Menjaga Indonesia sebagai "Rumah Bersama"
January 26, 2017
Add Comment
Di awal tahun baru ini, ijinkan saya menulis sebuah refleksi
singkat mengenai "rumah" yang bernama "Indonesia". Saya
tegaskan sekali lagi, Indonesia itu adalah "rumah bersama". Sejak
awal, penghuni rumah ini sudah warna-warni, baik dari sisi etnis maupun agama.
Sejak awal pula, bukan hanya kaum Muslim saja yang berkeringat memperjuangkan
dan mempertaruhkan harta-jiwa-raga demi rumah Indonesia ini. Berbagai macam
agama, ras, dan etnis turut memberi kontribusi pagi pendirian rumah ini.
Penegasan ini penting saya lakukan untuk mengingatkan kita
semua karena belakangan ini, lantaran didorong oleh kepentingan dan motivasi
politik-ekonomi-ideologi tertentu, sejumlah tokoh, ormas/lembaga, dan kelompok
agama, khususnya Islam, berusaha mengklaim dan membajak "rumah" ini
dengan mengatakan bahwa kaum Muslim-lah yang memperjuangkan dan membangun
Indonesia ini dan karena itu wajib atau harus "dinomorsatukan".
Tanpa
deklarasi kewajiban menomorsatukan umat Islam-pun sebetulnya kaum Muslim sudah dinomorsatukan
selama ini.
Bacalah (kembali) secara pelan-pelan sejarah rumah Indonesia
tercinta ini. Para tokoh bangsa yang terlibat persiapan kemerdekaan negara ini
bukan hanya tokoh-tokoh Muslim seperti Bung Karno, Hatta, Natsir, Sjajrir,
Yamin, Agus Salim, Kiai Wahid Hasyim, Kiai Abdul Wahab Chasbulah, dlsb. Tetapi
juga para tokoh non-Muslim seperti Johannes Leimena, A.A. Maramis, Johannes
Latuharhary, I Gusti Ketut Puja, dlsb. Pula, bukan hanya tokoh berdarah Arab
seperti Abdurrahman Baswedan atau Hamid Algadri saja yang memperjuangkan
kemerdekaan tetapi juga para tokoh Tionghoa seperti Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong
Hauw, atau Laksamana John Lie Tjeng Tjoan.
Ingat juga bahwa para pahlawan bangsa yang mengobarkan
semangat perang, perjuangan, dan perlawanan terhadap Belanda bukan hanya para
tokoh Muslim saja tetapi juga non-Muslim. Bukan hanya tokoh-tokoh Muslim saja
yang ditangkap, disel, atau dibuang oleh Belanda tetapi juga non-Muslim.
Simaklah sejarah heroik Ignatius Joseph Kasimo, I Gusti Ketut Jelantik, Martha
Christina Tiahahu, I Gusti Ngurah Rai, Agustinus Adisucipto, Arie Frederik
Lasut, Bernard Lapian, Herman Johannes, dan masih banyak lagi.
Para tokoh Muslim dan non-Muslim dari berbagai suku dan
daerah bahu-membahu memperjuangkan negara kita tercinta, baik dengan cara
perlawanan bersenjata maupun politik diplomasi. Tanpa mereka semua, Indonesia
tak pernah ada. Oleh karena itu sungguh tidak pantas dan menyakitkan jika ada
sebagian dari para tokoh agama dewasa ini yang mengklaim Indonesia adalah
"produk umat Islam" saja.
Karena rumah Indonesia ini dibangun oleh dan hasil jerih
payah dari berbagai tokoh agama dan etnis, maka sudah seharusnyalah jika mereka
semua mendapatkan hak-hak politik-ekonomi-budaya dan kewajiban yang sama
sebagai sesama keluarga dan penghuni rumah Indonesia ini. Mari kita jaga dan
rawat Indonesia sebagai "rumah bersama". Jangan sampai rumah indah
ini "dibajak" oleh orang-orang dan kelompok arogan, intoleran, dan
tidak bertanggung jawab. Kasihan anak-cucu kita kelak di kemudian hari...
Jabal Dhahran, Arabia
Prof. Sumanto
0 Response to "Menjaga Indonesia sebagai "Rumah Bersama""
Post a Comment
SILAHKAN KOMENTAR