Agama Sebagai Benteng Terakhir Tolak LGBT
February 21, 2016
Add Comment
Agama Sebagai Benteng Terakhir Tolak LGBT |
faquha.com - Dalam Sebuah debat yang
diselenggarkan oleh TV One pada tanggal 6 Juli 2015 dengan judul “Menikah
Sesama Jenis Manusiawi Atau Eksistensi” Dede Oetomo seorang aktivis Gay
Indonesia sekaligus Pendiri Gaya Nusantara menyatakan “Pelegalan Nikah
sesama jenis (LGBT) hanya soal waktu” Dede menyakini seyakin yakinnya bahwa
suatu saat Pernikahan sesama jenis akan dilegalkan di Indonesia sebagaimana
halnya di Amerika Serikat.
Dede menyadari bahwa pelegalan
nikah LGBT saat ini di Indonesia memang sukar capai karena ada Undang-undang
perkawinan tahun 1974, namun 50 tahun ke depan mungkin saja Undang-undang
perkawinan di kaji ulang, sehingga kompisisi yang menikah bukan hanya berbeda
jenis, namun juga sesama jenis. Dia mencontohkan pada tahun 1960 Pengadilan
Amerika menolak pernikahan sesama jenis, namun 55 tahun kemudian (2015)
pengadilan Amerika melegalkannya. Seiring dengan berubahnya budaya
Tak tanggung-tanggung menurut
Jeremy Teti yang saat itu tampil sebagai pemberi tanggapan, menyatakan bahwa
Dede Oetomo adalah Orang yang Progressif berpikiran maju sementara lawan debat
Dede adalah orang yang konservatif yang akan tertinggal
Sementara itu Yuli yang menjadi
partner Dede Oetomo menyatakan bahwa Pelarangan LGBT adalah bentuk diskriminasi
dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia Undang-undang tahun 1999
Tanggapan
Pernyataan Budi Oetomo di bantah
oleh MUI bahwa di Indonesia selama masyarakat memegang norma Agama maka
pelegalan pernikahan LGBT tidak akan pernah terjadi, karena Agama Sampai hari
kiamat. Apalagi dalam setiap kitab Suci agama Samawi, baik itu Islam, Kristen
dan Yahudi termaktub atas bejatnya penyimpangan seks ala LGBT
Sementara itu pelarangan LGBT
tidak melanggar hak asasi manusia, karena pelaksanaan hak asasi manusia tidak
berarti tidak dibatasi, dan sebebas bebasnya, namun di batasi oleh Norma-norma
dan nilai-nilai.
Sebagaimana tertera dalam Pasal
28J UUD 1945; (1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.**) (2) Dalam
menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.** )
Pernyataan Sikap Terhadap LGBT
LGBT merupan realitas, mereka
sudah hadir, bahkan 1800 SM, saat kaum Nabi Luth di peringatkan Allah SWT.
Mereka LGBT hadir di bawah-bawah
pohon taman remang-remang, di Salon-salon, dan tata rias dan lainnya
Negara dan Masyarakat Indonesia
telah memberikan kebebasan dan ruang untuk mereka berekspresi, banyak karya
LGBT yang diterima bahkan di Apresiasi. Tidak benar bahwa rakyat Indonesia
mendiskriminasi LGBT. Kalau ada karyawan yang dipecat gara-gara LGBT itu hanya
skala kecil, bukankah ada juga perusahaan yang keberatan karyawatinya memakai
kerudung
Adapun sikap para Ulama terhadap
kelompok LGBT hanya sekedar treatmen dan upaya agar LGBT tidak menular,
sebagian orang mungkin tidak melihat LGBT sebagai penyakit, namun pertanyaannya
siapakah orang tua yang ingin anaknya mempunyai kelainan dalam Orientasi Seksual?
LGBT dalam Pandangan Agama
Agama bukan hanya mengutuk LGBT
tapi juga meminimalisir agar LGBT tidak hadir, misalnya larangan untuk memakai
baju perempuan bagi laki-laki begitupun sebaliknya.
Selanjutnya al-Quran juga
mempertanyakan kewarasan akal sehat kaum gay, berikut ayatnya: “Mengapa kamu
mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsumu, bukan wanita?
Selain itu al-Quran menyebut kaum
gay disebut orang-orang yang telah kelewat batas, bisa diartikan batas
kemanusiaan bahkan melewati batas kekambingan, bukankah kambing jantan tidak
pernah mengawini kambing jantan.P
Penulis setuju dengan pernyataan Petinju
pemegang 8 kali juara Dunia, Manny Pacquiao berkata: 'It's common sense. Do
you see animals mating with the same sex? 'Animals are better because they can distinguish
male from female. If men mate with men and women mate with women they are worse
than animals.'
LGBT Sebagai Kejiwaan
Kecenderungan sex terhadap lawan
jenis disebut “Heteroseksual” sebuah perilaku seseorang yang lebih suka untuk
memiliki hubungan seksual dan emosional dengan anggota lawan jenis. Sementara
lawannya adalah “homoseks”. Orang yang homoseks memang ada banyak, namun yang
heteroseksual lebih banyak lagi
Orang
yang homoseks mengidamkan berhubungan seks dengan sesama jenis, begitupun orang
heteroseks juga mengidamkan berhubungan seks bukan dengan istrinya
Artinya
jika homoseks atau heteroseks sebaiknya menjaga keinginan liar mereka. Homoseks
tidak bisa dijadikan justifikasi untuk menjadi LGBT, apalagi mempromosikan
LGBT.
Sebagian
memang ada yang sejak lahir menjadi homoseks, namun gerakan massif, terstruktur
dan sistematis yang dilakukan oleh kelompok LGBT justru mengakibatkan orang
yang asalnya heteroseks (normal) menjadi homoseks (abnormal).
Harus
diakui bahwa faktor-faktor menjadi homoseks tidak hanya bawaan namun juga
lingkungan dan pengalaman pribadi, misalnya dalam keluarga bapaknya suka
memukul ibunya, lalu anak permpuannya menjadi anti terhadap laki-laki hingga
menjadi lesbi, atau seorang korban sodo** yang akhirnya menjadi pelaku sodo**
Oleh
karena itu fokus keluarga dan negara adalah menahan laju gerakan-gerakan LGBT
yang marak terjadi. Negara memang harus hadir membela kaum LGBT yang
terdiskriminasi, namun negara juga harus membela kepentiangan nilai-nilai
kemanusiaan dan nilai-nilai agama. Wallahu ‘Alam
0 Response to "Agama Sebagai Benteng Terakhir Tolak LGBT"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR