Penjelasan Qasidah Burdah
January 3, 2016
Add Comment
Bedah Qasidah Burdah |
Faquha.com - Syarafuddin muhammad al-Busyari (wafat 695 H/129 M) dalam burdahnya berkata:
“Maka
janganlah berharap terkekangnya nafsu dengan maksiat, sungguh makanan itu
menguatkan nafsu orang yang rakus
Nafsu itu
ibarat seorang bayi. Jika engkau biarkan, tumbuhlah besar, ia terus menyusu. Dan
bila engkau sapih, ia pun berhenti
Maka hindarkanlah
keinginannya dan waspadalah dari mempertuannya. Sungguh nafsu itu, bila engkau
pertuankan, hina dan menghinakan”
Memang agak
berat jika anak terbiasa menyusu ke ibunya, lalu dipaksa diganti dengan susu lain. Begitu pula jika
tidak dilatih menahan nafsu itu sangat lah sulit
Apalagi jika nafsu tersebut terus
diberikan makanan berupa maksiat sehingga nafsu tersebut sukar ditaklukan. Orang yang memperturut nafsunya bahkan mempertuhankan
maka ia akan hina dan nafsunya akan menghinakannya
Islam memang mengajarkan untuk
mengendalikan nafsu nafsu bukan membunuhnya, Islam mengajarkan kita untuk
membina nafsu, bukan membinasakan nafsu
Secara fitrah laki-laki bernaluri
untuk meniduri wanita, maka keinginan itu disahkan oleh agama dengan melalui
pernikahan, secara naluri manusia ingin memiliki harta dan tahta, maka agama
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
ayat-ayat al-quran memperingatkan kita untuk mengikuti hawa
nafsu. Allah SWT berfirman:
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?”
(QS. Al-Furqan: 43).
Maka orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya sebagai
tuhan. Dan selalu menaati apa yang diperintahkannya maka Allah SWT berfirman:
“dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari
mengingat-Ku, serta mengikuti nafsunya dan itu adalah melewati batas” (QS.
Al-Kahfi: 28).
Ketika mengikuti nafsu hati akan lalai dan pelakunya adalah
manusia yang melewati batas.
Al-Quran mengingatkan kita bahwa An-Nafs menghiasi hati
untuk berbuat maksiat. Bahkan itu berupa pembunuhan kepada saudara terdekat.
Seperti kisah dua anak Adam:
“Maka hawa nafsu Qabil
menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab dibunuhnyalah, Maka
jadilah dia seorang di antara orang-orang yang merugi.” (QS/ Al-Ma’idah: 30)
Bahkan, nafs mendorong pemiliknya untuk menyekutukan Allah
SAT dan menghiasi manusia dengan ksyirikan ini. Tidaklah kaum Tsamud yang
menyembelih unta betina dan mendustakan rsulnya Nabi Shalih AS, melainkan
karena mereka mengikuti hawa nafsunya yang melapaui batas.
“Dan jiwa serta penyempurnaanya
(ciptaannya), Maka allah mengilhamkan pada jiwa itu jalan kefasikan dan
ketawaanya. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikannya. Dan
sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya. (kaum) Tsamud telah mendustakan
(rasulnya) karena mereka melampaui batas,’’ (QS. Asy-Syams: 7-11).
Kita memang memiliki nafsu makan,
tapi pertanyaannya makanan mana yang halal dan baik untuk kita. Rasulullah saw
pernah menegur orang yang berpuasa sepanjang hari semalam. Lalu rasul berkata:
makanlah karena tubuh mu punya hak
Jika nafsu sudah terpelihara maka
nafsu itulah nafsu Mutmainnah yang dipanggil Allah untuk masuk ke dalam
surganya “yaa ayyatuha nafsul mutmainnah, irjii ila rabbbika radiyatan
mardiyah, wa dkhuli fi ibadi, wadkhuli jannati”
0 Response to "Penjelasan Qasidah Burdah"
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR