-->

Penjelasan Kitab Hidayah al-Adzkiya ila Thariq al-Auliya


Ini adalah terjemahan bahasa Sunda dari kitab puisi “Hidâyah al-Adzkiyâ ilâ Tharîq al-Auliyâ” (Petunjuk Orang-orang Cerdas Menuju Jalan Para Kekasih Allah), karangan al-Makhdûm Zainuddîn ibn ‘Alî ibn Ahmad al-Malîbârî al-Syâfi’î (w. 928 H/ 1522 M).

Kitab puisi “Hidâyah al-Adzkiyâ” sendiri berisi ajarah esoterisme Islam (tasawuf) yang diketengahkan secara mudah namun mendalam. Pengarang kitab ini, al-Makhdûm Zainuddîn al-Malîbârî, adalah seorang Syaikhul Islam dan ulama sentral asal Malibar (kini Kerala, pesisir barat India) yang lama bermukim di Makkah dan menjadi salah satu murid Syaikh Zakariyyâ al-Anshârî, ulama sentral dunia Islam di awal abad ke-16 M. "Al-Makhdûm" adalah gelar keulamaan (seperti Syaikh atau Kiyai) yang dipakai di kawasan India.

Keluarga al-Makhdûm al-Malîbârî terkenal sebagai keluarga Syaikhul Islam nan ulama besar di Diyar Malibar. Beliau punya dua anak yangg juga menjadi Makhdum besar di Diyar Malibar, yaitu (1) al-Makhdûm ‘Abd al-Azîz al-Malîbârî, dan (2) al-Makhdûm Muhammad al-Ghazzâlî al-Malibari.

Cucu beliau, yaitu al-Makhdûm Zainuddîn Ahmad ibn Muhammad al-Ghazzâlî ibn Zainuddîn al-Malîbârî (dikenal dengan al-Makhdûm al-Saghîr, w. 991 H/ 1583 M) adalah pengarang kitab Syarh Fath al-Mu'în yang banyak dikaji di pesantren-pesantren di Nusantara. Al-Makhdûm Zainuddîn al-Malîbârî sezaman dengan Wali Sanga di Jawa.

Saya berasumsi jika Wali Sanga di Jawa (juga Pasai di Aceh dan Malaka di Semenanjung) memiliki jaringan dan genealogi intelektual dengan al-Makhdûm al-Malîbârî ini. Mengkaji kemungkinan adanya jaringan ulama Nusantara-Malibar pada masa itu (awal abad ke-16 M) saya pikir sangat perlu. Hal ini karena sosok al-Makhdûm al-Malîbârî adalah sosok kunci bagi jaringan ulama India secara luas di zamannya, yang menyambungkan mereka dengan jaringan Syaikh Zakariyyâ al-Anshârî (w. 926 H/ 1520 M) yang merupakan ulama sentral dunia Islam pada masa itu.

Kembali ke kitab puisi “Hidâyah al-Adzkiyâ”. Karena pentingnya keberadaan kitab tersebut, para ulama setelah al-Malibârî pun banyak yang menulis komentar dan ulasan (syarh) atasnya. Di antara syarh-syarh kitab “Hidâyah al-Adzkiyâ” ini adalah;

(1) Isyâd al-Alibbâ fî Syarh Hidâyah al-Adzkiyâ (bahasa Arab) karangan putera penazham, yaitu al-Makhdûm ‘Abd al-Azîz ibn Zainuddîn al-Malîbârî (w. 994 H/ 1585 M), yang juga anak dari pengarang kitab nazham.

(2) Kifâyah al-Atqiyâ fî Syarh Hidâyah al-Adzkiyâ (bahasa Arab), karangan Syaikh Abû Bakr Muhammad Syathâ al-Dimyâthî al-Makkî (dikenal dengan Sayyid Bakri, pengarang I'ânah al-Thâlibîn Hâsyiah atas Fath al-Mu'în, w. 1310 H/ 1892 M).

(3) Salâlim al-Fudhalâ fî Syarh Hidâyah al-Adzkiyâ (bahasa Arab), karangan Syaikh Muhammad Nawawî ibn ‘Umar al-Bantanî al-Jâwî (Syaikh Nawawi Banten, w. 1314 H/ 1897 M).

(4) Minhâj al-Atqiyâ Syarahe Hidâyah al-Adzkiyâ (bahasa Jawa aksara Arab/ Pegon), karangan Syaikh Shâlih ibn ‘Umar al-Samârânî al-Jâwî (Kiyai Soleh Darat, w. 1321 H/ 1903 M).

Nah, terjemah versi Sunda atas kitab puisi “Hidâyah al-Adzkiyâ ilâ Tharîq al-Auliyâ” ini diterbitkan oleh penerbit “Buku Kairo Tasikmalaya”, tanpa menyebutkan tahun terbit, juga tanpa menyebutkan nama penerjemahnya.

Saya mendapatkan naskah kitab ini dari sebuah toko kitab tua di dekat Stasiun Bogor. Penerbit “Buku Kairo Tasikmalaya” tampaknya adalah sebuah penerbitan tua yang banyak menerbitkan terjemahan bahasa Sunda atas kitab-kitab rujukan dasar kajian keislaman dalam pelbagai bidang, yang kebanyakan didistribusikan dan dipelajari di pesantren-pesantren tradisional.

Sayangnya, dalam terjemahan tersebut, tidak disebutkan nama penerjemahnya dan juga tahun penerjemahan dan penerbitannya.

Jakarta, November 2016 A. Ginanjar Sya’ban

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Penjelasan Kitab Hidayah al-Adzkiya ila Thariq al-Auliya"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel