Menulusuri kata Nafsu dan Karakteristiknya dalam al-Quran
February 17, 2015
Add Comment
Faquha.site – Kata Nafsu seringkali didakwa sebagai sesuatu yang
negatif, dan dikambinghitamkan dalam setiap kejahatan, misalnya nafsu bejat,
nafsu birahi, aing nafsu, dan yang lainnya. Namun apakah semua nafsu
demikian? dan bagaimana pembagian nafsu dalam Alquran.
Quraish Shihab berpendapat, bahwa kata nafs dalam al-Qur’an
mempunyai aneka makna, dalam satu ayat diartikan sebagai totalitas manusia
(QS:5;32), tetapi di ayat lain nafs menunjuk kepada apa yang terdapat
dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku (QS:13;11). Namun,
secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks pembicaraan
manusia, menunjuk kepada sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk[1]
Penjelasan Nafsu dilihat dari potensi baik dan buruk akan dapat dibagikan ke
dalam tiga bagian:
1.
Nafsu Ammarah (QS Yusuf 53), ini adalah nafsu yang hanya puas
kalau sudah maksiat, sangat tidak suka ibadah, benci nasihat kebaikan dan
ketaatan kepada Allah. Seperti, senang berzina, sangat pemarah, hobi mabuk,
benci ulama, korupsi, dan sebagainya. Nafsu Ammarah manusia ini cenderung
untuk hanya memenuhi naluri rendahnya yang disebut dengan jiwa hayawaniyah/
kebinatangan
2. Nafsu Lawwamah (QS al Qiyamah 2), nafsu standar ganda,
dari kata “laima” mencela dirinya setelah berbuat maksiat lalu sangat
menyesal tetapi tidak lama kemudian ketagihan lagi. Seperti, shalatnya rajin
tetapi masih suka korupsi, tentu yang salah bukan shalatnya, namun pelakunya
yang belum paham tujuan, makna dan hikmah shalat. Kalau shalat itu benar benar dihayati
buahnya jauh dari maksiat, “Sesungguhnya shalat itu mencegah fahsya (zina
dan korupsi) dan mungkar” (QS al Ankabut 45)
Pada Nafsu tingkat kedua, manusia
sudah mulai untuk menyadari kesalahan dan dosanya, ketika telah berkenalan
dengan petunjuk Ilahi, di sini telah terjadi apa yang disebutnya kebangkitan
rohani dalam diri manusia. Pada waktu itu manusia telah memasuki jiwa
kemanusiaan, disebut dengan jiwa kemanusiaan (nafs lawwamah)
3. Nafsu muthmainnah, ini nafsu hamba Allah yang shaleh (QS Ar
Ro’du 28) “almuqorrobuun” (QS al Waqiah 88) senangnya ibadah, semangatnya
beramal, hatinya lebut, dermawan, rendah hati, istiqomah, suka sekali duduk di
masjid, majelis ilmu, cinta ulama, sangat takut maksiat, malah ia heran melihat
orang berani maksiat. Sedih sekali kalau bangun terlambat shalat malam,
muhasabah diri sama sekali tidak tertarik melihat aib orang lain, dan air
matanya mudah menetes saat sholat, membaca Alquran, dan berzikir.
Pada
tingkat ketiga adalah jiwa ketuhanan yang telah masuk dalam kepribadian
manusia, disebut jiwa ketuhanan (nafs muthmainnah). Tingkatan
jiwa ini hampir sama dengan konsep psikoanalisanya Freud yaitu Id, Ego, dan
Superego
0 Response to "Menulusuri kata Nafsu dan Karakteristiknya dalam al-Quran"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR