Pentingnya memahami Nahwu Saraf
January 11, 2015
Add Comment
Jakarta, Faquha.com - Mempelajari teks-teks yang berbahasa Arab melalui terjemahan memang menjadi tren disaat ini. Akan tetapi keberadaan kitab-kitab terjemahan belum banyak membantu secara signifikan, karena kitab-kitab terjemahan tidak mungkin selamat dari subjektifitas dan intervensi penerjemah.
Terjemahan
pada umumnya memakai metode terjemah Tafsiriyah,
sehingga selalu terdapat intevensi dan interpretasi penerjemah yang dibatasi
oleh Fusion Horizon-nya,
belum lagi masalah keterbatasan kosakata dari bahasa kedua (bahasa tujuan
dari bahasa arab)
Selain itu,
kitab-kitab terjemahan juga jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan
karya-karya Ulama yang belum diterjemahkan. Sehingga tetap diperlukan penguasaan
ilmu Nahwu-saraf bagi yang ingin meneliti bahasa agama lebih dalam.
Perlu
diragukan seorang yang mengaku ilmuwan dalam bidang agama namun nihil dari
penguasaan Nahwu-saraf, mengingat banyak referensi agama yang masih berbahasa
Arab.
Untuk
memahami Gramatika Bahasa Arab, setidaknya seseorang memahami dua bidang ilmu,
yakni Ilmu Nahwu dan Saraf. karena selanjutnya nahwu-sharaf akan menjadikan
modal baginya untuk memahami ilmu gramatika bahasa Arab yang lainnya seperti
ilmu Badi, Ma’âni dan bayân, atau yang lebih dikenal dengan ilmu Bilâgah.
Minimnya penguasaan Nahwu membuat seseorang
kesulitan memahami status sebuah kalimat, dan relasinya dengan kalimat lainnya.
Ketidakpahaman ilmu Saraf mengakibatkan seseorang tidak akan mampu memahami
struktur kalimat, sudah barang tentu akan menghambat untuk memahami sebuah
teks-teks yang berbahasa Arab.
Oleh karena
itu, minat akan mempelajari Nahwu Saraf khususnya di lingkungan akademisi tidak
akan ada habisnya. Meskipun tidak jarang dari mereka yang mengeluh dan bersusah
payah mendalaminya.
Di
Pesantren-pesantren Tradisional, pengajaran kitab-kitab dengan muatan nahwu
saraf marak dilakukan, seperti pengajaran kitab matn Jurûmiyyah, ‘Imriti, Sharaf
Kailânî dan Alfiyyah Ibn Malik.
Namun
kesuksesan pesantren mentransfer ilmu nahwu-saraf kepada para santrinya tidak
sama, karena hal tersebut menuntut kreatifitas, kapasitas dan kapabilitas
pengajar yang mumpuni. Masing-masing pesantren mempunyai tradisi dan tirk yang
berbeda dalam mengajarkan ilmu nahwu saraf kepada para santrinya.
Pesantren
Baitul Hikmah Haurkuning
Adalah
pesantren Baitul Hikmah Haurkuning, sebuah pesantren alat (sebutan untuk pesantren yang
memfokuskan kajian Nahwu saraf) yang terletak di Tasikmalaya (Kawasan Priangan
Timur kurang lebih 5O kilometer dari Ibu Kota Provinsi Jabar). Yang mempunyai
tradisi khusus untuk mengajarkan nahwu-saraf kepada para santrinya yakni dengan
metode “tatalaran” yang
dikenalkan oleh KH. Saepuddin Zuhri sebagai pendiri pesantren
Kesuksesan
pesantren Baitul Hikmah Haurkuning dalam lomba membaca kitab kuning (MQK)
tingkat Nasional tiga kali secara beruntun, mungkin menjadi alat ukur untuk
mengetahui efektifitas tatalaran dalam menunjang kesuksesan santri
yang jago alat (istilah yang sering dialamatkan
kepada santri yang menguasai nahwu saraf).
Tatalaran menjadi suplemen dan
formula khusus untuk mempercepat pemahaman nahwu saraf. Tatalaran berisi kompilasi regulasi nahwu
saraf dan contoh aplikatifnya. Semua diajarkan dengan jalan dijelaskan dan
dihapal.
Penjabaran
dari tatalaran ini, penulis menyebutnya dengan 4
pilar suplemen untuk mempercepat pemahaman Nahwu saraf. 4 pilar tersebut
terdiri dari: Narkib, Ngerab, Tasripan dan Ngasalkeun
0 Response to "Pentingnya memahami Nahwu Saraf"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR