-->

Jujur sebagai Rumus Bisnis

Faquha.site - Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan
menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka.
Termasuk di dalamnya adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri.
Jujur itu kebutuhan.
"Seandainya kita bekerja dengan jujur ditempat kerja, insyaAllah akan turun rahmat dan barokah-Nya yang akan mensejahterakan semuanya, baik karyawan, pimpinan maupun perusahaannya. Namun kalau kita membiarkan teman tidak jujur, maka kesulitan akan datang terus sampai kita semua sadar.
Kejelekan itu datang dari kesalahan diri sendiri".

Bila kita menerima hadiah di tempat kerja dari mitra yang kita layani, tanya pada hati yang jernih : akankah hadiah tersebut diberikan kalau kita tidak bekerja di perusahaan? Bila jawabannya ‘tidak’ maka itu bukan hak kita.

Dari Abu Humaid as-Sa'idi ra. berkata :

Nabi Muhammad Saw. memperkerjakan seorang laki-laki dari suku
al-Azdi yang bernama Ibnu Lutbiah sebagai pemungut zakat. Ketika datang dari tugasnya, dia berkata:
 "Ini untuk kalian sebagai zakat dan ini dihadiahkan untukku". 
Nabi  bersabda : "Cobalah dia duduk saja di rumah ayahnya atau ibunya, dan
menunggu apakah akan ada yang memberikan kepadanya hadiah ? Dan demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, tidak seorangpun yang mengambil sesuatu dari zakat ini, kecuali dia akan datang pada hari qiyamat dengan dipikulkan di atas lehernya berupa unta yang berteriak, atau sapi yang melembuh atau kambing yang mengembik." 
Kemudian beliau mengangkat tangannya, sehingga terlihat oleh kami
ketiak beliau yang putih dan (berkata) : "Ya Allah bukankah aku sudah sampaikan, bukankah aku sudah sampaikan.", sebanyak tiga kali.“
(HR. Bukhari, Muslim)   (sumber : INTEGRITAS NILAI ETIKA BISNIS. hal 58)
Kejujuran kunci keberhasilan.
Kejujuran merupakan nilai yang paling dominan dalam usaha karena merupakan kunci untuk mencapai nilai-nilai berikutnya, apabila nilai kejujuran telah terpenuhi maka nilai berikutnya akan dengan mudah untuk dicapai.

Total Quality Control hanya akan sukses bila diterapkan dalam budaya jujur. Salah satu contohnya adalah kesuksesan Jepang,Korea Selatan dan negara-negara maju lainnya. Tanpa budaya jujur, produk barang dan jasa yang diserahkan dari suatu unit ke unit lainnya dan konsumen tidak akan terjamin kualitasnya.

Bila jujur, surga balasannya
Bila jujur, hidup dalam ketenangan
bila jujur, pasti beriman
bila jujur, banyak berteman

Rasulullah Saw bersabda,
"Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan ke surga. Sesungguhnya seseorang yang senantiasa berkata jujur hingga dia disebut sebagai ‘shiddiq’ dan sesungguhnya dusta itu mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan itu mengantarkan ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang senantiasa berdusta dia akan dituliskan di sisi Allah SWT sebagai ‘Kadzdzab’ (sang pendusta)."
(HR. Bukhari, Muslim)

Rasulullah bersabda,
"Tinggalkanlah urusan yang meragukanmu, lakukanlah suatu pekerjaan yang tak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran itu menyebabkan ketenangan sedangkan dusta menyebabkan kebimbangan (keraguan)." (HR. Turmudzi)

"Dalam hampir setiap khutbahnya, Nabi Saw selalu berpesan tentang kejujuran. Beliau bersabda,
'Tidak ada iman bagi orang yang tidak jujur. Tidak ada agama bagi orang yang tidak konsisten memenuhi janji'."
(HR. Ahmad, Bazzar, Thabrani)

Kejujuran Berbuah Kesuksesan
Alkisah di sebuah kerajaan, seorang Raja memanggil ketiga putranya, ia mengatakan kepada ketiga putranya bahwaia akan segera mewariskan tahtanya, namun ia ingin ketiga putranya membuktikan terlebih dahulu kepadanya bahwa mereka mampu untuk memimpin negaranya...

"Pergilah kalian ke daerah yang sudah aku tentukan, lalu bawalah benih ini untuk kalian tanam, setelah satu tahun kedepan tolong sampaikan hasilnya kepadaku, mereka yang paling memuaskan hasilnya akan kujadikan penggantiku."

Akhirnya ketiga putra raja tersebut segera menujudaerah yang sudah di perintahkan oleh sang Raja, lalu setahun kemudian kembalilah ketiganya dengan membawa hasil panen buah-buahan yang melimpah.

"Bagaimana hai putra sulungku apakah hasilnya?"
Dengan bangganya sang putra sulung menyampaikan sebuah kereta penuh buah, "Ini Ayahanda, hasil dari usaha hamba, dari benih yang Ayahanda berikan."

Tak lama kemudian putra keduapun menyampaikan berkotak-kotak buah dengan senyum penuh kemenangan, "Lihatlah Ayahanda, ini buah-buahku lebih besar dan ranum."

Tibalah dengan si bungsu, wajahnya nampak penuh ketakutan, sang Raja bertanya,"Mana hasilmu hai putraku?" "Maafkan putramu ini wahai Ayahanda, benih-benih yang Ayahanda berikan sudah kucoba kutanam dan kuberi pupuk, namun entah kenapa tidak tumbuh, hamba sudah berusaha namun ternyata tidak tumbuh bahkan tunas pun tidak, ampuni anakmu yang telah gagal ini."

Sang Raja tesenyum,"Tidak, sesungguhnya kamulah yang pantas menjadi raja, karena seharusnya benih-benih tersebut tidak akan tumbuh karena aku telah merebusnya terlebih dahulu, karena kejujuranmu maka engkaulah yang layak untuk menggantikanku."

(sumber : Integritas nilai etika bisnis. hal.59)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Jujur sebagai Rumus Bisnis"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel