Metodologi Penelitian Islam
November 12, 2015
Add Comment
Dalam tradisi ilmiah Islam, kita mengenal beberapa metode
ilmiah yang dipandang sama-sama absahnya, yaitu Tajribi, Burhani, Irfani, dan Bayani.
a.
Metode Tajribi
Tajaribi Artinya “eksperiment method.” Menurut Dr.
K. Ajram metode eksperimen ini sebenarnya telah dipraktekkan pada masa-masa
awal kebangkitan ilmiah Islam (abad ke-9 dan sepuluh). Penelitian di
bidang-bidang fisik terhadap objek-objek fisik/material, perlu dilakukan
menurut cara-cara atau prosedur-prosedur tertentu agar penelitian dan
pengamatan yang kita lakukan dapat sebisa mungkin mendekati kebenaran.
b.
Metode Burhani
Metode Burhani adalah metode logika yang digunakan untuk
menarik kesimpulan dari premis-premis yang telah diketahui, sehingga
menghasilkan kesimpulan, pengetahuan atau informasi baru, yang sebelumnya tidak
atau belum diketahui. Adapun prosedur yang harus diikuti dalam penarikan
kesimpulan tersebut, adalah apa yang disebut sebagai silogisme, yang harus
memiliki beberapa bagian pokok, yaitu premis (mayor-minor) minddle term dan
kesimpulan.
Menurut keyakinan para filosof kesimpulan tersebut
niscaya benar, dan karena itu berkorespondensi dengan kenyataan, dengan syarat
bahwa premis mayor dan minornya merupakan proposisi yang kebenarannya tidak
diragukan.
c.
Metode Irfani
Dalam tradisi
ilmiah Islam, selain indera dan akal, masih ada lagi satu alat pengetahuan yang
diakui oleh ilmuwan Muslim yaitu yang disebut hati (Qalb) atau dalam
bahasa filsafat disebut, intuisi. Perbedaan pengetahuan yang dicapai oleh akal
dan yang dicapai oleh intuisi seperti perbedaan antara mengetahui dan
mengalami. Anda misalnya tahu tentang cinta, tetapi sebelum anda mengelamai
sendiri maka pengetahuan anda tidak bisa dikatakan intuitif dan tidak
sesungguhnya. Karena tidak ada jalan lain untuk memahami cinta kecuali dengan
merasakan cinta itu.
Perbedaan rasional dan intuitif, pengetahuan rasional
selalu bersifat tidak langsung, karena untuk memahami sesuatu ia membutuhkan
perantara (mediasi), apakah itu simbol seperti huruf namanya atau representasi,
seperti konsep atau gambar, sehingga tak pernah menyentuh langsung objeknya. Sementara
pengetahuan intuitif adalah ibarat pengetahuan orang yang alih-alih menggunakan
kata M.A.W.A.R. ia memetik langsung sang mawar yang tumbuh di taman bunga.
Tentu mawar sejati berbeda sekali dengan mawar simbolis. “bulan itu dilangit”
kata Rumi, “Wahai sahabat, bukan di atas (permukaan) air.
d.
Metode Bayani
Selain dunia indera dan akal sebagai sumber ilmu, para
sarajana Muslim juga meyakini al-Quran (firman Tuhan) sebagai sumber ilmu yang
lannya. Dalam istilah Mullah Sadra, Muslim mengakui sebagai sumber ilmu selain
dunia indera (Burhan, Irfan, dan Quran. Al-Quran tentu saja, sebagai mana alam semesta,adalah
sumber pengetahuan yang luas dan dalam, yang untuk memahaminya dengan perlu
metode yang cocok untuknya. Para Ulama/Sarjana Muslim menyebutnya dengan metode
bayani (penjelasan)
Metode bayani diperlukan untuk memahami al-Quran menurut ajaran Islam, Al-Quran sebagaimana
alam semesta, tak lain daripada ayat (tanda-tanda) Allah. Dan sebagaimana alam
memiliki dua aspek, yaitu aspek lahir dan batin, maka demikian juga al-Quran
memiliki aspek lahir dan batin, maka demikian juga al-Quran memiliki aspek
lahir dan batin atau simbolis. Dan sebagaimana kita membutuhkan metode
fenomenologi untuk menyingkap realitas yang lebih dalam dari alam semesta,
demikian juga metode bayani diperlukan untuk menyibak realitas yang lebih dalam
dari al-Quran
Oleh metode bayani ayat-ayat al-Quran diklasifikasikan ke
dalam beberapa kategori, seperti ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutsyabihat
(ambigius) ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat , selanjutnya dibagi
lagi ke dalam ayat-ayat yangbersifat mujmal dan dahir.
Selain soal klasifikasi ayat-ayat al-Quran tersebut,
metode bayani juga membedakan ayat al-Quran
tersebut, metode bayani juga membedakan ayat al-Quran dari sudut
langsung atau tidak langsungnya makna sebuah ayat, atau disebut juga mantuq dan
mafhum atau lafzh dan ma’na. Makna yang langsung biasanya dipahami sebagai yang
pemahamannya diperleh dari presentasi kata. Beberapa kata hanya menerima atu
penafsiran saja
Tentu saja klasifikasi yang bermacam-macam ini sangat
diperlukan daam memahami makna dari sebuah ayat al-Quran, baik untuk pemahaman
yang bersifat pribadi, maupun khuusnya untuk kepentingan menentukan hukum dalam
fiqh, seperti juga untuk merumuskan
teori-teori teologis, filosofis bahkan mistik. Karena al-quran teah menjadi
sumber bagi segala ilmu ilmu Islam, maka alahh penting bahkan krusial bagi
setiap sarjana muslim, fuqaha, teoloig, filosof maupun sufi untuk memahami dan
menggunakan metode bayani ini kapan saja mereka berusaha memahami ayat-ayat
al-quran
0 Response to "Metodologi Penelitian Islam"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR