-->

Metodologi Penelitian Islam

Dalam tradisi ilmiah Islam, kita mengenal beberapa metode ilmiah yang dipandang sama-sama absahnya, yaitu Tajribi, Burhani, Irfani, dan Bayani.

a.       Metode Tajribi

Tajaribi Artinya “eksperiment method.” Menurut Dr. K. Ajram metode eksperimen ini sebenarnya telah dipraktekkan pada masa-masa awal kebangkitan ilmiah Islam (abad ke-9 dan sepuluh). Penelitian di bidang-bidang fisik terhadap objek-objek fisik/material, perlu dilakukan menurut cara-cara atau prosedur-prosedur tertentu agar penelitian dan pengamatan yang kita lakukan dapat sebisa mungkin mendekati kebenaran.

b.      Metode Burhani

Metode Burhani adalah metode logika yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang telah diketahui, sehingga menghasilkan kesimpulan, pengetahuan atau informasi baru, yang sebelumnya tidak atau belum diketahui. Adapun prosedur yang harus diikuti dalam penarikan kesimpulan tersebut, adalah apa yang disebut sebagai silogisme, yang harus memiliki beberapa bagian pokok, yaitu premis (mayor-minor) minddle term dan kesimpulan.

Menurut keyakinan para filosof kesimpulan tersebut niscaya benar, dan karena itu berkorespondensi dengan kenyataan, dengan syarat bahwa premis mayor dan minornya merupakan proposisi yang kebenarannya tidak diragukan.

c.       Metode Irfani

 Dalam tradisi ilmiah Islam, selain indera dan akal, masih ada lagi satu alat pengetahuan yang diakui oleh ilmuwan Muslim yaitu yang disebut hati (Qalb) atau dalam bahasa filsafat disebut, intuisi. Perbedaan pengetahuan yang dicapai oleh akal dan yang dicapai oleh intuisi seperti perbedaan antara mengetahui dan mengalami. Anda misalnya tahu tentang cinta, tetapi sebelum anda mengelamai sendiri maka pengetahuan anda tidak bisa dikatakan intuitif dan tidak sesungguhnya. Karena tidak ada jalan lain untuk memahami cinta kecuali dengan merasakan cinta itu.

Perbedaan rasional dan intuitif, pengetahuan rasional selalu bersifat tidak langsung, karena untuk memahami sesuatu ia membutuhkan perantara (mediasi), apakah itu simbol seperti huruf namanya atau representasi, seperti konsep atau gambar, sehingga tak pernah menyentuh langsung objeknya. Sementara pengetahuan intuitif adalah ibarat pengetahuan orang yang alih-alih menggunakan kata M.A.W.A.R. ia memetik langsung sang mawar yang tumbuh di taman bunga. Tentu mawar sejati berbeda sekali dengan mawar simbolis. “bulan itu dilangit” kata Rumi, “Wahai sahabat, bukan di atas (permukaan) air.

d.      Metode Bayani
Selain dunia indera dan akal sebagai sumber ilmu, para sarajana Muslim juga meyakini al-Quran (firman Tuhan) sebagai sumber ilmu yang lannya. Dalam istilah Mullah Sadra, Muslim mengakui sebagai sumber ilmu selain dunia indera (Burhan, Irfan, dan Quran. Al-Quran tentu saja, sebagai mana alam semesta,adalah sumber pengetahuan yang luas dan dalam, yang untuk memahaminya dengan perlu metode yang cocok untuknya. Para Ulama/Sarjana Muslim menyebutnya dengan metode bayani (penjelasan)

Metode bayani diperlukan untuk memahami al-Quran  menurut ajaran Islam, Al-Quran sebagaimana alam semesta, tak lain daripada ayat (tanda-tanda) Allah. Dan sebagaimana alam memiliki dua aspek, yaitu aspek lahir dan batin, maka demikian juga al-Quran memiliki aspek lahir dan batin, maka demikian juga al-Quran memiliki aspek lahir dan batin atau simbolis. Dan sebagaimana kita membutuhkan metode fenomenologi untuk menyingkap realitas yang lebih dalam dari alam semesta, demikian juga metode bayani diperlukan untuk menyibak realitas yang lebih dalam dari al-Quran

Oleh metode bayani ayat-ayat al-Quran diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, seperti ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutsyabihat (ambigius) ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat , selanjutnya dibagi lagi ke dalam ayat-ayat yangbersifat mujmal dan dahir.

Selain soal klasifikasi ayat-ayat al-Quran tersebut, metode bayani juga membedakan ayat al-Quran  tersebut, metode bayani juga membedakan ayat al-Quran dari sudut langsung atau tidak langsungnya makna sebuah ayat, atau disebut juga mantuq dan mafhum atau lafzh dan ma’na. Makna yang langsung biasanya dipahami sebagai yang pemahamannya diperleh dari presentasi kata. Beberapa kata hanya menerima atu penafsiran saja

Tentu saja klasifikasi yang bermacam-macam ini sangat diperlukan daam memahami makna dari sebuah ayat al-Quran, baik untuk pemahaman yang bersifat pribadi, maupun khuusnya untuk kepentingan menentukan hukum dalam fiqh, seperti  juga untuk merumuskan teori-teori teologis, filosofis bahkan mistik. Karena al-quran teah menjadi sumber bagi segala ilmu ilmu Islam, maka alahh penting bahkan krusial bagi setiap sarjana muslim, fuqaha, teoloig, filosof maupun sufi untuk memahami dan menggunakan metode bayani ini kapan saja mereka berusaha memahami ayat-ayat al-quran



Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Metodologi Penelitian Islam"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel