-->

Pentingnya memahami Nahwu Saraf


Jakarta, Faquha.com -
Mempelajari teks-teks yang berbahasa Arab melalui terjemahan memang menjadi tren disaat ini. Akan tetapi keberadaan kitab-kitab terjemahan belum banyak membantu secara signifikan, karena kitab-kitab terjemahan tidak mungkin selamat dari subjektifitas dan intervensi penerjemah.

Terjemahan pada umumnya memakai metode terjemah Tafsiriyah, sehingga selalu terdapat intevensi dan interpretasi penerjemah yang dibatasi oleh Fusion Horizon-nya, belum lagi masalah  keterbatasan kosakata dari bahasa kedua (bahasa tujuan dari bahasa arab)


Selain itu, kitab-kitab terjemahan juga jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan karya-karya Ulama yang belum diterjemahkan. Sehingga tetap diperlukan penguasaan ilmu Nahwu-saraf bagi yang ingin meneliti bahasa agama lebih dalam.


Perlu diragukan seorang yang mengaku ilmuwan dalam bidang agama namun nihil dari penguasaan Nahwu-saraf, mengingat banyak referensi agama yang masih berbahasa Arab.


Untuk memahami Gramatika Bahasa Arab, setidaknya seseorang memahami dua bidang ilmu, yakni Ilmu Nahwu dan Saraf. karena selanjutnya nahwu-sharaf akan menjadikan modal baginya untuk memahami ilmu gramatika bahasa Arab yang lainnya seperti ilmu Badi, Ma’âni dan bayân, atau yang lebih dikenal dengan ilmu Bilâgah.


 Minimnya penguasaan Nahwu membuat seseorang kesulitan memahami status sebuah kalimat, dan relasinya dengan kalimat lainnya. Ketidakpahaman ilmu Saraf mengakibatkan seseorang tidak akan mampu memahami struktur kalimat, sudah barang tentu akan menghambat untuk memahami sebuah teks-teks yang berbahasa Arab.


Oleh karena itu, minat akan mempelajari Nahwu Saraf khususnya di lingkungan akademisi tidak akan ada habisnya. Meskipun tidak jarang dari mereka yang mengeluh dan bersusah payah mendalaminya.


Di Pesantren-pesantren Tradisional, pengajaran kitab-kitab dengan muatan nahwu saraf marak dilakukan, seperti pengajaran kitab matn Jurûmiyyah, ‘Imriti, Sharaf Kailânî dan Alfiyyah Ibn Malik. 

Namun kesuksesan pesantren mentransfer ilmu nahwu-saraf kepada para santrinya tidak sama, karena hal tersebut menuntut kreatifitas, kapasitas dan kapabilitas pengajar yang mumpuni. Masing-masing pesantren mempunyai tradisi dan tirk yang berbeda dalam mengajarkan ilmu nahwu saraf kepada para santrinya.


Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning

Adalah pesantren Baitul Hikmah Haurkuning, sebuah pesantren alat (sebutan untuk pesantren yang memfokuskan kajian Nahwu saraf) yang terletak di Tasikmalaya (Kawasan Priangan Timur kurang lebih 5O kilometer dari Ibu Kota Provinsi Jabar). Yang  mempunyai tradisi khusus untuk mengajarkan nahwu-saraf kepada para santrinya yakni dengan metode “tatalaran” yang dikenalkan oleh KH. Saepuddin Zuhri sebagai pendiri pesantren


Kesuksesan pesantren Baitul Hikmah Haurkuning dalam lomba membaca kitab kuning (MQK) tingkat Nasional tiga kali secara beruntun, mungkin menjadi alat ukur untuk mengetahui efektifitas tatalaran dalam menunjang kesuksesan santri yang jago alat (istilah yang sering dialamatkan kepada santri yang menguasai nahwu saraf).


Tatalaran menjadi suplemen dan formula khusus untuk mempercepat pemahaman nahwu saraf. Tatalaran berisi kompilasi regulasi nahwu saraf dan contoh aplikatifnya. Semua diajarkan dengan jalan dijelaskan dan dihapal.


Penjabaran dari tatalaran ini, penulis menyebutnya dengan 4 pilar suplemen untuk mempercepat pemahaman Nahwu saraf. 4 pilar tersebut terdiri dari: Narkib, Ngerab, Tasripan dan Ngasalkeun

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Pentingnya memahami Nahwu Saraf"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel