-->

Surga dan ajaran Hindu

Surga itu Ajaran Hindu

Banyak umat Islam di Indonesia yang sibuk membicarakan tentang surga. Bahkan banyak pula kaum Muslim yang mengklaim sebagai satu-satunya golongan umat manusia di dunia yang akan masuk surga. Kelompok Muslim lain ngotot sebagai "owner" atau pemilik sah surga, sementara umat lain dianggap sebagai sebatas "pengontrak" atau bahkan haram memasuki apalagi memiliki surga.

Tetapi mereka lupa bahwa akar kata "surga" itu sesungguhnya berasal dari ajaran atau tradisi agama-agama kuno India, khususnya Hindu (Hinduisme), tetapi juga Jainisme dan Budha (Budhisme). Oleh karena itu, seharusnya umat Hindu yang layak bicara dan pantas menjelaskan konsep surga ini, bukan malah umat Islam yang nyerocos ngomong. Bukannya berterima kasih sama Hindu, malah menuduh mereka "kapir" dan tidak layak masuk surga. Aneh kan? Kaannn.

Kata "surga" berasal dari Bahasa Sanskrit "svarga" atau "swarga" yang juga dikenal atau disebut sebagai "Svarga Loka". Kata ini merujuk pada salah satu dari delapan tempat atau "dunia" (Loka) dalam kosmologi Hindu: Bhu Loka (bumi), Bhuvar Loka, Svarga Loka, Mahar Loka, Jana Loka, Tapa Loka, Bhrahmaloka, dan Goloka.  

Dalam tradisi dan ajaran Hindu, swarga digambarkan sebagai "dunia transisi" atau "tempat persinggahan sementara" bagi jiwa atau ruh-ruh manusia yang selama hidup di "dunia nyata" berbuat baik. Untuk sementara "ruh-ruh baik" ini ditempatkan di "swarga" karena dianggap belum siap untuk mencapai "moksha" (atau "moksa"), yaitu pembebasan diri dari "samsara" (siklus dari kematian hingga reinkarnasi atau "kelahiran kembali"). Dalam tradisi Hindu, moksha ini adalah salah satu dari empat aspek atau tujuan kehidupan manusia. Yang lain adalah dharma (kehidupan moral), artha (kehidupan material), dan kama (kehidupan seksual, emosional).

Setelah dipandang siap untuk "dibebaskan", ruh baik tadi kemudian menuju Vaikunta yang dianggap sebagai "tempat utama" karena disinilah Tuhan Wisnu (Vishnu) bersemayang. Wisnu adalah "raja para dewa". Dalam Rig Veda disebutkan: "Om tad visnoh paramam padam sada pashanti surayah" ("Para dewa bersimpuh di kaki Dewa/Tuhan Wisnu...").

Lalu, bagaimana dengan nasib ruh dari manusia yang hidupnya jahat sewaktu di dunia nyata sebelum "modar" alias "mampus"? Menurut ajaran Hindu, "ruh jahat" akan nyemplung ke "naraka", tempat Dewa Yama atau Dewa Kematian bersemayang. Di "naraka" inilah, mereka akan disiksa. Ada banyak "tipe naraka", semua disesuaikan dengan tingkat dosa dan kejahatan manusia.

Nah, menarik untuk dicatat, kata "surga" di Indonesia itu hasil terjemahan dari kata Arab "jannah" (dengan "ta marbuthah"). Ada juga kata "jannah" (dengan "ha") yang berarti "taman/kebun luas" (kalau taman kecil disebut "khadziqah"). Ada juga kata "jinnah" (yang ini maksudnya "jin"). Selain "jannah" yang diartikan surga ini, Islam (Al-Qur'an) juga mengenal konsep "a'raf" yaitu tempat spesial dimana Tuhan Allah bersemayang (ini seperti "Vaikunta" dalam Hindu, tempat Dewa Vishnu). Hanya orang-orang spesial saja yang bisa mencapai "a'raf" dan "bertemu" dengan Allah ini.

Sementara kata "neraka" (yang sebetulnya dari Sanskrit "naraka") itu merupakan terjemahan dari "an-nar" dalam Al-Qur'an, yaitu tempat penyiksaan yang penuh api dan panas sekali. Menarik juga untuk disebut, selain "an-nar" ini, Al-Qur'an juga menyebut "zamharir", yaitu tempat yang sangat dingin sekali. Dibading dengan "nar", konsep "zamharir" ini kurang populer, padahal ini juga salah satu jenis "neraka" versi dingin.

Saya berharap setelah ini, umat Islam tidak seenaknya main klaim sebagai "owner surga", dan menganggap umat lain sebagai "penghuni nar" maupun "zamharir".

#Surga
#Neraka#
#Hindu

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Surga dan ajaran Hindu"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel