Adat Jawa dan Islam Nusantara
July 3, 2018
Add Comment
Pada suatu ketika Sunan Kalijaga mengusulkan agar adat istiadat orang jawa seperti _selamatan, bersaji dll_ tidak langsung ditentang, sebab orang jawa akan lari menjauhi ulama jika ditentang secara keras. _Adat istiadat itu diusulkan agar diberi warna atau unsur Islam._
Sunan Ampel* bertanya atas usulan Sunan Kalijaga itu :
_Apakah adat istiadat lama itu nantinya tidak mengkhawatirkan bila dianggap ajaran Islam? Padahal yang demikian itu tidak ada dalam ajaran Islam. Apakah hal ini tidak akan menjadikan bid’ah?_
_Apakah adat istiadat lama itu nantinya tidak mengkhawatirkan bila dianggap ajaran Islam? Padahal yang demikian itu tidak ada dalam ajaran Islam. Apakah hal ini tidak akan menjadikan bid’ah?_
Sunan Kudus menjawab :
_Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga, sebab ada sebagian ajaran agama Budha yang mirip dengan ajaran Islam, yaitu orang kaya harus menolong orang fakir miskin. Adapun mengenai kekhawatiran Kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai keyakinan bahwa di belakang hari nanti akan ada orang Islam yang akan menyempurnakannya._
_Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga, sebab ada sebagian ajaran agama Budha yang mirip dengan ajaran Islam, yaitu orang kaya harus menolong orang fakir miskin. Adapun mengenai kekhawatiran Kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai keyakinan bahwa di belakang hari nanti akan ada orang Islam yang akan menyempurnakannya._
Perbedaan pendapat ini tidak bisa menemukan titik temu. Karena mayoritas wali 9 mendukung Sunan Kalijaga, maka usulan Sunan Kalijaga diterima.
Adat istiadat jawa yang diwarnai Islam itu antara lain selamatan mitoni, selamatan mengirim doa untuk orang mati (biasanya disebut tahlilan) dan lain-lain yang secara hakiki tidak bertentangan dengan aqidah Islam._*
Pada suatu ketika para wali berkumpul setelah empat puluh hari meninggalnya Sunan Ampel.
Sunan Kalijaga tiba-tiba membakar kemenyan. Para wali yang lain menganggap tindakan Sunan Kalijaga berlebihan karena _membakar kemenyan adalah kebiasaan orang jawa yang tidak Islami._
Sunan Kudus berkata : _"membakar kemenyan ini biasanya dilakukan orang jawa untuk memanggil arwah orang mati. Ini tidak ada dalam ajaran Islam."_
Sunan Kalijaga berkata : _"Kita ini hendak mengajak orang jawa masuk Islam, hendaknya kita dapat mengadakan pendekatan pada mereka. Kita membakar kemenyan bukan untuk memanggil arwah orang mati, melainkan sekedar mengharumkan ruangan, karena orang-orang jawa ini kebanyakan hanya mengenal kemenyan sebagai pengharum, bukan wangi-wangian lainnya. Bukankah wangi-wangian itu disunnahkan Nabi?"_
Sunan Kudus berkata : _"Tapi tidak harus membakar kemenyan"_
Sunan Kalijaga : _"Adakah didalam hadist disebutkan larangan membakar kemenyan sebagai pengharum ruangan?"_
Mendengar jawaban ini para wali lainnya hanya diam saja.
Sunan Kalijaga memang wali yang cara dakwah nya _membumi_, beliau lebih sering memakai pakaian seperti rakyat biasa. Celana panjang warna hitam atau biru dan baju dengan warna serupa, ikat kepalanya hanya berupa udeng atau destar.
Dihadapan Allah tidak ada manusia yang istimewa. _Hanya kadar taqwa yang jadi ukuran derajat seseorang bukan pakaiannya._ Lagi pula ajaran Islam hanya menyebutkan kewajiban setiap umat menutup aurat. Tidak disebutkan harus memakai jenis pakaian tertentu.
0 Response to "Adat Jawa dan Islam Nusantara"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR