Kenapa Orang Beragama Bersikap Intoleran?
February 21, 2017
Add Comment
Faquha.site - Ada
beberapa faktor yang membuat orang beragama bersikap intoleran dengan kelompok
agama lain. Idealnya atau seharusnya, orang beragama itu toleran dan pluralis
dalam bersikap. Bukan malah sebaliknya: intoleran dan anti-pluralisme. Lalu,
apa faktor-faktor yang membuat orang beragama malah anti toleransi dan
pluralisme?
Salah
satu faktor mendasar adalah kuper alias kurangnya pengalaman, pergaulan, dan
pergumulan dengan komunitas agama lain. Pengetahuan tinggi tidak menjamin
seseorang bisa menjadi toleran dan pluralis jika tidak diiringi dengan
pengalaman pergaulan dan pergumulan yang memadai dengan kelompok agama lain.
Karena itu jangan heran, kalau ada banyak "orang pinter" tapi
"keblinger" alias tidak ramah dengan keanekaragaman. Bahkan
pengalaman pergaulan lintas-agama itupun tidak menjamin orang bersikap toleran,
jika mereka tidak memiliki komitmen yang tulus untuk saling mengenali dan
memahami keunikan masing-masing tradisi dan agama. Dengan kata lain, bukan
sekedar “pengalaman empiris” tetapi “pengalaman transformatif” yang membuat
sebuah pengalaman bisa lebih bermakna dan berdampak positif bagi muncul dan
tumbuhnya sikap keberagamaan yang toleran dan pluralis.
Karena
itu pula jangan heran jika Anda melihat orang-orang kampung yang polos,
sederhana dan "minim" wawasan dan ilmu-pengetahuan mereka tetapi
mampu bersikap toleran. Bukan karena "ilmu pengetahuan" yang membuat
"wong cilik" dan "wong kampung" bersikap toleran tetapi
lantaran mereka diperkaya dengan pengalaman yang “transforming” dengan
seringnya bergaul dan bergumul dengan berbagai komunitas di berbagai
acara-acara sosial, adat, dan kehidupan sehari-sehari mereka. Lagi pula, orang
kampung dan wong cilik kebanyakan lebih suka memilih sikap “pragmatis”, simpel
dan “tidak neko-neko” dalam kehidupan sosial-keagamaan. Ini berbeda dengan
sikap “idealis” seperti yang dipraktekkan oleh sejumlah ormas keagamaan
intoleran.
Lalu,
apakah ilmu-pengetahuan itu sendiri bisa membuat orang bersikap pluralis dan
toleran tanpa harus diiringi dengan pengalaman? Bisa, asalkan kita mendalami
ilmu-pengetahuan itu dari berbagai sudut pandang. Kebanyakan umat beragama
hanya mengaji dan mendalami ilmu pengetahuan dari satu sudut pandang saja
sehingga wawasannya tidak “komprehensif”. Padahal, dengan mempelajari ilmu
pengetahuan dari berbagai sudut pandang, mata hati dan pemikiran kita akan
lebih terbuka dan maklum dengan fakta-fakta keanekaragaman pendapat yang bisa
memperkaya cakrawala dan wawasan kita tentang sebuah masalah dan fenomena
sosial-keagamaan sehingga tidak “kaku-njeku” seperti tiang listrik dalam
berpendapat dan bersikap.
Karena
itu saya sarankan kepada umat Islam khususnya, lebih khusus lagi bagi yang mau
belajar, untuk mengaji dan mengkaji keislaman dari berbagai sudut pandang:
sudut pandang Sunni, Shiah, Ibadi, Mu’tazilah, dlsb; sudut pandang berbagai
ulama di berbagai mazhab: Maliki, Syafii, Hanafi, Hanbali, Ja’fari, dlsb; sudut
pandang berbagai ulama tafsir dan hadis; sudut pandang berbagai disiplin:
Islamic studies, antropologi, sejarah, sosiologi, dlsb; sudut pandang berbagai
ilmu keislaman: fiqih, usul fiqih, akidah, tasawuf, filsafat, akhlak, dlsb.
Dengan
berselancar ke berbagai sudut pandang ini, kita akan tahu betapa luasnya
khazanah Islam laksana samudra yang tak bertepi, dan betapa mininya wawasan dan
ilmu pengetahuan kita semini metromini di Jakarta dan kota-kota di Indonesia.
Dengan berselancar ini pula akan membantu dan mengantarkan kita menjadi
“rajawali” di langit yang mahaluas bukan menjadi “kodok” di dalam tempurung.
Apakah
pengetahuan yang luas dan pengalaman yang kaya bisa menjamin orang menjadi
toleran dan pluralis? Tidak. Jika hati dan pikiran kita penuh dengan “kotoran”
dan “kepentingan”, maka seluas apapun pengetahuan kita dan sekaya apapun
pengalaman kita, maka kita tidak mampu dan tidak akan tumbuh menjadi
pribadi-pribadi yang bijak, toleran, dan pluralis.
Jabal
Dhahran, Arabia
0 Response to "Kenapa Orang Beragama Bersikap Intoleran?"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR