ULUMUL QURAN; PENGUMPULAN AL-QURAN (JAM’ AL-QURAN)
November 11, 2015
Add Comment
A. Pengumpulan al-Quran pada masa Nabi Saw
Pada masa Nabi Saw, maksud dari pengumpulan adalah:
1. Pengumpulan dalam dada (mengahapal), menghayati
dan mengamalkan
Menurut
Al-Zarqani, Nabi saat itu ditengah masyarakat yang ummy, yang salah
karakternya adalah selalu mengerahkan segenap kekuatan hafalannya terhadap apa
yang dianggapnya penting, hafalan pada saat itu merupakan kebanggaan yang
digunakan untuk mengahafal sya’ir dan nasab.
Begitupun Nabi Muhammad sangat terobesesi untuk
menghafal al-Quran, meski saat kondisi berat menghadapi wahyu dan Jibril sedang
turun, Nabi terus menggerakan lidahnya demi mendapatkan hafalan yang cepat,
karena khawatir ada satu kata atau satu huruf yang terlewatkan. Hingga Allah
swt menenangkan hati beliau dengan berjanji akan menghimpun al-Quran ke dalam
hati Nabi, dan membuat mudah membaca serta memahami pengertiannya. Lihat dalam
surah al-Qiyamah ayat 16-19.
Dalam satu tahun sekali Jibril mengulang bacaan
al-Quran di depan Nabi. lalu Nabi mengajarkan kepada para sahabat sedikit demi
sedikit. Sehingga al-Quran mendapatkan posisi paling pertama mendapat perhatian
sahabat untuk dihafalkan, dikaji, dipahami dan diamalkannya. Kadang-kadang, ada
gadis yang rela dinikahi dengan mas kawin sebuah surah al-Quran yang akan
diajarkan oleh suami kepadanya.
Para
sahabat menghindari nyenyak tidur dan istirahat malam demi menikmati malam
dengan membaca al-Quran dan shalat, sementara orang-orang sedang tidur lelap.
Bahkan orang yang melewati rumah-rumah sahabat di tengah malam akan mendengar
suara seperti gemuruhnya lebah, karena mereka sedang membaca al-Quran. Di
mesjid sampai terdengar gemuruh membaca al-Quran sehingga Nabi memerintahkan
mereke untuk merendahkan suara agar tidak saling mengganggu.
2.
Pengumpulandengan
cara ditulis dalam berbagai media
Diriwayatkan
dari Ibn Abbas, “Jika turun kepada beliau suatu surah, maka beliau akan memanggil sebagian orang yang akan
menulisnya, lalu beliau bersabda: “Letakanlah surah ini pada tempat yang
menyebutkan begini dan begini”
Adapun
para sahabat menuliskan al-Quran dalam media yang mudah didapatkan seperti pada
batang kurma, batu dan lainnya. Sekertaris penulis wahyu diantaranya adalah
Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal, Muawiyah bin Abi Sufyan,
Khulafa Rasyidin, dan sahabat lain. Ayat-ayat al-Quran di tulis sebagai
dokumentasi para sahabat dan untuk memperkuat hapalan[1].
Para
Ulama sepakat bahwa pengumpulan alquran adalah tauqifi (menurut ketentuan)
artinya susuannya sebagaimana yang kita lihat sekrang ini. Disebutkan bahwa
Jibril bila membawakan sebuah atau beberapa ayat kepada Nabi, ia mengatkan, “Hai
Muhammad! Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk menempatkannya pada
urutan ke sekian surat anu.” Demikian pula halnya Rasulullah memerintahkan
kepada para sahabat, “Letakanlah pada urutan ini”[2]
B. Pengumpulan al-Quran pada masa Abu Bakar
Pada
masa kekhalifahan Abu Bakar banyak menghadapi kesuitan dan perang menghadapi
orang yang murtad (keluar dari agama Islam) misalnya perang Yamamah menghadapi
pengikut Musailamah al-Kadzdzab, pada perang itu terdapat 70 orang Huffaz (penghapal)
al-Quran ternama gugur. Lalu Umar bin Khattab menginisiasi atau mengusulkan
kepada Khalifah (Abu Bakar) untuk mengumpulkan al-Quran
Pada
awalnya Abu Bakar menolak usul dari Umar bin Khattab karena ia merasa khawatir
bahwa ide Umar bin Khattab adalah bid’ah yang tidak dikehendaki oleh Rasul,
lalu Umar menjawab bahwa sangat penting demi kelestaria kitab al-Quran dan demi
terpeliharanya dari kemusnahan dan perubahan. Akhrinya Abu Bakar mengutus Zaid bin Tsabit untuk
menangani dan mengumpulkan al-Quran dalam satu mushaf.
Pada
awalnya Zaid menolak dan berkata “Demi Allah, andaikata aku ditugaskan untuk
memindahkan sebuah bukit tidaklah lebih berat jika dibandingkan dengan tugas
yang dibebankan kepadaku ini” Lalu Abu Bakar berkata “Wahai Zaid, kau
adalah seorang pemuda yang tangkas yang tidak kami ragukan. Engkau adalah
penulis wahyu Rasul.
1.
Langkah
pengumpulan al-Quran oleh Zaid bin Tsabit
Zaid bin Tsabit sangat berhati-hati dalam
menuliskan al-Quran, ia tidak menganggap cukup menurut yang dihapal dalam hati
dan yang ditulis dengan tangannya serta hasil pendengarannya, tetapi ia bertiik
tolak pada penyelidikan yang mendalam dari dua sumber: yakni pertama sumber
hapalan yang tersimpan dalam hati para sahabat dan kedua sumber tulisan
yang ditulis pada mushaf-mushaf (lembaran-lembaran) oleh sahabat.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya, Umar
datang seraya mengatakan, “Siapa yang menerima alquran dari Rasulullah,
hendaklah ia sampaikan” mereka menulisnya dalam lembaran-lembaran kertas, papan
kayu, dan pelepah kurma. Zaid tidak mau menerimanya bagitu saja sebelum
disaksikan oleh dua orang saksi
2. Mushaf Ali
Ali secara pribadi memiliki mushaf khusu yang
ditulisnya pada masa permulaan penggnakatna Khalifah Abu Bakra. Ia telah
bertekad untuk menulisnya sehingga ia tidak keluar rumah, kecuali untuk
melakukan slaat sampai ia selasai menulisnya.
Diriwayatkan oleh Al-Suyuthi ia berkata: “Pada
saat pengangkatan Abu Bakar, Ali tetap berada di rumahnya. Ketika disampaikan
kepada Abu bakar, bahwa ali tidak menyenangi bai’atnya, maka Abu Bakar mengirim
surat kepada Ali, “Apakah Engkau tidak menyaki pengangkatanku?” Ali menjawab,
“Aku melihat bahwa kitab Allah telah diselipi, jiwaku membisikkan kepada ku
agar aku tidak memakia selendang atau berpakaian, kecuali bila kau melakukan salat
sampai aku selesai membukukannya” Abu Bakar mengatakan kepadanya “Benar yang
telah Engkau lakukan”. Ali memiliki satu mushaf, tetapi sebagaimana yang
dikemukakan Ibn Sirin di dalamnya masih terdapat nasikh mansukh, tidak seperti
mushaf Abu Bakar[3].
C. Pengumpulan al-Quran pada masa Utsman Bin Affan
Pada masa Utsman bin Affan, daerah ekspansi Islam
semakin meluas terpencar di berbagai daerah. Disetiap daerah telah populer
bacaan sahabat yang mengajar, misalnya di Syam pengajar bacaan al-Quran adalah
Ubay bin Ka’ab, di Kufah mengikuti Abdullah bin Mas’ud, dan sebagian yang lain
mengikuti Abu Musa al-Asy’ari, diantara mereka terdapat perbedaan tetnang bunyi
huru, dan bentuk bacaan. Masalah ini membawa mereka kepada pintu pertikaian dan
perpecahan antarasesama. Dan saling mengklaim yang paling benar.
Seorang pengajar qiraat menyampaikan kepada anak
didiknya. Demikian pula halnya dengan guru lainnya juga mengajarkan qiraat yang
lain kepada anak didiknya. Ketika dua kelompok murid terebut bertemu dan
mendpatkan perbedaan, mereka beselish, dan perselisihan ini pun dilakukan oleh
guru mereka sehingga satu sama lain saling mengkufukan
Setelah kejadian itu Usman mengumpulkan
sahabat-sahabat yang terkemuka cendekiawan untuk bermusyawarah untuk
menanggulangi fitnah dan perselisihan. Lalu mereka sepakat untuk menyalin dan
memperbanyak mushaf kemudian mengirimkannya ke segenap daerah dan kota.
Selanjutnya mushaf yang telah ada dimusnahkan dan dibakar sehingga tidak ada
lagi jalan yang menyebabkan pertikaian dan peselisihan dalam hal bacaan
al-quran.
Dalam tugas ini Utsman menunjuk empat sahabat
pilihan, yang hapalnnya dapat diandalkan, yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair, Said ibn Al-Ash, dan Abdurahman bin Hisyam. Mereka semua dari suku
Quraish, Ustman berkata kepada mereka: “Bila anda sekalian menemui
perselisihan pendapat tentang bacaan maka tulislah berdasarkan bahasa Quraish,
karena al-Quran diturunkan dengan bahasa Quraish.
D. Perbedaan antara Mushaf Abu Bakar dan Mushaf
Utsman
1.
Pengumpulan
mushaf pada masa Abu Bakar adalah bentuk pemindahan dan penulisannya alqquran
ke dalam satu mushaf yang ayat-ayatnya sudah tersusun, berasal dari tulisan
yang terkumpul pada kepingan-kepingan batu, pelepah kurma dan kulit-kulit
binatang.
2.
Latar
belakang pengumpulan pada masa Abu Bakar karena banuyaknya Huffazh yang gugur.
Sedangkan pengumpulan mushaf pada masa Usman adalah menyalin kembali mushaf
yang telah tersusun pada masa Abu Bakar, dengan tujuan untuk dikirimkan ke
seluruh negara Islam. Latar belakangnya adalah perbedaan dalam hal membaca
al-Quran[4].
[1]Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani, Manahil
al-Irfan fi Ulum al-Quran. h. 267
[2] Muhammad Ali al-Shabuni, Studi Ilmu al-Quran (Bandung:
Pustaka Setia, 1991) h. 99
[3]Muhammad Ali Ash-Shabuny, Studi Ilmu al-Quran (Bandung:
Pustaka Setia, 1998), h. 106, judul asli At-Tibyan fi Ulumil Quran terjemahan
Maman Abd. Djaliel.
0 Response to "ULUMUL QURAN; PENGUMPULAN AL-QURAN (JAM’ AL-QURAN)"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR