-->

Menulusuri kata Nafsu dan Karakteristiknya dalam al-Quran


Faquha.site – Kata Nafsu seringkali didakwa sebagai sesuatu yang negatif, dan dikambinghitamkan dalam setiap kejahatan, misalnya nafsu bejat, nafsu birahi, aing nafsu, dan yang lainnya. Namun apakah semua nafsu demikian? dan bagaimana pembagian nafsu dalam Alquran.
Quraish Shihab berpendapat, bahwa kata nafs dalam al-Qur’an mempunyai aneka makna, dalam satu ayat diartikan sebagai totalitas manusia (QS:5;32), tetapi di ayat lain nafs menunjuk kepada apa yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku (QS:13;11). Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks pembicaraan manusia, menunjuk kepada sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk[1]

Penjelasan Nafsu dilihat dari potensi baik dan buruk akan dapat dibagikan ke dalam tiga bagian:
1.      Nafsu Ammarah (QS Yusuf 53), ini adalah nafsu yang hanya puas kalau sudah maksiat, sangat tidak suka ibadah, benci nasihat kebaikan dan ketaatan kepada Allah. Seperti, senang berzina, sangat pemarah, hobi mabuk, benci ulama, korupsi, dan sebagainya. Nafsu Ammarah manusia ini cenderung untuk hanya memenuhi naluri rendahnya yang disebut dengan jiwa hayawaniyah/ kebinatangan

2.      Nafsu Lawwamah (QS al Qiyamah 2), nafsu standar ganda, dari kata “laima” mencela dirinya setelah berbuat maksiat lalu sangat menyesal tetapi tidak lama kemudian ketagihan lagi. Seperti, shalatnya rajin tetapi masih suka korupsi, tentu yang salah bukan shalatnya, namun pelakunya yang belum paham tujuan, makna dan hikmah shalat.  Kalau shalat itu benar benar dihayati buahnya jauh dari maksiat, “Sesungguhnya shalat itu mencegah fahsya (zina dan korupsi) dan mungkar” (QS al Ankabut 45)

Pada Nafsu tingkat  kedua, manusia sudah mulai untuk menyadari kesalahan dan dosanya, ketika telah berkenalan dengan petunjuk Ilahi, di sini telah terjadi apa yang disebutnya kebangkitan rohani dalam diri manusia. Pada waktu itu manusia telah memasuki jiwa kemanusiaan, disebut dengan jiwa kemanusiaan (nafs lawwamah)

3.      Nafsu muthmainnah, ini nafsu hamba Allah yang shaleh (QS Ar Ro’du 28) “almuqorrobuun” (QS al Waqiah 88) senangnya ibadah, semangatnya beramal, hatinya lebut, dermawan, rendah hati, istiqomah, suka sekali duduk di masjid, majelis ilmu, cinta ulama, sangat takut maksiat, malah ia heran melihat orang berani maksiat. Sedih sekali kalau bangun terlambat shalat malam, muhasabah diri sama sekali tidak tertarik melihat aib orang lain, dan air matanya mudah menetes saat sholat, membaca Alquran, dan berzikir.

Pada tingkat ketiga adalah jiwa ketuhanan yang telah masuk dalam kepribadian manusia, disebut jiwa ketuhanan (nafs muthmainnah). Tingkatan jiwa ini hampir sama dengan konsep psikoanalisanya Freud yaitu Id, Ego, dan Superego






                [1] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996), 285-286. 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Menulusuri kata Nafsu dan Karakteristiknya dalam al-Quran"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel