadap
Pancasila dan menawarkan rumusan baru, sebut saja aktifis Hizb Tahrir Indonesia
(HTI) yang gencar dengan gagasan Khilafah dan Syari’ah sebagai pengganti
Demokrasi dan Pancasila
Setiap kasus
dalam Siaran televisi bak sinetron yang memiliki episode yang pelik dan
panjang. tak sempat kasus A datang lagi kasus B. jika ada sebuah peribahasa
"gali lobang tutup lobang" nampaknya bila dibandingkan dengan situasi
negeri ini, istilah tersebut lebih baik. Pasalnya di negeri ini, terdapat istilah
"gali lobang dan gali lobang", ada kasus dan muncul kasus yang lebih
besar, kasus pertama bukan telah usai namun ada kasus kedua yang besar atau
dianggap lebih besar dan lebih menjual di Media (memiliki rating yang tinggi)
Kita terkadang belum bahkan tidak menemukan titik terang akan penyeselaian,
mungkin karena memang tidak pernah diselesaikan tapi dialihkan ke
permasalahan yang lain. Sebagian kasus
memang mempan untuk alih isukan dan akhirnya habis dimakan zaman, namun ada
beberapa kasus yang tidak mempan dialihisukan dan sepertinya orang-orang saling
mengingatkan agar melawan lupa, seperti Kasus Kejahatan Munir dan Kasus
BLBI.
Permasalahan di setiap kelas
Plato (Wafat 347 Sebelum Masehi) seorang Filosof besar Yunani membagikan kelas manusia ke dalam 3 kelas; yakin Filosof (Cendekiawan pemegaing elit negara), Militer, dan Rakyat. nampaknya dalam konteks negara Indonesia, ketiga kelas itu sedang menghadapi masalah, keadaan menggambarkan kondisi Indonesia saat ini diambang keos (Chaos).
Ditingkat Filosof (pemegang elit negeara) yakni kelompok bermoral baik dan berakal
cerdas yang memiliki kepiawaian mengolah Negara. Setiap hari kita disuguhi
berita panasnya situasi politik, perpecahan dalam partai, saling hujat, hajar
dan jatuhkan antar tokoh atau kubu.
Isu dualisme
bukan hanya di tataran lawan dan kawan, namun ditataran yang asalnya kawan
dengan kawan, kita saksikan dualisme dalam Partai Golkar, PPP, bahkan ditingkat
DPR terjadi gontok-gontokan antara Koalisi Merah Putih (KMP) vs Koalisi
Indonesia Hebat (KIH).
Sementara itu, berita yang tersaji dari kelas dua kelas
militer atau prajurit (dalam pembagian kelas menurut Plato) yakni yang
bertugas melaksanakan pertahanan negara baik dari musuh internal maupun
eksternal. Kita juga disuguhi dengan episode-episode Cicak vs Buaya jilid dua
(sebagian orang menyebutnya dengan Cicak Vs Kebun Binatang) yang melibatkan dua
institusi penegak hukum yakni KPK dan Polri.
Terkait kasus
dengan KPK, Yenny Wahid (Direktur Wahid Institute) mendesak agar
Kabareskrim Polri Irjen Budi Waseso agar dicopot, karena dinilai telah
menggunakan Polri sebagai alat politisasi kepentingan segelintir orang di
kepolisian.
Di kalangan kelas
tiga yakni rakyat/Buruh (dalam pembagian kelas menurut Plato) disebut dengan
warga negara biasa, kita disuguhi dengan berbagai pelanggaran HAM, KDRT
dan Kasus Pidana lainnya. Melalui Media kita juga sering menyaksikan
rakyat miskin terdzalimi oleh ketidakberpihakan hukum, di ping-pong karena
kemerawutan aturan dan kebijakan BPJS, dirampas dan terusir oleh keserakahan
konglomerat dan lain-lain
Konflik di kelas
1 (elitis) ditambah dengan ketidakjelasan hukum di kelas 2 (militer)
mengakibatkan kesengsaraan di kelas 3 (rakyat). Dengan suara lantang dan
tegas mengatakan "Bohong besar wahai para pemimpin, jika anda berjuang
demi rakyat, namun anda tidak menyelesaikan pemasalahan anda"
0 Response to "INDONESIA DIAMBANG KEOS "
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR