Indonesia sebagai Daulatul Muslimin
“Nabi Muhammad SAW mendirikan negara Madinah tidak melabelkan Negara Islam, tetapi bersifat umum dan berdasarkan atas kesepakatan masyarakat. Intinya, pembentukan negara bersifat ijtihadi menuju kemaslahatan umat. Heterogenitas adalah keniscayaan, tetapi tetap dalam bingkai keteraturan yang taat kepada hukum dan kesepakatan"
-----Dr. KH. M. Cholil Nafis
Indonesia ini lebih dekat dengan sebutan "Daulatul Muslimin", sebuah tempat yang di dalamnya beragam agama. Piagam Madinah bukan "Daulatul Islam" atau "Daulah Islamiyah", apalagi "Negara Khilafah". Piagam Madinah adalah konstitusi pertama di dunia. Apakah itu hanya buatan orang-orang Islam atau Nabi Muhammad membuatnya sendiri dan menyodorkan kepada non-Muslim, kemudian dipaksa (dalam wilayah publik bukan privat) untuk mengikuti ijtihad Nabi Muhammad? Tidak. Diajak berunding dan akhirnya menghasilkan Piagam Madinah, dikepalai oleh Nabi Muhammad SAW.
Seandainya saat ini, ada buku dari "minhum" dan "laisa minna" yang mengatakan bahwa Piagam Madinah itu Negara Khilafah maka itu termasuk bid'ah dalam literasi. Dan kalau bid'ah pasti harus ditolak; Seandainya lagi, Khilafah pernah tegak, di-"drive" oleh Nabi Muhammad dan empat sahabatnya, kemudian Nabi berjanji hidup di bawah naungan Khilafah pasti sejahtera, maka jika saya ada pada masa itu, saya pun mengiyakannya. Tapi, jika ada orang sekarang teriak sejahtera namun dirinya dan kelompoknya belum sejahtera, itu mimpi di siang bolong. Mau mensejahterakan orang, tapi masih menggunakan duit beasiswa Indonesia.
Jika ada yang saat ini teriak, hidup di bawah naungan Khilafah akan sejahtera, itu omong kosong saja. Kasus ini bisa kita ambi contoh sederhananya. Dahulu, para Wali Songo, kalau ketemu masyarakat, ada yang mengeluh, para Wali Songo bertanya: engkau butuh apa?. Jika butuh hujan, maka para Wali Songo mendoakannya, kemudian turunlah hujan. Bandingkan dengan orang-orang saat ini. Engkau butuh apa? butuh biar gak banjir, malah tambah banjir. Haha
Apa pesannya? Ada jarak kualitas yang berbeda, antara umat dahulu dan saat ini. Maka saat gagasan dahulu, semisal Khilafah digaungkan, kualitasnya pasti berbeda. Dahulu saat Nabi men-"drive" negara Yatsrib, hati Nabi suci dari sifat keduniaan. Berbeda saat aktivis HTI men-"drive" negara dengan konsep Khilafah. Maka janji yang ditawarkan berupa "sejahtera", "aman dan damai", "BBM gak bakal naik", "ekonomi meningkat" dan lainnya, itu semua janji yang janji itu belum tentu terlaksanakan. Kenapa begitu? Karena kualitas jiwanya berbeda. Haus dahaga pada sifat keduniaan, berupa ambisi kekuasaan tampak jelas di wajah para pengusung gagasan Khilafah.
Kenapa haus kekuasaan? Karena saat kita pun merestui gagasan itu, tidak bisa mencalonkan diri sebagai Khalifah di KPU yang dibuat oleh teman-teman HTI. Yang bisa menjadi Khalifah hanyalah mereka yang ikut berjuang menegakkannya. Tidak ada "hizbun" tanpa kekuasaan, dan tidak ada kekuasaan tanpa politik. HTI bukanlah "organisasi keagamaan" tapi "organisasi politik".
Salam Nasionalisme dan Nusantara!
0 Response to "Indonesia sebagai Daulatul Muslimin"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR