-->

Tata cara Salat Politik

SALAT POLITIK

Sore itu saya sedang duduk menunggu Maghrib di lantai atap Masjidil Haram, menikmati pemandangan Ka'bah dan gerak lingkar menyemut para muthawwifun. Tiba-tiba seorang polisi masjid datang mengagetkan saya dengan perintah berulang-ulang khas polisi tanah suci, "Ya haji, ruh ruh..." Saya dan dua orang lelaki yang sedang di situ diusir. Saya tanya si polisi, "Mamnu'  an nusalli huna?" (Emang nggak boleh salat di atap sini?") ia jawab, "Huna lin-nisa'. Salli hunak!" Sambil ia tunjuk bagian yang diperuntukkan bagi jamaah laki-laki.

Saya bukan tukang umroh, tetapi sejauh pengamatan saya, di Masjidil Haram tidak boleh salat bercampur laki-laki dan perempuan. Tawaf memang campur, tetapi dalam hal salat, polisi masjid sangat ketat mengatur saf. Saya pernah lihat seorang nenek-nenek Pakistan diusir dari area yang banyak jamaah lelakinya. Jadi, kalau pun ada satu dua orang satu saf dengan lain jenis, itu pengecualian saja untuk orang yang ngeyel, bukan hal yang normal.

Jadi, apa dalilnya salat campur saf laki perempuan di GBK? Tidak ada dan jangan memaksakan dalil. Misalnya, alasan darurat. Daruratnya dimana? Panitia bisa saja menyetting kegiatan bakda subuh. Setting saja acara dimulai jam 9 atau jam  10. Jamaah salat di masjid atau di hotel dan ada lebih dari cukup waktu untuk kumpul di GBK.

Tetapi memang salat di GBK itu penting. Ya penting, tetapi tidak dari perspektif agama. Salat di GBK itu penting sebagai tindakan politik. Karena salatnya salat politik, ya jangan cari dalil agama untuk membenarkan. Mari kita cari dalil politik saja.

Sebab, secara agama, saya kenal sekali dengan cara beragama teman-teman PKS. Jika tidak karena politik,orang PKS ini paling rajin salat di masjid. Di kampus, mereka selalu mengkritik jadwal kuliah yang nabrak waktu salat. Kalau pas ada rapat dengan mereka, mereka pasti bubar begitu terdengar suara azan (tidak peduli yang dibahas topik penting). Salat harus di awal waktu dan di masjid. Ini kalau kita ngomong agama mereka tanpa politik lho ya.

Penjelasan agama yang tersedia hanya penjelasan agama yang barangkali bisa disebut dengan tafsir agama yang liberal feminis (saya gunakan istilah ini dengan makna netral, tidak negatif karena saya bukan orang yang anti Islam liberal). Bagi liberal feminis ada banyak dalil yang bisa dibangun untuk membenarkan salat satu saf. Aminah Wadud yang memperjuangkan keabsahan imam salat perempuan, pernah terlihat memimpin salat yang jamaah laki-laki dan perempuan berdiri satu saf (nggak campur juga sih).

Nah, pelajarannya. Agama dan politik itu memang sering selingkuh. Jadi kalau ada tindakan politik yang membawa agama, ya jangan pernah diterima sebagai tindakan agamis semata. Habib Rizieq itu sedang main politik. PKS juga sedang main politik. Salat di GBK, juga salat politik. Jangan merasa dibantu Tuhan. Jangan bilang intervensi langit demi udelmu.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tata cara Salat Politik"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel