HTI mati kutu di hadapan KH.Idrus Romli
February 16, 2017
Add Comment
Faquha.com Pagi itu, Ahad
tanggal 12 April 2009, jam dinding menunjukkan pukul 9.00. Suasana di Pondok
Pesantren Syaikhona Kholil, Demangan Bangkalan sangat cerah. Tampak para santri
mengerjakan aktifitasnya masing-masing, ada yang masuk sekolah dan ada yang
berjalan ke sana ke mari. Sementara di ruangan Aula Pertemuan, sekitar 250
santri senior dan Mahasiswa STIT Syaikhona Kholil, telah menunggu acara yang
akan segera digelar. Yaitu dialog terbuka antara Ustadz Muhammad Idrus Ramli,
Sekretaris LBM NU Jember, dengan Ustadz Hisyam Hidayat, Ketua Pengurus HTI Jawa
Timur yang tinggal di Ketintang Surabaya.
Jam menunjukkan
pukul 9.00, Ustadz Hisyam Hidayat telah hadir bersama rombongan yang terdiri
dari para tokoh dan aktivis HTI sekitar 15 orang. Sekitar 10 menit kemudian,
Ustadz Idrus Ramli, yang masih alumni PP. Sidogiri Pasuruan ini datang menyusul
dengan tanpa membawa teman. Segera Ustadz Idrus Ramli memasuki kantor Aula di
lantai dua dan berjabatan tangan dengan Hisyam Hidayat dan rekan-rekannya.
15 menit
kemudian, semuanya turun ke lantai dasar menuju ruangan Aula Pertemuan,
pertanda acara yang digelar oleh M3 (Majlis Musyawarah Ma'hadiyah) PP.
Syaikhona Kholil ini akan segera dimulai. Sambutan demi sambutanpun dimulai,
pertama oleh Ketua Umum PP. Syaikhona Kholil, yaitu KH.R. Muhammad Nasih Aschol
dan dilanjutkan oleh sambutan panitia, Ustadz Mardi. Setelah itu dilanjutkan
dengan acara inti, dialog terbuka, antara Idrus Ramli dan Hisyam Hidayat,
dengan dipandu oleh moderator, Ustadz Mauridi, yang masih pengurus Lajnah
Falakiyah PWNU Jawa Timur.
Acara yang
sebenarnya membawa tema, "KEMAJUAN DAN DEGRADASI ISLAM DARI MASA KE
MASA" itu ternyata berjalan agak panas menjadi ajang perdebatan dan saling
serang antara dua tokoh muda Islam tersebut. Sejak awal, sang moderator memang
telah menggiring pembicaraan kedua nara sumber tersebut untuk memasuki ranah
pemikiran dan ideologi yang menjadi perselisihan antara NU dan HTI.
Sesi pertama,
moderator memberikan waktu kepada Hisyam Hidayat untuk memaparkan konsep
kemajuan dan kemunduran Islam. Hisyam yang dibekali dengan laptop dan program
power point tersebut menawarkan konsep yang sangat jitu dalam memajukan Islam,
yaitu membangun kesadaran masyarakat tentang perlunya perbaikan system
pemerintahan Islam dengan menegakkan khilafah dan penerapan syariat yang memang
hal itu menjadi kewajiban umat Islam.
Pada bagian
berikutnya, Ustadz Idrus Ramli memaparkan konsepnya tentang visi dan misi
perjuangan para ulama dan kiai. Selama ini gerakan para ulama dan kiai bukan
melalui jalur politik, dengan slogan dan misi perbaikan system pemerintahan,
tegaknya khilafah dan penerapat syariat. Akan tetapi mereka bergerak dalam
jalur dakwah dan pendidikan kemasyarakatan dengan mengajar mereka menunaikan
shalat, zakat, puasa dan kewajiban-kewajiban agama yang lainnya dengan
sebaik-baiknya. Hal tersebut berangkat dari keyakinan para kiai bahwa, apabila
masyarakat telah menjalankan ajaran agamanya dengan benar dan sempurna, maka
dengan sendirinya akan terbangun kesalehan individual yang pada akhirnya akan
membawa pada kesalehan social. Ketika kesalehan individual telah tercapai, maka
dengan sendirinya masyarakat akan menerapkan syariat Islam dengan sempurna.
Bukankah dalam al-Qur'an Allah telah berfirman, "Sesungguhnya shalat itu
dapat mencegah dari perbuatan keji dan kemungkaran."
Berkaitan dengan
system pemerintahan yang ada di dunia Islam dewasa ini, Idrus Ramli
berpendapat, bahwa berdirinya pemerintahan dan penguasa yang sewenang-wenang
dan keluar dari jalur syariat Islam, itu tidak terlepas dari kondisi rakyat
yang memang jauh dari nilai-nilai agama. Dalam hal ini Allah berfirman,
"Demikianlah kami jadikan sebagian orang yang zalim sebagai pemimpin bagi
sebagian yang lain akibat perbuatan mereka." Berdasarkan ayat ini,
berdirinya pemerintahan dan penguasa yang zalim itu sebagai akibat dari
kezaliman masyarakat itu sendiri baik secara individual maupun social. Apabila
mereka menginginkan pemerintahan yang tidak zalim dan bertindak sesuai dengan
aturan syariat, maka rakyat harus bertobat kepada Allah dari perbuatan mereka
yang zalim. Ketika suatu masyarakat menjalankan perintah agama dengan
paripurna, maka Allah akan memberi mereka seorang pemimpin sekaliber Sayidina
Abu Bakar dan Umar.
Dan demikian
pula sebaliknya, pada sesi berikutnya, moderator memberikan waktu kepada Hisyam
Hidayat untuk menanggapi pernyataan Idrus Ramli. Dalam kesempatan tersebut,
Hisyam tidak menyia-nyiakan waktunya untuk mengarahkan kritik terhadap
pandangan Idrus Ramli. Menurut Hisyam, selama ini kelompok yang anti HTI banyak
yang berdalil dengan sejarah. Padahal dalil dalam agama itu al-Qur'an, hadits,
ijma' dan qiyas. Hisyam juga mengkritik pernyataan Idrus Ramli dalam beberapa
majalah seperti Majalah Ijtihad Sidogiri beberapa waktu yang lalu, yang
mengkritik HT tanpa memiliki sanad. Padahal menurut Abdullah bin al-Mubarak,
salah satu ulama salaf, sanad itu termasuk bagian dari agama. Hisyam juga
mengkritik Idrus yang tidak bersemangat memperjuangkan khilafah, padahal
al-Imam al-Nawawi sendiri dalam beberapa kitabnya menyatakan wajibnya
menegakkan khilafah berdasarkan kesepakatan para ulama.
Namuan
kritikan-kritikan Hisyam tersebut berhasil dipatahkan dengan cukup baik oleh
Idrus Ramli, dan bahkan dijadikan serangan balik yang mematikan terhadap HT.
Menurut Idrus Ramli, sejarah memang bukan dalil dalam agama. Tapi bagaimanapun
sejarah harus dijadikan pelajaran bagi kita dalam melangkah. Bukankah Nabi SAW
telah bersabda, "Janganlah seorang Mukmin terperosok ke dalam jurang yang
sama sampai dua kali." Menurut Idrus Ramli, dalam catatan sejarah, kelompok-kelompok
revivalis yang membawa misi perbaikan system pemerintahan sejak awal Islam
selalu memiliki akidah yang menyimpang dari mainstream Ahlussunnah Wal-Jama'ah.
Pada masa Sayidina Utsman, kelompok Khawarij melakukan demonstrasi dan akhirnya
membunuh Sayidina Utsman dengan kedok misi perbaikan system pemerintahan.
Tetapi ternyata mereka membawa akidah yang menyimpang dari ajaran Islam yang
murni. Demikian pula pada masa-masa selanjutnya, kelompok-kelompok yang membawa
misi serupa selalu dilatarbelakangi akidah yang menyimpang. Tidak terkecuali
Hizbut Tahrir dewasa ini, yang dalam dalam bagian awal kitab al-Syakhshiyyat
al-Islamiyyah, karya Taqiyuddin al-Nabhani, pendiri HT, banyak yang menyimpang
dari ajaran Islam.
Terkait dengan
pernyataan Hisyam, bahwa beberapa kritikan Idrus dalam Majalah Ijtihad
Sidogiri, yang tidak memiliki sanad, Idrus menjawab, bahwa sanad dalam kritikan
tersebut adalah beberapa guru Idrus dari Lebanon yang bertetangga dengan
al-Nabhani, pendiri HT. disamping kitab-kitab al-Nabhani sendiri yang memang
terang-terangan banyak yang menyimpang dari mainstream Ahlussunnah Wal-Jama'ah.
Justru yang perlu dipertanyakan sanadnya adalah pandangan-pandangan al-Nabhani
sendiri dalam al-Syakhshiyyat al-Islamiyyah dan lain-lain yang menyimpang
tersebut. Seperti pernyataan al-Nabhani bahwa konsep qadha' dan qadar
Ahlussunnah Wal-Jama'ah diadopsi dari para filosof Yunani.
Menurut Idrus,
pernyataan al-Nabhani tersebut sama-sekali tidak benar dan sangat dibuat-buat.
Karena para ulama yang menulis kitab-kitab akidah mereka seperti al-Imam
al-Baihaqi dalam kitab al-I'tiqad, ketika menguraikan masalah qadha' dan qadar
justru dasarnya dari al-Qur'an dan hadits semua. Para ulama tidak pernah
menjelaskan konsep qadha' dan qadar dengan mengutip pernyataan Aristoteles,
Plato dan lain-lain dari para filosof Yunani. "Jadi, pernyataan al-Nabhani
bohong belaka dan tidak punya sanad", demikian kata Idrus dengan nada
tinggi.
Sedangkan
pernyataan Hisyam yang mengutip pernyataan al-Imam al-Nawawi dalam kitab
Raudhat al-Thalibin, tentang wajibnya menegakkan khilafah, menurut Idrus itu
kalau kaum Muslimin memang mampu melakukannya. "Sekarang kaum Muslimin
tidak mampu melakukannya, sehingga dengan sendirinya kewajiban tersebut gugur
bagi mereka", demikian menurut alumni Sidogiri tersebut. Menurut Idrus,
orang-orang HTI banyak yang tidak memahami maksud para ulama dalam bab
khilafah, bahwa hal tersebut sebenarnya diletakkan dalam kerangka yang
idealistik. Kalau kriteria khalifah yang terdapat dalam kitab-kitab fiqih
terpaksa kita terapkan sekarang, toh kaum Muslimin tetap tidak mungkin dapat
melakukannya. Karena persyaratan khalifah itu harus seorang laki-laki Muslim,
yang adil dan mujtahid dalam bidang hukum-hukum agama. "Dan ini sekarang
tidak ada, meskipun di Negara-negara Arab sendiri," demikian katanya.
Dalam acara
tersebut, Ustadz Idrus Ramli juga memberikan masukan terhadap Ustadz Hisyam
Hidayat terkait dengan buletin mingguan Al-Islam, yang diterbitkan oleh HT.
Dalam buletin tersebut, HT selalu mengkait-kaitkan penyelesaian problem yang
dihadapi umat Islam dengan khilafah. Menurut Idrus, hal tersebut sangat tidak
mendidik terhadap masyarakat. "Bagi orang yang melek sejarah, hal tersebut
akan disalahkan. Karena khilafah dapat menjadi solusi bagi segala problem itu
ketika khalifahnya rasyid (mengikuti petunjuk-petunjuk agama) dan adil seperti
Khulafaur Rayisidin. Akan tetapi ketika yang menjadi khalifah tidak rasyid
seperti Yazid bin Muawiyah, dan gubernurnya seperti al-Hajjaj bin Yusuf, yang
terjadi bukan menyelesaikan problem. Justru rakyatnya sendiri yang
dibunuh."
Acara seminar
tahunan yang digelas oleh M3 (Majlis Musyawarah Ma'hadiyah) PP. Syaikhona
Kholil Demangan Bangkalan, tersebut ternyata menjadi ajang perdebatan antara
kedua nara sumber. Suasana panas, tepuk tangan dan suara huuuh.... dari para
hadirin ketika jawaban atau serangan dikemukakan oleh salah seorang pembicara
mewarnai acara seminar tersebut. Meskipun sebagian besar sanggahan-sanggahan
Hisyam Hidayat berhasil dijawab dengan cukup bagus oleh Idrus Ramli dan bahkan
dijadikan sanggahan balik yang mematikan terhadap Hisyam. Sementara
sanggahan-sanggahan Idrus Ramli, tidak mampu direspon oleh Hisyam Hidayat.
Menurut KH. Ali Ghafir, salah satu dosen STIT Syaikhona Kholil, yang
menyaksikan acara seminar tersebut, "Perjalanan dialog sangat tidak
seimbang. Karena semua sanggahan Hisyam Hidayat berhasil dijawab dengan baik
oleh Ustadz Idrus Ramli dan bahkan dijadikan serangan balik yang cukup
mematikan. Sementara sanggahan-sanggahan Ustadz Idrus, tidak mampu dijawab dengan
baik." Acara dialog dihentikan setelah waktu menunjukkan pukul 13.45
menit.
0 Response to "HTI mati kutu di hadapan KH.Idrus Romli"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR