Rahasia Takdir
Al-Ghazali dalam Al-Arba'in fi Ushuluddin menghubungkan takdir dengan kadar atau ukuran. Seseorang ditakdirkan sesuai dengan ukuran dirinya, ukuran pengetahuan, sikap, mental, dan lainnya.
Jangan bandingkan hebat mana gelas kaca dengan gelas besi. Bila diadu langsung gelas kaca memang pecah berantakan. Tapi masing-masing punya takdirnya. Gelas kaca kuat menampung air raksa, sementara besi akan meleleh bila diisi dg air raksa.
Kelebihan dan kekurangan ada pada setiap orang. Yg penting, jalankan takdir kita dg sungguh-sungguh dan tulus. Orang tidak mungkin ditakdirkan menang dalam segala hal. Tapi kemenangan agung ialah saat dapat mengalahkan nafsu yg ada di dalam dirinya.
Seorang ahli strategi perang, yg dihormati oleh para raja dan jendral perang, kadang tidak bisa mengalahkan seorang prajurit biasa dg tenaganya. Tapi dg kecerdasannya ia dapat memenej strategi perang 2000 prajurit untuk mengalahkan 200.000 prajurit musuh. Itulah takdir, ukuran.
Untuk menjadi apapun ada takdirnya, ada ukuran standarnya. Besi tidak akan meleleh dibakar api, kecuali panasnya 1000 derajat celcius. Itu takdir kekuatan besi.
Pahami dulu siapa diri kita, baru memutuskan sebaiknya berperan apa? Itu takdir.
Perbedaan kemampuan seseorang adalah takdir untuk dikelola. Seorang dosen bisa menjadi guru besar setelah memenuhi ukurannya. Seorang santri bisa menjadi Kiyai setelah memenuhi standarnya. Itulah ukuran takdir.
Dzikir kadang dihitung, karena hitungan adalah ukuran dan menentukan takdir pembacanya. Itu baru sisi kuantitas. Sisi kualitas juga ada takdirnya. Satu kali basmalah yg dibaca Nabi Sulaiman as mengungguli 1000 x basmalah yg kita baca. Itu takdir.
Sungguh berjuanglah sesuai takdir kita. Kembangkan kemampuan takdir kita. Jangan mengukur diri kita dg orang lain. Karena setiap orang ada takdirnya (ukurannya masing-masing). Jangan paksa menuangkan seember air ke dalam satu gelas. Akan banyak yg terbuang sia-sia, karena takdirnya tidak cukup untuk menampung semuanya.
Saat akan membantu orang, kita menilai takdir orang tsb terlebih dahulu, apakah perlu dibantu atau tidak? Sejauh mana kita akan membantunya? dst.
Bila seorang Mursyid diibaratkan samudera luas, maka wadah jiwa para murid beragam. Ada gelas, ember, drum, dll. Masing-masing hanya dapat menampung curahan ilmu dan bimbingan lahir maupun batin sebesar wadah yg dimilikinya saja.
Wallahu 'alam.
(Rojaya)
0 Response to "Rahasia Takdir"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR