-->

Islam Tidak Pernah Menjajah dan Bukan Penjajah - 'Kritik atas Tuduhan Penaklukan'


Faquha.site - Akibat menigkatnya Islamfobia secara dramatis setelah 11 september 2011, beberapa pihak Kristen kanan religius tanpa berupaya menulis-ulang sejarah Islam dengan tujuan mencoreng islam sebagai sebuah agama perang. Dalam melakukannya, para gladiator verbal kanan religius ini kerap berfokus pada apa yang disebut sebagai “penaklukan Islam” dan telah menegaskan bahwa penyebarluasan Islam yang dramatis setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632 mendemonstrasikan mentalitas religius yang dicirikan oleh kekerasan, perang, dan penakluknab (penjajahan). Namun, kenyataan justru tidak demikian. Bahkan pengamatan sekilas sekali terhadap konteks “penaklukan Islam” memperlihatkan hal sebaliknya. 
 
Saat Nabi Muhammad wafat pada 632, wilayah Islam pada dasarnya mash terbatas secara geografis pada apa yang sekarang dikenal sebagai Arab Saudi. Pada 711,dan setelah berjalan hanya sekitar 79 tahun, negara Islam berkembang hingga mencapai Asia Barat, Afrika Utara, dan sebagian Eropa, termasuk wilayah geografis yang direpsentasikan oleh negara-negara dan kepulauan kontemporer berikut ini: Afganistan, Aljazair, Armenia, Azerbaijan, Bahrain, Siprus, Mesir, iran, irak, Israel, yordan, Bahrain, Uzbekistan, dan Yaman. Sepintas lalu, luasnya wilayah penyebaran ini bisa dijadikan bukti bagi klaim berlebihan yang menyatakan bahwa islam secar historis merupakan agama perang dan penaklukan. 

Namun, penjajahan baca “penaklukan Islam” ini hanya dapat dipahami dengan tepat dalam konteks data populasi  yang sesuai. Menggunakan estimasi populasi barat dan nonmuslim yang saat ini digunakan di lingkaran akademis, diperkirakan bahwa populasi total negara Islam pada tahun 632 hanyalah sekitar 2,5 juta orang. Sementara populasi negara-negara yang disebut sebagai “taklukan” pada kira-kira tahun 700 mencapai sekitar 35,6 juta orang. 

Dengan kata lain, para pendukung teori-keliru “penaklukan islam” melalui penaklukan militeristik adalah mereka yang menyakini bahwa 2,5 juta orang yang tidak seluruhnya muslim pula, tanpa kekuatan Militer, mampu menaklukan populasi yang berjumlah 14 kali lipat lebih banyak dibanding negara Islam
Pada saat itu, perang masih terbatas pada penggunaan pedang dan panah. Ketika itu, tak satu pihak pun memiliki keunggulan menonjol dibandingkan pihak lain dalam aspek teknologi militer. 

Maka, pendapat bahwa sebuah negara islam yang hanya berpenduduk 2,5 juta orang-dan bukan seluruhnya muslim dapat bertindak keji terhadap wilayah berpenduduk sekitar 35,6 juta terlalu menggelikan untuk didukung. Jelas, dibutuhkan beberapa penjelasan lain guna menerangkan apa yang disebut  sebagai “penaklukan Islam” 

Berdasarkan kenyataan tersebut maka hanya dua penjelasan yang benar-benar memungkinkan: 1. “penaklukan Islam” dihasilkan berkat campur tangan ilahi,dan karenanya merepsentasikan kehendak ilahi; dan (2) “penaklukkan Islam” terjadi karena orang-orang pribumi yang ditaklukan di tanah-tanah “taklukkan” bangkit ber-revolusi menentang pemimpin mereka sendiri yang kejam. 

Masa pribumi tersebut secara aktif membantu orang-orang Islam, yang dipersepsikan massa pribumi sebagi para pembebas yang akan menjamin pemerintahan yang adil dan tidak berpihak. Para penulis tarikh yang mereka abad ketujuh hingga kesembilan memberi dukungan meluas terhadap penjelasan terakhir, serta mendokumnetasikan begitu banyak contoh mengenai pribumi setempat yang berpihak dengan para pembebas muslim mereka, dan bangkit berevolusi menentang penindas-penindas setempat, sejarah, misalnya, mendokumentasikan suku-suku di Afrika Utara yan karena telah menyadari preseden-preseden yang terwujud dalam perjanjian madinah, secara aktif bekerja sama dengan terntara-tentara muslim pada saat penaklukan Afrika Utara. 

Contoh lain dapat diamati pada kekaisaran Bizantium yang menyebar sepanjang apa yang kini dikenal sebagai Yunani, Turki, Suriah, dan Palestina. Seolah-olah sebagi sebauh pemerintahan Kristen, kekaisaran Bizantium justru dengan kejam membunuhi orang-orang Yahudi dan kelompok-kelompok sempalan kristen seperti Kristen Nestorian dan Yakobit. Dibandingkan tirani yang telah mereka alami di bawah pemerintahan kristen, komunitas-komunitas religius tersebut memandang pemerintahan muslim sebagiai alternatif yang membebaskan, toleran, dan fleksibel, yang menjamin kebebasan beragama dan beribadah bagi mereka. Selain itu, Jizyah yang dikumpulkan oleh pemerintah muslim dari ahli kitab ini kerap dipandang tidak menekan ayau mencemaskan dibanding pajak-pajak yang sebelumnya dituntut oleh pemerintah Kristen. Dengan demikian, banyak komunitas Yahudi dan kristen secara aktif bekerja sama dengan orang-orang Islam dalam mengambil alih wilayah-wilayah kekaisaran Bizantium yang luas. 

Bahwa harapan dan impian minoritas religus yang tadinya teraniaya, baik orang-orang Yahudi maupun sempalan-sempalan Kristen, terhadap kerajaan Bizantium yang seolah-olah Kristen tidak dikhianati oleh kaum Muslim yang membebaskan nya dapat diilustrasikan sebagai berikut.

Ketika palestina memasuki negara Islam yang dipimpin oleh Umar bin Khatab, Khalifah kedua, Umar, secara khusus menjamin perlidungan kehidupan dan harta benda orang-orang kristen yang tinggal di Yerusslem, Lod, dan Betlehem, mengumumkan bahwa gereja-gereja dan biara-biara mereka harus dihormati, serta melarang umat islam mengambil alih gereja-gereja Kristen sebagai tempat-tempat beribadah bagi mereka (muslim) 

Ketika al-Madain (Madyan), yang kini dikenal sebagai Irak, menjadi bagian dari negara Islam, sebuah deklarasi perlindungan diberikan kepada patriark Nestorian, Yeshuyab III (650-660), oleh pemerintah Islam. Sekali lagi, orang-orang Kristen, gereja-gereja, dan biara-biara dilindungi oleh para muslim pembebas, dan orang islam dilarang menyita bangunan atau gedung apa pun yang ada, baik dengan tujuan dijadikan sebagai mesjid maupun tempat bermukim. Maka, patriark Nestorian belakangan menulis pada Uskup Persia bahwa muslim “tidak menyerang agama kristen, namun cenderung telah menghargai keyakinan kami, menghormati pada gereja-gereja dan biara-biara. 

Ringkasnya, setiap penilaian yang adil terhadap apa yang disebut sebagai “Penaklukkan islam” harus dimulai dengan kenyataan bahwa tentara-tentara muslim yang keluar dari Semenanjung Arab adalah para pembebas orang-orang tertindas dan tertaklukkan, yang secara aktif meneriakkan keadilan sosial yang mewujud dalam kepemimpinan muslim. Karena itu, umat islam secara aktif dibantu oleh orang-orang yang mereka bebaskan.


Berlangganan update artikel terbaru via email:

2 Responses to "Islam Tidak Pernah Menjajah dan Bukan Penjajah - 'Kritik atas Tuduhan Penaklukan'"

  1. Islam sudah jelas adalah penjajah, penakluk dan perampas pemerintahan yang sah. Persia dan Romawi diperangi karena tidak menerima Islam, kemudian terus ke arah pemerintahan spanyol dan kerajaan2 eropa dan asia (India, bahkan Indonesia) yang tidak punya urusan dengan Islam namun ternyata diserang dengan dalih 'pembebasan'. Sudah jelas semua negara penjajah adalah sama yaitu merampas pemerintahan yang sah dari suatu bangsa. (lihat Kamus besar Indonesia, PENJAJAH adalah : negeri (bangsa) yang menjajah: dengan kekuatan senjata akhirnya kaum ~ itu berhasil menguasai daerah itu; Kristen tidak akan berperang dengan Islam jikalau Islam tidak merengsek masuk menghancurkan romawi (yg umumnya kristen) dan terus menerus masuk invasi ke eropa (banyak korban yang terjadi di setiap invasi Islam dan kemudian terjadinya pembalasan oleh kerajaan yang dijajah pastinya). Jelas kalau dilihat dari sudut pandang agama maka Islam menjajah tanah-tanah yang dikuasai oleh agama2 lain terlebih dahulu karena islam datang belakangan. Jikalau anda membaca penguasaan Ottoman di daerah yang dikuasai oleh Kristen maka mereka memberlakukan kelas 2 kepada orang2 kristen dengan berbagai pembatasan seperti pajak, militer, dll (lihat wikipedia : kesultanan ottoman)

    ReplyDelete
  2. Sekejam-kejamnya Penjajah Eropa. tidak mengusir atau membantai, menghabisi kita....
    Bahkan cara pandang dan budaya kita masih ada...
    Kerajaan2 Feodal tidak lebih baik dari penjajah..
    Bagi masyarakat kelas bawah mereka sama saja...

    Bandingkan dengan penjajah ... selain mengambil alih kerajaan, mereka juga memperkosa, merampok, genocide jutaan orang, merebus orang hidup2 agar pindah kepercayaannya... dll
    Bahkan sekarang di masa modern ini masih memaksakan nilai2 sendiri kepada kelompok lain

    ReplyDelete

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel