-->

Santri Situbondo Preteli Kedunguan Rocky Gerung

Kek, nonton ILC. Seru. Profesor UI masuk angin dibantai Rocky Gerung.” Itu pesan WA dari temanku di seberang pulau sana, seorang guru, yang memuja tiga hal: Islam, NU, dan akal sehat ala Rocky Gerung.
Saya tidak percaya. Musim pilpres dan dunia medsos telah membuat orang gombal, berlebihan, dan provokatif. Tapi, sialnya, saya toh penasaran dan menonton. Sialnya lagi, saya dengan serius membuat transkrip sanggahan Rocky Gerung, jadinya begini:
Hoax itu, kalau Anda belajar sejarah, karena yu sebut tadi di dalam ilmu pengetahuan hoax itu jahat, asal-usul hoax itu, pertama kali muncul dalam sejarah ilmu pengetahuan ketika seorang profesor fisika namanya Alan Sokal menulis sebuah artikel di Majalah Social Text dengan nama samaran, lalu dipuji-puji oleh redakturnya tanpa tahu itu bohong. Jadi fungsi dari hoax Alan Sokal itu adalah untuk menguji apakah redaktur dari majalah yang bergengsi itu punya otak apa enggak. Ternyata nggak punya otak.”
Hal yang sama kita ajukan ujian pada kekuasaan, dan kekuasaan bereaksi negatif. Artinya kekuasaan yu nggak berpikir. Yang kedua, kalau Anda sebut misalnya  ini adalah, hoax itu adalah pekerjaan iblis, lalu yang menjanjikan 50 juta rakyat Lombok itu Presiden atau Iblis? Bukan tidak cukup. Itu asal-usul pertama. Itu reverensi paling dasar untuk belajar tentang hoax. Asal-usul dari istilah hoax itu terjadi ketika Alan Sokal menguji kedunguan redaktur dari majalah Social Text, itu poinnya, itu pentingnya Anda belajar supaya tidak terlalu dungu ya.”
Sejenak, saya menerka-nerka, manakah bagian Renald Kasali dibantai? Sebagai fans berat, pasti temanku itu mengagumi sabda-sabda Rocky yang lazimnya, merendahkan intelektualitas lawan debat sambil menjunjung tinggi kecerdasannya sendiri. Di bagian awal Rocky memberikan kesan bahwa Renald tidak belajar sejerah hoax melalui kalau Anda belajar sejarah. Dan sebagai penutup, Rocky mengakhiri sanggahannya dengan itu pentingnya Anda belajar supaya tidak terlalu dungu. Singkatnya, Renald tidak belajar sejarah dan karenanya dia terlalu dungu. Pada bagian inilah Renald dibantai, mungkin begini pikiran temanku.
Namun, Teman, benarkah Rocky mengajari kita sejarah hoax, sejarah yang menurutnya merupakan rujukan paling dasar untuk belajar hoax? Jawabannya, maaf Teman, sama sekali tidak. Malah dalam sanggahannya tersebut, ada dua kesalahan yang keluar dari lisan ma’shumRocky.
Pertama, klaim bahwa Alan Sokal menulis sebuah artikel dengan nama samaran. Nama samaran? Bagaimana bisa suatu majalah ilmiah menerima tulisan dari seseorang yang menggunakan nama samaran dan sebelumnya tidak dikenal sebagai pakar di bidang tersebut? Apakah Rocky mengira majalah ilmiah seperti kolom cerpen koran mingguan?
Teman, Anda bisa menolak mentah-mentah argumen spekulatif saya. Jawab saja, “Bisa saja, dan itu sangat mungkin.”
Baik, kuterima sanggahanmu. Namun, kamu tidak akan bisa lagi menyanggah seandainya ada yang memberikan bukti tak terbantahkan, misalnya bukti fisik artikel itu di majalah yang dimaksud. Saya sudah mendapatkan majalah tersebut. Kalau kamu malas mencarinya, saya bakal mengirimnya dalam bentuk file PDF. Tapi, kalau tidak malas dan kebetulan punya data internet, silakan kamu unduh sendiri. Ketik di google judul artikel tersebut: Transgressing the Boundaries (Towards a Transformative Hermeneutics of Quantum Gravity)
Kalau kamu penasaran apa yang dibahas artikel ini, karena kamu tidak bisa bahasa Inggris sebagaimana saya juga, baca tulisan Husein Abdulsalam berjudul Belajar Hoax dari Prof. Alan Sokal yang dimuat Tirto.ID pada 4 September 2017. Kalau nggak malas dan kebetulan ada wifi gratisan, silakan kunjungi situs daring tersebut. Saya tidak akan berspekulasi bahwa, jangan-jangan inilah reverensi mendasar yang dimaksud Rocky Gerung. Saya juga tidak akan berspekulasi jangan-jangan referensi Rocky Gerung adalah Wikipedia. Bagi saya tidak masalah referensinya dari manapun, Google, Yahoo, Hoyaa, atau jamban sekalian. Yang masalah itu klaim semena-mena bahwa referensinya adalah rujukan paling mendasar, sambil menafikan referensi lain yang lebih mendasar.
Kedua, klaim asal-usul hoax yang menurut Rocky muncul pertama kali dalam sejarah ilmu pengetahuan adalah kasus Alan Sokal. Klaim ini, kemungkinannya hanya ada dua, kalau bukan keliru ya sesat. Dan Rocky sendiri, kemungkinannya juga dua, kalau bukan sesat, ya menyesatkan. Tahukan kamu Teman, kasus Alan Sokal terjadi tahun berapa? Saya sih sebelumnya ndak tahu juga, tapi Google memberitahu, karena saya punya data internet atau wifi gratis.
Kasus Alan Sokal itu terjadi pada tahun 1996. Tidak benar bahwa kasus ini adalah kasus hoax pertama. Masak iya hoax baru lahir pada penghujung abad ke-20 M?
Jauh sebelum itu, sekira tahun 1835, Richard Adams Locke (1800–1871), seorang wartawan surat kabar New York, The Sun, menulis atas nama Dr. Andrew Grant, teman karib dari seorang astronom terkenal pada masa itu, yaitu Sir John Herschel. Artikel “ilmiah” itu mengisahkan tentang kehidupan sensasional di bulan yang dideskripsikan ada pantai, gunung, lereng, beberapa jenis hewan, bison, kambing, berang-berang, mungkin juga ada kisah tentang kampret dan cebong yang lagi berperang gegara dua junjungan masing-masing. Ditengarai motif hoax ini antara lain adalah upaya mendongkrak penjualan The Sun.
Setelahnya ada nama Mark Twain, novelis, yang banyak menulis kisah-kisah satire. Pada tahun 1863, dia menulis kisah seorang pria yang depresi karena masalah perusahaan, tega meniduri lalu membunuh istri dan sembilan anaknya sendiri. Dia mendeskripsikannya dengan detail dan mengerikan. Anehnya, beberapa surat kabar menyajikan cerita terscebut sebagai fakta.
Dua tokoh berkenaan dengan hoax ini, siapa mereka dan apa saja tulisan mereka, bisa teman telusuri dengan mudah di situs-situs daring dengan syarat punya kouta data kalau ndak ada tumpangan wifi gratisan. Tetapi apakah itu hoax, bagaimana penyebaranya, mengapa orang banyak jatuh bertekuk di hadapan hoax, dan apa tujuan pembuat hoax, ada buku yang mengulasnya dengan sangat baik. Judulnya Sins Againts Science, karya Lynda Wilsh. Dua tokoh di atas, juga diceritakan dengan rinci dalam buku ini. Nah, kalau saja Rocky Gerung tahu ada buku tersebut, ada kemungkinan Rocky tidak akan sepede itu, tapi kemungkinan ini kecil sekali.
Saya sendiri belum membaca buku tersebut, tapi tenang saya sudah membaca beberapa ulasan dan sinopsisnya. Belum ada versi PDF-nya yang biasanya gratis itu. Setidaknya, poin saya adalah sejarah hoax bukan dimulai dari tahun 1996.
Sebagai tanggapan kepada Renald yang mengatakan bahwa  hoax adalah strategi iblis, saya mengerti maksud utama yang dituju oleh Rocky. Dia sebenarnya hanya ingin mengatakan bahwa tidak selalu hoax itu sebagai kejahatan murni atau tipu daya iblis untuk menjerumuskan. Kasus Alan Sokal oleh Rocky dijadikan sebagai dasar argumentasinya. Alan sengaja mengirimkan tulisan ngawur-nya untuk menguji apakah suatu artikel bila ditulis oleh pakar terkenal dengan bahasa yang meyakinkan serta sesuai dengan selera dan ideologi sang editor, bakal diterima tanpa telaah yang memadai atau tidak. Suatu pukulan telak Alan, tepat ke muka ilmuwan yang menjadi dewan redaksi Social Text.
Sanggahan ini tidak bakal jadi heboh, kalau saja Rocky menyanggah begini, “Pak Renald, tidak semua hoax itu tipu daya iblis, contohnya kasus Alan Sokal…..” Tidak perlu dia menjelaskan bahwa asal-usul sejarah hoax, yang ternyata penjelasannya sendiri adalah hoax. Tidak perlu juga dia menuduh Renald tidak belajar sejarah hoax, lalu menganggapnya terlalu dungu. Tapi, Teman, saya setuju denganmu, berdasarkan kaidah no rocky no party, maka semua yang tidak perlu itu menjadi perlu, minimal jadi hiburan untuk jamaah si “filsuf” yang kalau bukan non-muslim, ya kafir itu.
Sanggahan ini, pangkal kehebohannya berawal dari bentuk proposisi dari sisi kuantitasnya. Rocky, yang gemar menggunakan logika analitik, sebenarnya tahu persis apa itu proposisi universal dan apa itu proposisi partikular. Dan dalam konteks debat kusir seperti yang sering terjadi di ILC, penggunaan secara teliti kedua proposisi ini bakal mengurangi intensitas keseruan. Jangan dilupakan, ILC sebelum menjadi dan disebut sebagai ajang diskusi ilmiah, ia ditetaskan dari cangkang hiburan yang menghendaki sensasi.
Kalau Rocky mau hati-hati dengan kalimat-kalimatnya, tapi itu berarti mengurangi ke-party-annya, dia tidak akan menyapu bersih varian dan ragam hoax dalam bentuk aktualnya. Bahwa tidak selalu hoax ditujukan kepada pemerintah. Hoaxpun bisa dibuat oleh pemerintah untuk mengimingi rakyatnya. Bisa dibuat bukan pemerintah dan ditujukan kepada yang bukan pemerintah juga.
Tujuannya pun bermacam-macam. Ada yang menguji ketelitian seperti Alan Sokal, hoax yang begitu berkelas, mengesankan, dan agaknya sulit terulang kembali. Ada yang sekadar menakut-nakuti, seperti kabar bahwa sudah beredar telur palsu berbahan dasar plastik dari Cina. Ada yang menakut-nakuti sekaligus pamer ketakutan dirinya sendiri, seperti hoax tentang 7 kontainer surat suara sudah tercoblos.
Ada hoax yang memfitnah, mendiskreditkan, mengadu-domba, dan seterusnya. Bahkan ada hoax yang sangat iseng sekali, seperti kabar bahwa burungnya salah satu capres kena tembak dalam suatu pertempuran heroiknya. Yang terakhir ini sulit diverifikasi sampai yang bersangkutan melakukan demonstrasi fisik.
Tapi, apakah tulisan ini bakal mengubah keimanan temanku kepada Rocky Gerung? Sulit kalau bukan mustahil. Baginya, maha benar Rocky Gerung dengan segala akal sehatnya. Malah resikonya, saya bakal dituduh menjelma jadi cebong. Atau di bawah itu, saya mendapat satu kata indah: dungu.
Wahai temanku, di seberang pulau sana, saya tidak masalah menjadi cebong yang dungu. Yang masalah adalah kalau sampai engkau tidak lagi membalas pesan WA-ku dalam suasana akrab.

Wahid Sumenep, temanmu yang siap berbagi numpang data internet.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Santri Situbondo Preteli Kedunguan Rocky Gerung"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel