-->

Wahabi Nusantara


FAQUHA.com - Pelajar Islam Indonesia yang menjadi Wahabi tak bisa disebut sedikit. Bahkan cenderung bertambah, seiring dengan pertambahan anak-anak muda Islam yang belajar Islam ke sekolah-sekolah Wahabi di Arab Saudi.

Pulang ke Indonesia, topik perbincangan mereka masih seperti topik para pendahulunya, soal tauhid. Tema dakwahnya pun hampir tunggal; penolakannya yang konsisten terhadap hal-hal yang dianggap "syirk".

Dulu sebutan syirk atau musyrik diarahkan hanya kepada para penyembah patung. Tapi dalam perkembangannya, konsep syirk kian abstrak. Ia melingkar-melingkar di buku-buku para teolog Islam. Umat Islam awam tak mengerti syirk dalam maknanya sekarang.

Pelajar Wahabi tampil mengkonkretkan konsep syirk yang abstrak itu. Wahabi menyederhanakan syirk menjadi perbuatan konkret berupa berhukum dengan Pancasila & UUD 45, ikut upacara bendera, merayakan maulid Nabi SAW, slametan tujuh bulanan, ...

Sejauh yang bisa dipantau, tampaknya ada sebagian umat Islam Indonesia yang terpesona dengan doktrin Wahabi itu. Tapi, paling tidak hingga sekarang, tak bisa dipungkiri masih lebih banyak umat Islam yang menolak kehadirannya. Bahkan di mana-mana.

Lalu, bagaimana kira-kira "nasib" Wahabi di bumi Nusantara dalam beberapa tahun ke depan? Wallahu a'lam. Saya juga tidak tahu, apakah wahabi akan terus mengeras, sehingga ketegangan dan konflik di internal umat Islam tak terhindarkan.

Atau, seiring waktu justru Wahabi akan melunak terutama akibat dialektikanya dengan konteks-konteks sosial politik Indonesia secara khusus dan tradisi Nusantara secara umum. Saya berharap, yang terakhir ini yang terjadi, sehingga kita bisa menyaksikan jenis kewahabian yang beda dengan kewahabian Saudi Arabia, yaitu Wahabi Nusantara.

Kamis, 23 Pebruari 2017
Salam,

Abdul Moqsith Ghazali

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Wahabi Nusantara"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel