Pengertian Ahli Kitab dalam Ali Imron ayat 113; Kajian Tafsir Ibn 'Asyur, al-Razy, Ibn Katsir, dan Sayyid Qutb
June 7, 2016
Add Comment
۞لَيۡسُواْ سَوَآءٗۗ مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ
أُمَّةٞ قَآئِمَةٞ يَتۡلُونَ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ وَهُمۡ
يَسۡجُدُونَ
Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di
antara ahli kitab ada golongan yang jujur (golongan ahli kitab yang telah
memeluk agama Islam) mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka
(juga) bersujud (salat)[2]
A. Bedah Kata
kata سَوَاء adalah masdar, tarkibnya sebagai khobar dari laisa, tetap
dimufradkan sekalipun ismnya jamak mudzakar يقال
فلان وفلان سواء، أى متساويان[3] sementara أُمَّة ditafsirkan oleh Ibn Asyur dengan الفريق berarti golongan.
Al-Razi menafsirkan قَآئِمَةٞ dengan Solat berdasarkan al-Furqan; 64, al-muzzammil; 2 dan al-Baqarah
238[4].
Selain itu akhir dari ayat ini terdapat kata يَسۡجُدُونَ yang tarkibnya adalah hal[5], yang berarti
mendeskripsikan kata قَآئِمَةٞ sehingga semakin kuat penafsirannya mengarah
kepada Salat, karena satu paket dengan sujud. Sekalipun sebagian penafsir lain
berpendapat bahwa Qaimah diartikan dengan Tsabitah ‘ala al-tamassuk
biddin al-haq.
Demikian pula kalangan Islam Liberal (JIL)
mangartikan Qaimah dengan berpegang pada agama asal (misalnya Yahudi dan
Nasrani), artinya keimanan Yahudi dan Nasrani akan jadi jalan keselamatan
sesuai dengan truth claim (klaim kebenaran masing-masing). Artinya
sekalipun sudah di utusnya Nabi Muhammad, Yahudi dan Nasrani tetap menjadi
agama yang akan diterima[6].
Pendapat ini ditentang oleh Al-Razi, bahwa
syariat yang legal diakhir zaman adalah syariatnya Nabi Muhammad berdasarkan
hadis nabi:
إنكم لم تكلفوا أن
تعلموا بما فى التورة والأنجيل وإنما أمرتم أن تؤمنوا بهما وتفوضوا علمهما إلى
الله تعالى، وكلفتم أن تؤمنوا بما أنزل علي فى هذا الوحي غدوة وعشيا والذي نفس
محمد بيده لو أدركني إبراهيم وموسى وعيسى لآمنوا بي واتبعوني
Selain dibantah oleh hadis di atas, juga
oleh firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 19:
إِنَّ
ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah
Islam[7]
Selanjutnya Al-Razi menafsirkan kata يتلون dengan إتباع
اللفظ اللفظ , berarti terdapat perbedaan antara Tilawah (masdar dari Yatluna)
dengan Qiraah. Tilawah adalah membaca mengikuti susunan lapad, sedangkah qiraah
hanya membaca lapad. Dalam istilah arab “bacalah nama mu[8]”
Selanjutnya Al-Razi menafsirkan lapad يَسۡجُدُونَ dengan tidak hanya diartikan sujud,
tapi juga diartikan dengan khusu dan khudu’. Karena menurutnya jika
diartikan dengan sujud maka tidak boleh membaca al-Quran dalam keadaan ruku dan
sujud
Ibn Katsir dan al-Razi berpendapat
bahwa yang dibaca adalah al-Quran, berbeda dengan Ibn Asyur, bahwa yang dibaca
adalah kitab mereka (ahli kitab)
Tanpa menjelaskan Asbab nuzulnya,
Ibn Asyur berpendapat bahwa ayat ini menjelaskan pujian Allah kepada ahli kitab
yang soleh (dibaca ta’at) dari kalangan yahudi dan Nasrani mereka senantiasa
menjalankan ajaran nabinya masing-masing dengan membaca kitab-kitab mereka di
Biara-biara dan Gereja, lalu tanpa kesulitan mengimani ajaran Nabi Muhammad saw
setelah nabi Muhammad di utus[9]
B. Asbab
Nuzul
Sebab
turun ayat ini pertama berkaitan dengan hadis Nabi yang diriwayatkan
oleh Ibn Mas’ud:
أما
إنه ليس من أهل هذه الأديان أحد يذكر الله هذه الساعة غيركم
Kedua, ayat ini diturunkan bersamaan ketika
Pendeta Yahudi beriman (kepada Nabi Muhammad saw) yaitu Abdullah bin Salam,
Asad bin Ubaid, Tsa’labah bin Sa’ya dan lainnya
C. Penafsiran (Interpretasi)
1. al-Razi
Terdapat dua penafsiran
mengenai ahli kitab, pertama adalah golongan yang beriman kepada Nabi
Musa dan Isa, diceritakan ketika Abdullah bin Salam masuk Islam, para pemuka
Yahudi madinah berkata “kau telah kafir dan rugi” lalu turunlah ayat ini.
Sebagian periwayat (Atho) berkata “ayat ini turun ketika 40 Nasrani Najran dan
32 Nasrani Habasyah dan 3 Nasrani Rum menyatakan Islam kepada Nabi Muhammad
Saw.
Kedua: yang
dimaksud dengan Ahli Kitab adalah setiap umat yang diberikan Kitab hal ini
diperkuat oleh riwayat Ibn Mas’ud sebagaimana dalam tafsir Ibn Katsir, terdapat
kata al-Adyan
2. Ibn Asyur
Ayat ini sebagai penjelasan dari ayat
sebelumnya:
وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ
لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
١١٠
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik
3. Sayyid Qutb (fi Dzilal alquran).
Ayat ini menjelaskan Karakteristik hebat
dari Mukmin ahli Kitab yang memiliki keimanan yang mendalam, teguh dalam
pendirian dan bergabung dalam barisan muslimin. Mereka terkategorikan khaira
ummatin
D. Kesimpulan
Sanjungan yang
diabadikan dalam al-Quran terhadap ahli kitab, hadir seiring dengan
bergabungnya beberapa kelompok ahli kitab dalam barisan Rasulullah saw. Melalui
piagam madinah (kalimatun sawa) nabi mengatur tata kehidupan seagama dan
toleransi antar umat beragama. Alquran bahkan menghalalkan makanan yang
disembelih ahli kitab
Alquran memang
mengancam dan mengutuk keras terhadap ahli kitab, namun selalu ada
pengecualian, karena memang terdapat ahli kitab yang beriman kepada Nabi
Muhammad saw. Misalnya Allah menggunakan min bermakna li tab’id (sebagian)
dalam al bayyinah ayat 6:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ
مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآۚ
Wacana Ahli kitab menjadi
kajian hangat dalam diskusi, simposium, komperensi dan short course yang
diadakan oleh Jaringan Islam liberal (JIL) dalam beberapa kesempatan, dimana
mereka memberikan term (sebutan) Islam inklusif dan Islam Pluralisme untuk
kalangan yang berpendapat bahwa akan ada jalan keselamatan untuk ahli kitab
yang sampai saat ini dalam agamanya (Media Zainul 2010). Meskipun hal ini
ditolak kalangan Kristen sendiri yaitu Dr. Suster Gerardette Philips, RSCJ.
Melalui teorinya “Beyond Pluralism:
Open Integrity As A Suitable”
واللّه أعلم بالصواب
0 Response to "Pengertian Ahli Kitab dalam Ali Imron ayat 113; Kajian Tafsir Ibn 'Asyur, al-Razy, Ibn Katsir, dan Sayyid Qutb"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR