-->

Tafsir Ibn Katsir, Biografi Pengarang dan Karakteristika Tafsirnya #1

Biografi Ibn Katsîr
Keluarga dan lingkungan
Mufassir yang dikenal dengan nama Ibn Katsîr adalah al-Imâm al-Jalîl al-Hâfîz[1] ‘Imâduddîn Abû al-Fidâ, Ismâ’il bin ‘Amr bin Katsîr bin Da`i Ibn Katsîr bin Zarâ` al-Busrâ, al-Faqîh al-Syâfi’iy[2] al-Busrawy, dilahirkan di kampung Mijdâl[3] pada tahun 700 H[4], wilayah Busra[5], sehingga sebagian nama laqab-nya adalah “al-Busriy atau al-Busrâwiy[6]. Kemudian ia pindah ke Damaskus pada tahun 706 H[7] hingga wafat pada tahun 774 H, lalu dikuburkan di samping kuburan Ibn Taimiyyah[8]
         Pendidikan dan Pemikiran
Setelah ayahnya wafat, Ibn Katsîr dibesarkan oleh kakak laki-lakinya yaitu Kamaluddîn ‘Abd al-Wahhâb (sejak 703 H[9]) yang menjamin pendidikan Ibn Katsîr hingga menjadi Hâfid al-Qur’ân pada usia sepuluh tahun, menghafal kitab Tanbîh karya al-Imâm al-Syairazî, dan mukhtasar Ibn al-Hâjib pada usia 18 tahun[10].
Guru yang paling berpengaruh pada pemikiran Ibn Katsîr adalah Ibn Taimiyyah (wafat 728 H.). Ibn Katsîr turut hadir di antara orang yang turut hadir dan mencium jenazah Ibn Taimiyyah, demikian pengakuannya:


“Saya (Ibn Katsîr) ikut hadir di sana bersama Syaikh kami al-Hâfiz Abû al-Hajâjj al-Mizzy. Aku buka wajah jenazah, lalu aku melihat dan menciumnya. Di kepalanya terdapat surban yang wangi. Kepalanya telah dipenuhi uban, lebih banyak dari yang aku lihat sebelumnya. Saudaranya, Zainuddîn Abdurrahmân memberitahukan kepada orang-orang yang hadir di situ bahwa dia dan Ibn Taimiyah telah mengkhatamkan al-Qur’ân sebanyak delapan puluh kali sejak masuk benteng. Pada bacaan yang kedelapan puluh satu kali, keduanya sampai pada akhir surah Iqtaraba li al-nâss, yakni Sûrah al-Qamar ayat 54-55. Lalu, dua Syaikh yang saleh yaitu ‘Abdullâh bin al-Muhib dan Abdullah Al-Zar’i Al-Darirî, (yang mana) Syaikh Ibn Taimiyyah suka bacaan dua orang ini, ketika masih hidup mulai membaca surat al-Rahmân sampai akhir al-Quran. pada saat itu, aku hadir, mendengar dan melihat[11]

al-Hafîd al-Mizzy (744 H.) adalah guru Ibn Katsîr dalam bidang hadis[12], Ibn katsîr me-mention al-Mizzy dalam beberapa kesempatan penafsirannya terkait kualitas rawi hadis, misalnya ditemukan dalam penafsiran Ibn Katsîr dalam sûrah al-Jînn ayat 11[13]


"Baca Juga Tafsir Ibn Katsir, Biografi Pengarang dan Karakteristika Tafsirnya #3 (Tamat)"







[1] Gelar untuk orang yang mempunyai kapasitas hafalan 100.000 hadis, matan maupun sanad, walaupun dari beberapa jalan, mengetahui hadis sahih, serta tahu istilah ilmu ini. lihat Muhammad Ajjâj al-Khâtib, Usûl al-Hadîts, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1409 H), h. 448,  gelar al-Imâm dan al-Hafîz merupakan gelar sering disandangkan pada Ibn Katsîr, dilihat dari penyebutan namanya pada karya-karyanya atau ketika menyebut pemikirannya

[2] Lihat Husain al-Dzahabî, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, (t.t: Dâr al-Kutub al-hadîtsah, t.t)  juz 1 h.. 242
[3] مجدل dengan meng-kasrah-kan mîm dan men-sukun-kan jîm dan mem-fathah-kan dal, Ibn Katsîr, al-Masâil al-Fiqhiyyah, (Madinah: Maktabah al-‘Ulûm wa al-Hikam, t.t) hal. 10, di-Tahqîq oleh Ibrâhim bin ‘Alî

[4] al-Imâm al-Hafîz Ibn Katsîr, al-Masail al-Fiqhiyyah, hal. 10. Para ahli sejarah berbeda pendapat mengenai tahun kelahiran Ibn Katsîr, terdapat dua versi mengenai tahun kelahirannya, menurut al-Husainî (w.765 H.) Ibn Katsîr lahir pada tahun 701 H., menurut Ibn Hajar (w. 854 H.) dan Jalaluddin al-Suyutî (w. 911 H.)  Ibn Katsîr lahir pada tahun 700 H. Lihat biografi Ibn Katsîr dalam al-Bidâyah wa al-Nihâyah oleh Yusuf abdurahman, Ibn Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, (Lebanon: Dâr al-Ma’rifat, 2007), h. 8
[5] بصرى secara penulisan, sekilas busrâ seperti bisrî atau basrah, keduanya tentu berbeda, karena busrâ terletak di Suriah, sementara Basrah terletak di Irak. Yang dimaksud di sini adalah dengan men-damah-kan ba, yang berarti sebuah  kota yang mashur di wilayah Syam (Suriah), sebuah tempat yang pernah disinggahi Nabi Muhammad untuk berdagang  lihat dalam al-Imâm al-Hafîz Ibn Katsîr, al-Masâil al-Fiqhiyyah, (Madinah: Maktabah al-‘Ulûm wa al-Hikam), h. 10

            [6] Dalam ilmu Nahwu tatacara me-nisbat-kan ism maqsûr yang empat huruf dan mempunyai huruf sukun pada huruf yang kedua, maka cara nisbatnya bisa dengan menambahkan wawu sebelum ya nisbat atau tidak sebagaimana bait Ibn Mâlik :
 وَإِنْ تَكُنْ تَرْبَعُ ذَا ثَانٍ سَكَنْ         فَقَلْبُهَا وَاوًا وَحَدْفُهَا حَسَنْ
Lihat dalam Lihat Jamâluddîn Muhammad bin Abduillah bin Mâlik, Syarh Ibn ‘Aqîl ‘alâ alfiyyah (Jeddah: al-Haramain, t.th), 182
[7] Lihat biografi Ibn Katsîr dalam buku  Nashiruddin al-Bani,“Derajat Hadis-hadis dalam Tafsir Ibn Katsîr (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007) terjemahan ATC Mumtaz Arabia hal. 7

[8] Ibn Katsîr menderita sakit pada akhir hayatnya, kemudian dia meninggal dunia pada hari Kamis 26 Sya’ban 774 H. Prosesi pemakamannya sangat penuh sesak serta terkenal, dia dimakamkan dengan wasiat darinya dengan ditaburi tanah Syaikhul Islam Ibn Taimiyah ditempat pemakaman kaum Sufi, di luar pintu gerbang An-Nasr Damaskus. Lihat Ibn Katsîr, Fadâil al-Qu’rân; keajaiban dan Keistemawaan al-Qur’ân, penerjemah Ahmad Hapid (Jakarta: Pustaka Azzam, 2012), h. 30

[9] Lihat Husaein  al-Dzahabi, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn,  juz 1 hal. 242
[10] Mani’ Abd Halim Mahmud,  Metodologi Tafsir; Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir h. 80
[11] Lihat Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf  (Pustaka Kautsar: Jakarta, 2006)  penerjemah Masturi Irham, Lc. Asmu’i. h. 809.

[12] Al-Mizzi adalah Syaikh al-Khuffaz Jamaluddin Abu al-Hajja Yusuf bin Abdurahman bin Yusuf bin Abdul Malik bin Ali al-Mizzi, Ibn Katsîr mempelajari beberapa karya al-Mizzi khususnya Tahdib al-Kamal, al-Mizzi juga  menikahkan Ibnu Katsîr dengan anak perempuannya yaitu Zainab. Lihat muqaddimah al-Biâyah wa al-nihâyah hal. Ain. Ibn Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah (Dâr al-Kutub al-‘ilmiyyah: Beirut, t.th), volume I, h. ain

            [13] وقال أحمد بن سليمان النجاد في أماليه حدثنا أبو معاوية  قال: سمعتُ الأعمش يقول: تروح إلينا جني، فقلت له: ما أحب الطعام إليكم؟ فقال الأرز. قال: فأتيناهم به، فجعلت أرى اللقم ترفع ولا أرى أحدا. فقلت: فيكم من هذه الأهواء التي فينا؟ قال: نعم. قلت: فما الرافضة فيكم  ؟ قال  شرنا. عرضت هذا الإسناد على شيخنا الحافظ أبي الحجاج المِزِّي فقال: هذا إسناد صحيح إلى الأعمش
Aku sandarkan sanad ini kepada syaikhunâ al-hâfid Abî al-Hajâj al-mizzî berkata “sanad ini sahih (bersambung sampai al-Âmasy”
Selain itu penyandaran juga terdapat dalam dari surah Yâsin:
ما جمع رسول الله صلى الله عليه وسلم بيت شعر قط، إلا بيتا واحدًا.  تَفَاءلْ بما تَهْوَى يَكُنْ فَلَقَلَّمَا ... يُقَالُ لِشَيْءٍ كَانَ إلا تَحَقَّقَ سألت شيخنا الحافظ أبا الحجاج المزّي عن هذا الحديث، فقال: هو منكر. ولم يعرف شيخ الحاكم، ولا الضرير
“Saya bertanya kepada kepada al-Hafid Abâ al-Hajâj al-Mizzi mengenai hadis ini, lalu ia menjawab bahwa hadis ini munkar, dan tidak diketahui bahwa hadis ini dari hakim maupun dari al-darîr”

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tafsir Ibn Katsir, Biografi Pengarang dan Karakteristika Tafsirnya #1"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel