Dialog HTI dengan Kang Yamin (Direktur Aswaja Center Tasikmalaya)
April 18, 2017
2 Comments
Kang Yamin saat memberikan Ceramah |
Faquha.site- Dalam perjalanan dari Ceramah, Kang Yamin
membuka akun Facebook miliknya dan didapatinya beberapa notifikasi, biasanya
notifikasi yang berisikan pertanyaan selalu dibukanya terlebih dahulu dan
dijawabnya dengan kata-kata yang santun di tengah-tengah kesibukannya, berikut
dialog Kang Yamin dan seorang HTI asal IPB
HTI: “Jelaskan dong ustadz satu saja dalil yang menerangkan
bahwa demokrasi tidak menyimpang dari Islam. Dan mohon dijelaskan satu saja
dalil yang menjelaskan bahwa kita hanya wajib memakai demokrasi dalam bernegara
dan wajib menolak sistem Islam di indonesia”
Kang Yamin: “Dalam catatan sejarah Islam, tidak ada bentuk
& sistem yang baku dalam bernegara, karena memang masalah siyasah adalah
masalah ijtihadiyah, Maqashid asy-Syari'ah-nya hanyalah kemaslahatan bagi umat.
Fakta & realita merupakan dalil yang tak terbantahkan.
Saya mendukung demokrasi karena itu merupakan konsensus segenap elemen bangsa
& Islam tidak mengajarkan untuk berkhianat
HTI: “jadi Dalilnya fakta dan realita. Ooooh. Ya ya ya.
Kang Yamin “Beberapa bulan lalu saya dialog dengan pengurus
DPP HTI di masjid Agung kota Tasik, beliau tidak mampu jawab dalil-dalil syar'i
saya. Tidak ada dalil yang qat'i tentang satu sistem
dalam berpolitik. bagi umat Islam, menjadi ranah ijtihad (hal itu dibuktikan
dalam sejarah panjang umat Islam) Demokrasi bukan satu-satunya sistem, namun
hari ini memang sangat cocok dengan kemaslahatan umat (sebagi tujuan syari'at).
Teks suci agama bukanlah hidangan siap santap, untuk memahaminya perlu
metodologi yang shahih.
Begini aja, kalau kita mau nyari kata "demokrasi"
dalam al-Qur'an & Sunnah maka tidak akan menemukannya, namun secara
esensial tidak bertentangan dengannya. Ada saudara kita yang memahami ayat 44,45 & 47 dari
surat al-Maidah secara kaku, bahwa al-Qur'an telah memberikan seperangkat
aturan teknis (lengkap dgn juklak juklisnya) sehingga menolak proses dialogis
(ijtihad) berkenaan dgn sistem hukum/pemerintahan.
HTI: “Bisa ustadz jelaskan bahwa demokrasi tidak
bertentangan dengan Islam dan sangat layak untuk kemaslahatan umat dibandingkan
sistem Islam?
Kang Yamin “Islam yang mana yang di maksud? “Kalau bertentangan mohon tunjukan pada saya,
karena saya juga sedang belajar”
HTI: “ Sistem Islam yang di contohkan oleh Rasulullah
Kang Yamin: “Rasulullah mencontohkan berbuat adil, amanah,
bermusyawarah & mendahulukan kepentingan umum, itu yang saya pahami dari
sosok baginda nabi dlm berpolitik.
HTI: “Pan saur ustadz demokrasi tidak menyimpang dari Islam,
berarti sesuai dengan Islam. Tah sesuai na itu dimananya?
Kang Yamin: “Nilai-nilai universal yang dicontohkan nabi
tersebut, Memang sistem yang dicontohkan nabi bagaimana?
HTI: “Menerapkan aturan Islam dalam segenap kehidupanm, Baik
secara individu, masyarakat, maupun bernegara, Ah ustadz mah sok kitu ah api
api ngetes. Punten dikantun heula. Si teteh bade ngapalkeun
Kang Yamin: “Mudah-mudahan sanes waktos disambung deui,
kaleresan nuju di perjalanan. Saya suka berdialog dgn siapapun. Salam baktos k
sadayana,, Setuju...Tak ada muslim yang mengingkari baginda Nabi sebagai suri
tauladan terbaik.
Namun ingat, banyak hadis-hahih yang melegitimasi kreasi
umat (ijtihad), sepanjang tidak bertentangan dengan spirit & nilai-nilai
universal Islam. Misalnya Abu Bakar RA yang menunjuk Umar RA sebagai pimpinan
tertinggi kaum muslimin, atau Umar yang membuat tim formatur untuk memilih
pemimpin kaum muslimin sepeninggalnya, Dua-duanya tidak dicontohkan Nabi SAW,
dan banyak lagi kebijakan-kebijakan politik dari Khulafaurrasyidin yang tidak
dicontohkan nabi, tapi secara esensial tidak bertentangan dgn tujuan utama
syari'at.
HTI: “Apakah demokrasi itu hasil ijtihad para ulama? Atau
buah pemikiran orang kafir? HTI Kalau bicara sahabat nabi dan para
kulafaurasyidin sudah sangat jelas tidak pernah bertentangan dengan syariat.
Mereka mengikuti apa apa yang telah Rasul conto kan. Kalau demokrasi kan lahir
dari pemikiran orang kafir.bukan hasil ijtihad para ulama.itu yang saya pahami.
Kang Yamin: “Pasti baca bukunya Abdul Qadim Zalum,
Demokrasi; Sistem Kufur? Kalau bicara pembuatnya orang kafir harus ditolak,
banyak ko buatan kafir yang diterima termasuk oleh Zalum cs, sistem-sistem
dalam pendidikan & transportasi modern misalnya.
Dalam perang Khandaq/Ahzab Nabi memakai sistem orang kafir
(Persia) dalam pertahanan Madinah, kasus Abu Bakar & Umar dalam
pengangkatan pemimpin benarkah pernah dicontohkan Nabi? Terkadang saya berpikir
apa ulama-ulama Sunni (dgn Al-Azhar sbg simbolnya) tidak tahu aturan Islam
sehingga tidak sprt pemikiran Zalum cs atau Zalum cs yang salah memahaminya
sehingga berbeda dengan mayoritas ulama?
Bagaimana bisa membedakan mengadopsi teknologi dari kafir
itu mubah sedangkan demokrasi haram? Mengapa memahami hadis Nabi "antum
a'alamu biumuri dunyakum"? Teknologi dimasukkan urusan dunia sedangkan
politik TIDAK?
Saya tanya apa politik yang dijalankan Abu Bakar & Umar
(bahkan Nabi sekalipun) dalam mengatur pemerintahan itu murni/ tidak mengadopsi
dari non-muslim sedikit pun?
Bukankah dlm perang Ahzab Nabi mengadopsi sistem pertahanan
Persia?
Bukankah dlm Nabi menyuruh tahanan perang Badar
(musyrikin)untuk mengajari kaum muslimin baca tulis?
Bukankah penulisan mushaf pada masa Abu Bakar juga memakai
sistem yang dibuat non-Muslim?
Bukankah kebijakan Umar dlm hal gaji tentara juga dari
non-muslim?
Dan banyak lagi yang lainnya,silahkan baca sejarah peradaban
Islam,klo memang Ucu mengharamkan demokrasi karena berasal dari kafir.
Saya sering dialog dgn teman-teman yang anti demokrasi, jawaban
mereka ujung-ujungnya seperti anda, bahkan saya minta pada salah satu pimpinan
DPP ormas yang santer bilang demokrasi sistem kufur untuk mendatangkan temannya
yang bisa jawab argumen-argumen saya (karena dia gak bisa) sudah hampir 4 bulan
gak ada kabarnya.
Bukan saya sok apalagi merendahkan, tapi memang dalam
perdebatan ilmiah itu seperti ini. Saya sayang pada saudara-saudara saya yang dengan
gegabah menyebut sistem negara kita tercinta sebagai Thagut dll, tapi
argumennya...
Alangkah indahnya bila diskusi tidak didasari oleh sikap
suka/tidak suka yang akan membuat kita tidak objektif. Ulama-ulama kami
mengajarkan diskusi itu harus didasari dengan motivasi belajar & mencari
hal-hal yang lebih maslahat.
Salam Santri Nusantara
Kang Ddupi ieu teh sareng kang yayana? Hebat lah salut.... Salam kenal kang
ReplyDeleteYa, kang Yayan Bunyamin
Delete