Kutipan tulisan Alexander Downer (mantan Perdana Menteri Australia) yang dimuat di The Sunday Times tanggal 17 Maret 2019:
March 25, 2019
Add Comment
“YOU AND THE COMMONWEALTH CAN FIGHT THE MERCHANTS OF HATE”
“...With social media a small number of extremists can
communicate globally with each other, wherever they are. An Isis recruiter in
Syria can encourage three girls in east London to run away from home to join a
death cult. At the click of a button, an attacker in New Zealand can take
depraved inspiration from a Norwegian mass murderer.
This interconnectedness did not exist until just a few years
ago, when Osama bin Laden would communicate to al-Qaeda’s disciples by smuggled
cassette — and it means that no society can be immune from global networks of
extremism. Breaking down these lines of communication — and as far as possible
removing extremist content from the internet — must be a high priority for
western governments, especially those such as the UK and New Zealand that
belong to the Five Eyes security partnership and can work together on this
task. Why, for example, was horrific footage of Friday’s attack so widely
available on YouTube, Facebook and Twitter? That is only going to encourage
more violence.
The second crucial thing is engagement of the right kind
with those who are trying to stamp out extremism — and pressure on those who
are exacerbating it. In Indonesia, for example, the Nahdlatul Ulama movement,
with a membership of up to 30m Muslims, does remarkable work to counter the
polarisation of Indonesian society and strengthen social cohesion. By
challenging obsolete tenets within Islamic tradition that are used to justify
hatred and violence, they make future attacks such as the Bali bombing less
likely.”
ANDA DAN PERSEMAKMURAN BISA MELAWAN PARA PENGASONG KEBENCIAN
“...Dengan media sosial, sejumlah kecil ekstremis dapat
berkomunikasi secara global satu sama lain, di mana pun mereka berada. Seorang
perekrut ISIS di Suriah dapat membujuk tiga gadis di London Timur melarikan
diri dari rumah untuk bergabung dengan kultus kematian. Dengan mengklik tombol,
seorang penyerang di Selandia Baru dapat mengambil inspirasi bejat dari seorang
pembunuh massal Norwegia.
Keterkaitan ini tidak ada sampai beberapa tahun yang lalu,
ketika Osama bin Laden akan berkomunikasi dengan para murid Al-Qaeda dengan
kaset selundupan - dan itu berarti bahwa tidak ada masyarakat yang dapat kebal
dari jaringan global ekstremisme. Memecah jalur komunikasi ini - dan sejauh mungkin
menghapus konten ekstremis dari internet - harus menjadi prioritas tinggi bagi
pemerintah barat, terutama yang seperti Inggris dan Selandia Baru yang termasuk
dalam kemitraan keamanan Five Eyes dan dapat bekerja sama dalam tugas ini.
Mengapa, misalnya, rekaman mengerikan dari serangan Jumat begitu banyak
tersedia di YouTube, Facebook, dan Twitter? Itu hanya akan mendorong lebih
banyak kekerasan.
Hal penting kedua adalah bekerja sama dengan pihak yang
tepat yang telah berusaha untuk menghapus ekstremisme - dan menciptakan tekanan
atas mereka yang memperburuknya. Di Indonesia, misalnya, gerakan Nahdlatul
Ulama, dengan keanggotaan hingga 30 juta Muslim, melakukan pekerjaan luar biasa
untuk melawan polarisasi masyarakat Indonesia dan memperkuat kohesi sosial.
Dengan menantang ajaran lama dalam tradisi Islam yang digunakan untuk
membenarkan kebencian dan kekerasan, mereka membuat serangan seperti pemboman
Bali di masa depan lebih kecil kemungkinannya.”
Gus Yahya Khatib Am PBNU
0 Response to "Kutipan tulisan Alexander Downer (mantan Perdana Menteri Australia) yang dimuat di The Sunday Times tanggal 17 Maret 2019:"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR