-->

Proses Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah

Proses Terpilihnya Abu Bakar
Nabi Muhammad adalah pemimpin agama dan politik sekaligus. Ia adalah Nabi yang terakhir. Tidak mungkin ada Nabi lagi sepeninggalnya. Artinya, posisi sebagai pemimpin agama (setingkat Nabi) tidak mungkin ada yang meneruskan, tetapi sebagai pemimpin politik (setingkat kepala negara) dapat saja digantikan dan diteruskan oleh sahabatnya. Pertanyaannya: siapa yang menggantikan beliau sebagai pemimpin politik, apa syaratnya, dan bagaimana caranya?
Wafatnya Rasul membuat Madinah bising oleh tangisan. Umat pun bertanya-tanya siapa yang akan memimpin mereka. Sebagian sahabat terkemuka rupanya telah memikirkan hal itu dan berkumpul di “balairung” Saqifah di perkampungan Bani Sa’idah. Yang mula-mula berkumpul di sana adalah golongan Anshar: Khazraj dan ‘Aus. Umar rupanya Mendengar pertemuan tersebut. Ia mencari Abu Bakar dan menerangkan gawatnya persoalan. Umar berkata, “saya telah mengetahui kaum Anshar sedang berkumpul di Saqifah, mereka merencanakan untuk mengangkat Sa’ad bin Ubaidah (dari suku Khazraj) untuk menjadi pemimpin. Bahkan, di antara mereka ada yang mengatakan dari kita seorang pemimpin dan dari Quraish seorang pemimpin (minna amir wa minkum amir).” Ini dapat membawa pada dualisme kepemimpinan yang tak pelak akan menggoyang “bayi” umat Islam.
Setelah mengerti betapa gawatnya persoalan, Abu Bakar mengikuti Umar ke Saqifah. Di tengah perjalanan keduanya bertemu Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan ia diajak ikut serta. Ketika mereka tiba telah hadir terlebih dahulu beberapa kaum Muhajirin yang tengah terlibat perdebatan sengit dengan kaum Anshar. Umar, yang menyaksikan di depan matanya bahwa Muhajirin dan Anshar akan mencabik-cabik ukhuwah Islamiyah, hampir-hampir tidak kuasa menahan amarahnya. Setelah mendengar perdebatan yang terjadi, Abu Bakar mulai berbicara dengan tenang dan ia mengingatkan bahwa bukankah Nabi pernah bersabda, “Al-Aimmah min Quraish (kepemimpinan itu berada di tangan suku Quraish).”

“Kami pemimpin (umara) dan kalian “menteri”/pembantu (wizara). Telah bersabda Rasul bahwa dahulukan Quraish dan jangan kalian mendahuluinya.”
Abu Bakar tidak lupa mengingatkan kepada kaum Anshar tentang sejarah pertentangan Khazraj dan Aus yang kalau meletup kembali (dengan masing-masing mengangkat pemimpin) akan membawa mereka semua ke alam jahiliyah lagi. Kemudian Abu Bakar menawarkan dua tokoh Quraish, Umar dan Abu Ubaidah. Kearifan Abu Bakar dalam berbicara – di tengah suasana penuh emosional – rupanya mengesankan mereka yang hadir. Umar menyadari hal ini dan ia mengatakan kepada mereka yang hadir bahwa bukankah Abu Bakar diminta oleh Nabi untuk menggantikan beliau sebagai imam shalat kalau Nabi sakit. Umar dan Abu Ubaidah segera akan membai’at Abu Bakar tetapi mereka didahului oleh Basyir bin Sa’ad, seorang tokoh Khazraj Kemudian yang hadir di Saqifah semuanya membai’at Abu Bakar.

Keesokan harinya Abu Bakar naik mimbar dan semua penduduk Madinah membai’atnya.
Abu Bakar resmi menjadi Khalifah ar-Rasul.

Kemudian ia pun berpidato, sebuah pidato yang menurut ahli sejarah dianggap sebagai suatu statemen politik yang amat maju, dan yang pertama sejenisnya dengan semangat “modern” (partisipatif-egaliter).

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Proses Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel