-->

Makna dan Filosofi Kalimat Tahmid

Faquha.com - Kalimat tahmîd. "alhamdu lillâhi rabbil’âlamîn, segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Apa makna kalimat suci ini?
Setiap manusia memiliki potensi diri untuk dipuja dan dipuji. Manusia akan merasa bangga jika pujian dan pujaan diperolehnya. Untuk mewujudkan impiannya itu, maka manusia akan berjuang menggapai keagungannya.
Manusia akan berjuang menjadi kaya, mendapatkan jabatan tinggi dan sejenisnya. Semua ini adalah materi-materi guna mendapatkan pujian dari sesamanya. Seorang raja akan bangga di saat dielu-elukan rakyatnya. Seorang saudagar bangga di saat namanya disebutkan dalam daftar donatur masjid. Semua ini adalah pujian.
Pujiaan dan pujaan yang didapat manusia terkadang menjerumuskannya ke dalam kesombongan dan keangkuhan. Manusia cenderung menepuk dada di saat pujian datang. Jika ia seorang pejabat, maka ia akan merasa sombong dengan merasa sebagai orang besar, sehingga tidaklah perlu menghormati bawahan.
Jika dia seorang saudagar, maka ia akan merasa sebagai orang yang paling berada yang dapat memenuhi kebutuhannya, kapanpun dan dimanapun, sehingga dengan sewenang-wenang memperlakukan pembantu. Ini hanyalah salah satu dampak negatif dari adanya pujian. Manusia akan terjerumus pada perilaku buruk yang justru bertentangan dengan fitrahnya sebagai makhluk yang patuh terhadap aturan-Nya.
Jika sikap sombong ini terus tumbuh dalam diri manusia, tindakan bodoh selanjutnya yang muncul adalah mengaku diri sebagai makhluk yang tidak membutuhkan siapa-siapa, termasuk Tuhan. Dia merasa apa yang didapatkan adalah hasil keringatnya, usahanya sendiri, tidak ada bantuan dari pihak manapun. Jika demikian halnya, maka Tuhan sebagai pemberi rezeki akan dienyahkan dari memorinya. Bahkan dia akan menganggap dirinya sebagai Tuhan karena mampu memberikan kebutuhan bagi manusia lainnya yang lebih miskin darinya. Penyakit sombong ini jelas akan membahayakan manusia
Makna Filosofi Tahmid
Di sinilah kita melihat filosofi kalimat tahmîd yang dapat dijadikan solusi atas beberapa penyakit. Tahmîd mengajarkan kepada kita bahwa pujian itu hanya milik Allah. Mengapa hanya milik Allah? Karena pujian itu didasarkan atas adanya keagungan-Nya, dan keagungan Tuhan bersifat mutlak. Tuhan pemilik semua keagungan yang ada di muka bumi ini.
Karena memang Dia adalah pencipta sekaligus pemilik kehidupan ini. Dengan demikian, jika di antara kita mendapatkan keagungan berupa kedudukan sosial seperti jabatan ataupun kekayaan, maka janganlah merasa berhak untuk dipuji. Sesungguhnya apa yang dimiliki manusia hanyalah pemberian dari Allah, dimana suatu saat Dia akan mengambilnya. Manusia bukanlah pemilik abadi dunia ini.
Jika kesadaran seperti ini telah tumbuh dalam diri kita, maka tidak ada satupun pujian yang akan menghempaskan kita kepada sikap sombong di hadapan Tuhan. Justru pujian itu akan dirasakan sebagai duri yang sewaktu-waktu akan menusuk hati, sehingga hati akan terasa gundah dan sakit.

Kita takut jika pujian itu malah menjadikan kita orang yang sombong. Di lain pihak, kesadaran ini juga akan melahirkan kerendahan hati dengan selalu memuji Tuhan sebagai pemilik semua keagungan dunia. Kita akan memuji dan bersyukur kepada-Nya atas segala keagungan ini.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Makna dan Filosofi Kalimat Tahmid"

Post a Comment

SILAHKAN KOMENTAR

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel